Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Mengurai Nalar Kusut Kaum Radikal

Mengurai Nalar Kusut Kaum Radikal

Written By Unknown on Minggu, 15 Juli 2018 | Juli 15, 2018

Ilustrasi

Oleh: Ayik Heriansyah

Kasus seperti ini juga terjadi di semua kelompok radikal dengan level yang berbeda-beda seperti ISIS, Al-Qaeda, IM, JI, JAD, HTI, PKS, dll. Pemahaman “radikal”, eksklusif dan fanatik lahir dari lompatan pemahaman dari aqidah langsung ke daulah dan nizham sebagai syarat penerapan syariah. Dalam sosiologi disebut strukturalisme syariah. Sering juga disebut dengan ideologi Islam atau Islam ideologis.

Seharusnya dari aqidah memancarkan pengamalan syariah oleh individu bukan menciptakan daulah/nizham. Sesuai dengan definisi syariah yakni khithabusy Syaari muta’aliqu bi af’alil ‘ibad ‘tuntutan Asy-Syaari’ terkait perbuatan hamba. Hamba di sini hamba yang terkena taklif. Syarat taklif antara lain baligh aql yang notabene al-insan bukan ad-daulah/an-nizham. Dengan kata lain beban penerapan syariah jatuh kepada individu bukan kepada Daulah/nizham. Hal ini diperkuat dengan ayat-ayat al-Qur’an yang menggandengkan kata iman dengan amal shaleh bukan iman dengan daulah.

Daulah/nizham tidak lahir langsung dari aqidah melainkan implikasi dari pengamalan syariah oleh individu. Maksudnya daulah/nizham adalah instrumen individu-individu untuk menyempurnakan pengamalan syariah. Sebab itu daulah/nizham hasil ijtihad bukan soal i’tiqad.

Lompatan pemahaman kaum radikal dari aqidah langsung ke daulah/nizham tanpa melalui syariah akibat lemahnya pemahaman mereka tentang syariah, maqashid syariah, fiqih dan ushul fiqih.


Alur premisnya sbb:

1. Islam kaffah terdiri dari aqidah dan syariah.

2. Syariah dibebankan kepada individu bukan kepada daulah/nizham sesuai dengan definisi syariah. Karena itu juga yang dihisab di akhirat adalah individu bukan daulah/nizham. Yang masuk surga atau neraka juga individu bukan daulah/nizham.

3. Penerapan syariah harus berdasarkan al-Qur’an dan hadits bukan berdasarkan daulah/nizham.

4. Penerapan syariah yang sesuai al-Qur’an dan hadits dirumuskan dalam fiqih, ushul fiqih dan maqashid syariah. Daulah/nizham bukan syarat dan rukun penentu keabsahan dalam penerapan syariah.

5. Daulah/nizham merupakan instrumen penyempurna dalam penerapan syariah. Bentuk dan sistemnya (kaifiyatnya) tidak dirinci dalam al-Qur’an dan hadits. Kaifiyat bentuk negara dan sistem pemerintahan diserahkan kepada ulama.

6. NKRI, ISIS, Khilafah ala HTI, Khilafah versi Al-Qaeda, NII, dll semuanya produk ijtihad. Semuanya absah secara syar’i.

7. NKRI ajaran Islam karena lahir dari proses ijtihad syar’i. NKRI negara kesepakatan (ijma). Tujuan NKRI mewujudkan kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera. Ini tujuan yang baik sesuai dengan syariah. Bukankah bersepakat kepada kebaikan itu ajaran Islam.

8. Mendirikan daulah di wilayah NKRI termasuk bughat hukumnya haram. Selain itu juga melanggar kaidah ijtihad yang berbunyi al-ijtihadu la yanqushu bil ijtihadi ‘suatu ijtihad tidak bisa dianulir oleh ijtihad yang lain.

Jadi kesimpulannya hidup dalam naungan NKRI sudah sesuai syariah Islam dan fardlu ‘ain menjaganya.

(Duta-Islam/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: