Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera membeberkan salah satu strategi memenangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 yang lalu. Salah satunya adalah ‘menunggangi’ Aksi 212 yang saat itu sedang menguat.
Mardani mengisahkan itu dalam sebuah diskusi yang mempertemukan sejumlah kader partai politik untuk beradu opini soal hukum, ekonomi, dan politik di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (12/7).
Cerita Mardani itu terlontar ketika ia menjawab pertanyaan indikasi perpecahan yang muncul jelang Pilpres 2019 seperti label “cebong” dan “kampret” yang banyak beredar saat ini.
Mardani yang berperan sebagai ketua tim pemenangan Anies-Sandi kala itu menceritakan bahwa ada dua hal yang mereka manfaatkan ketika Aksi 212 tengah hangat di publik saat itu.
Strategi yang pertama adalah mengubah penampilan Anies-Sandi. Mardani mengenang saat itu Anies-Sandi tidak memakai peci untuk foto kertas suara. Namun ia dengan tegas meminta keduanya mengambil foto baru dengan peci.
“Akhirnya di tiga pasang itu, yang pakai peci cuma Anies-Sandi karena kami melihat ada suara baru,” ujar pria yang juga menggagas tagar 2019 ganti presiden itu.
Namun Mardani menegaskan bahwa tim yang ia pimpin dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 selalu menghindari isu SARA dan hanya berfokus dalam tiga pembahasan yakni OK OCE, DP Nol Persen, dan KJP Plus.
Siasat kedua yang dituai oleh tim Mardani dari Aksi 212 adalah menemui Rizieq Shihab. Pertemuan itu tercatat terjadi ketika Anies hadir di markas Front Pembela Islam (FPI) sebagai pembicara dalam seminar di Petamburan pada 1 Januari 2017.
Kendati demikian Mardani menampik bahwa pertemuan itu bukan untuk meminta dukungan Rizieq atau membicarakan kasus penistaan agama yang mendera kompetitornya saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Dalam pertemuan itu Mardani menyebut kedua belah pihak punya pandangan yang seragam soal isu reklamasi yang saat itu sedang santer.
“Ternyata ketemu di titik Anies antireklamasi, Habib antireklamasi. Kalau ada orang dukung, ya monggo,” tukasnya.
Meski mengaku memanfaatkan aksi tersebut, Mardani mengklaim bahwa tiga pasangan yang bertanding memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta saat itu tetap rukun dan sportif. Perdebatan pun ia sebut hanya berkutat pada program dan gagasan belaka.
“Bahwa ada gelombang 212, kami rugi kalau enggak manfaatkan. Manfaatkannya tadi peci dan ketemu Habib Rizieq,” ucapnya.
“Sesudahnya tugas kita merawat kebinekaan karena memang Indonesia ini sudah lahir sebagai negara yang bineka tapi tetap basisnya Islam yang rahmatan lil’alamin,” kata Mardani. (osc)
(CNN-Indonesia/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar