Iran masuk ke Suriah untuk menyelamatkan Assad dan tidak akan keluar dari sana, bukan dengan perang atau tekanan siapa pun. Mereka yang memaksa Iran harus keluar, tidak tahu atau tidak mengenal kawasan karena tanpa intervensi Iran, ISIS atau Jabhat Nusra telah menguasai seluruh Suriah dan Irak.
Hubungan antara Suriah dan Irak tergambarkai dalam pernyataan yang dibuat oleh Ali Velayati, penasihat pemimpin tertinggi Iran, Sayyid Ali Khamenei, selama kuliah umum di sela-sela kunjungannya ke Moskow, yang bertepatan dengan kunjungan Benjamin Netanyahu, di mana ia menyampaikan pesan dari pimpinan Iran kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kekhawatiran yang semakin besar atas kehadiran pasukan negaranya di Suriah.
Pernyataan terpenting dari serangkaian pernyataannya adalah, “Kehadiran Iran di Suriah dan Irak adalah sebagai penasehat militer. Jika kedua pemerintah menghendaki Iran keluar, kami akan segera memenuhi permintaan mereka.” Tapi perlu diketahui bahwa, “Jika bukan karena Iran, pemerintahan Bashar al-Assad sudah jatuh dalam beberapa minggu. Jika Iran tidak ada, Suriah dan Irak sekarang akan berada di bawah komando Abu Bakar al-Baghdadi.”
Velayati tidak memungkirin realitas yang terjadi sedikit pun, bahkan memberikan gambaran yang tepat tentang situasi di kedua negara. Pada saat yang sama, ia ingin mengirim pesan tegas Iran ke Israel dan Rusia, bahwa pasukan Iran akan tetap “tinggal” di kedua negara, dan semua tuntutan penarikan tidak akan didengar, karena “jika pasukan-pasukan ini mundur dari Suriah, terorisme akan kembali mengendalikan kedua negara.”
Poin lain yang ditegaskan oleh Velayati adalah pemerintah Suriah dan Irak tidak meminta pasukan Iran untuk meninggalkan wilayah mereka, baik di masa lalu maupun di masa sekarang, dan mungkin di masa depan, karena konsekuensi berbahaya yang Anda ketahui dengan baik.
Iran telah kehilangan puluhan miliar dolar untuk menyelamatkan Suriah dan Irak, karena ada ratusan tentara dan perwira, belum lagi kehilangan ratusan tentara. Oleh karena itu, setiap tekanan atau tuntutan Israel untuk meninggalkan Suriah akan berakhir dengan kegagalan. Terutama bahwa jalan keluar ini datang untuk meyakinkan Israel yang menjadi ujung tombak perang AS yang akan datang, dan mungkin akan segera terjadi, terhadap Iran.
Hal yang paling mengkhawatirkan bagi Israel saat ini adalah bukan hanya kehadiran penasihat militer Iran di Suriah dan Irak, tetapi juga senjata yang telah dimodifikasi dan diperkuat oleh Iran di kawasan dan perbatasan Israel di bagian utara Lebanon dan Barat Suriah, dan di bagian utara dan barat Israel. Seperti Hizbullah di Lebanon, Unit Mobilisasi Populer dan Hezbollah di Irak, serta gerakan Afghan, Pakistan, dan gerakan Houthi Ansarallah di Yaman.
Keputusan Saudi untuk membanjiri pasar dunia dengan minyak hingga lebih dari dua juta barel pada tahun 2014, telah menyebabkan penurunan harga sampai pada 30 dolar per barel (yang sebelumnya di harga 119 dolar per barel), yang ditujukan untuk memberikan pukulan keras pada ekonomi Iran dan Rusia, dan mendorong kedua negara terjun bebas menuju kebangkrutan, yang akan membuat pemerintah Iran tidak dapat membiayai militernya. Tapi langkah ini, gagal mencapai hasil yang diharapkan, justru menjadi bumerang pada ekonomi Saudi dan negara-negara Teluk.
Empat tahun kemudian, kita melihat upaya baru Amerika untuk menerapkan skenario yang sama dengan memberlakukan larangan ekspor minyak Iran sepenuhnya. Langkah ini diharapkan akan membayar kegagalan langkah sebelumnya. Tetapi pengamat menyatakan bahwa blokade ini akan berubah menjadi krisis global dan tidak seperti yang direncanakan AS. Bahkan Konsekuensi buruknya akan menghancurkan, karena akan memicu provokasi militer dan konfrontasi yang dapat menyebabkan perang skala penuh, terutama kehancuran seluruh wilayah.
Semua hal di atas benar-benar menjadi agenda pertemuan puncak antara presiden Rusia dan Amerika di Helsinki kamarin. Mungkin kita tidak boleh membesar-besarkan jika kita mengatakan bahwa Presiden Donald Trump akan kembali dengan tangan kosong, seperti yang dilakukan Netanyahu selama kunjungannya ke Moskow baru-baru ini.
Iran yang masuk ke Suriah selama 6 tahun untuk menyelamatkan dan membebaskan rakyat Suriah dari cengkeraman ISIS, tidak akan keluar dengan perang tapi kapan kita mau kita akan keluar. [ARN]
Penulis: Abdel Bari Atwan, Editorial Surat Kabar Rai Al-Yaoum.
(Arrahmah-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar