Manuver Ketua Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN Amien Rais yang menyatakan siap maju sebagai calon presiden, dimaksudkan untuk mendorong kader PAN muncul sebagai bakal calon presiden. Posisi Amien Rais adalah cadangan paling akhir kalau tidak ada calon lain yang maju.
Anggota Wanhor PAN, Dradjad Wibowo mengatakan hal terpenting bagi Amien Rais adalah ganti presiden di 2019. Karena itu harus ada pasangan capres-cawapres yang berani dan berpeluang menang Pilpres 2019.
“Sebenarnya pak Amien itu mendorong kader-kader PAN agar muncul menjadi bacapres bacawapres,” kata Dradjad kepada Republika.co.id, Selasa (12/6).
Dradjad mengatakan selain Ketum PAN Zulkifli Hasan, Amien juga memunculkan dua mantan ketum yaitu Soetrisno Bachir dan Hatta Rajasa.
“Tapi kan tidak elok kalau dari empat ketum/mantan Ketum PAN ada satu yang tidak muncul yaitu pak Amien sendiri. Nanti muncul kesan, pak Amien ini koq mendorong-dorong orang lain bersaing dengan pak Jokowi, tapi dirinya sendiri tidak mau maju,” ungkapnya.
Karena itulah, kata Dradjad, Amien menyebutkan, kalau memang situasinya mendesak, ya mbah Amien ini harus siap turun gunung jadi bacapres.
Dijelaskan Dradjad, bagi orang Jawa, ketika seseorang menyebut dirinya sendiri “mbah”, itu artinya sangat dalam. Itu berarti, Amien sangat menyadari bahwa dia sudah sepuh, sudah “manditho” menjadi guru bagi generasi muda.
“Jadi harapan beliau, ada tokoh yang lebih muda, yang berpeluang besar memenangkan pilpres 2019,” jelas Dradjad.
Tapi rupanya, kata Dradjad, pernyataan kesiapan Amien Rais disalahtafsirkan sebagai keinginan pribadi untuk maju sebagai capres. “Muncullah berbagai respon, hingga Presiden pun ikut berkomentar,” kata politikus yang sangat dekat dengan Amien Rais ini.
Padahal, kata Dradjad, posisi Amien Rais itu sebagai pemain cadangan paling akhir. Jadi Amien hanya turun ke lapangan jika situasinya sangat mendesak.
Kenapa demikian? karena menurut Dradjad, Amien itu ulama yang luas ilmu agamanya. Amien Rais sangat sadar, orang beriman harus siap lillahi ta’ala jika dibebani amanat. Tidak boleh kabur.
“Nabi Yunus AS saja dihukum Allah dengan ditelan ikan karena marah dan kabur. Beliau lari dari amanat berdakwah ke kaumnya di Ninawa, ibukota Asyiria di selatan Irak. Pak Amien bahkan pernah menasihati saya dengan kisah ini. Jadi, beliau tidak mau mengulangi kesalahan Nabi Yunus AS. Tapi ya itu, sebagai pemain cadangan yang paling akhir,” kata dia.
(Republika/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar