Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Pidato Politik SBY Perlihatkan SBY Punya Amnesia Politik. Berikut Analisanya

Pidato Politik SBY Perlihatkan SBY Punya Amnesia Politik. Berikut Analisanya

Written By Unknown on Kamis, 26 Juli 2018 | Juli 26, 2018

Pidato SBY dinilai sebagai sinyal yang makin menguatkan Demokrat tak mendukung Jokowi dan justru merapat ke Prabowo untuk Pilpres 2019. (CNN Indonesia/Safir Makki).

Partai Gerindra semakin yakin Partai Demokrat bakal berkoalisi dan mendukung Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.

Anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade mengatakan pidato Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyo memberi sinyal kuat Demokrat tidak akan mendukung Joko Widodo di Pilpres tahun depan.

“Kalau kami dengar pidato Pak SBY itu sudah jelas Pak SBY tidak mungkin di poros Pak Jokowi,” ujar Andre saat dihubungi, Rabu (25/7).
Andre membeberkan beberapa pernyataan dalam pidato SBY yang menjadi sinyal adalah soal masalah ekonomi, netralitas aparat, dan penegakan hukum. SBY diklaim sejalan dengan Prabowo dalam melihat kondisi bangsa saat ini.

Pernyataan SBY lain yang tidak kalah penting membuat Gerindra optimis, kata Andre, terkait dengan status Agus Harimurti Yudhoyono bukan hanga mati menjadi cawapres. Pernyataan itu disebut sebagai jembatan Gerindra dan Demokrat, serta PKS dan PAN merapat untuk berkoalisi.

SBY dan Prabowo menggelar pertemuan di kediaman SBY di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (24/7). Dalam pertemuan itu SBY dan Prabowo mengklaim sama-sama prihatin dengan kondisi bangsa.

SBY juga menyatakan AHY bukan harga mati sebagai cawapres. Tak hanya itu, SBY sempat mengaku memiliki hambatan untuk mendukung Jokowi di Pilpres 2019.


INI TANGGAPAN GURU BESAR UGM ATAS PIDATO POLITIK SBY

Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic.Eng., Ph.D.
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato politik SBY pasca ketemu Prabowo sangat menggelikan. Ada lima hal yang SBY soroti yaitu sbb:

1. Kritik SBY soal ekonomi justru menampar mukanya sendiri. Bukannya selama 10 th berkuasa SBY mengumbar subsidi bbm dan listrik yang berdampak fatal pada fiskal APBN? Lupa ya? Berapa ratus trilyun uang rakyat yang dipakai mensubsidi BBM dan Listrik yang jelas salah sasaran? Apa SBY lupa, di jamannya yang konon katanya krisis keuangan Bank Century akan berdampak sistemik dan sistematis pada perekonomian Indonesia, sehinga negara harus menalangi liquidasi Bank Century yang ternyata uangnya hanya dirampok? Perekonomian yang bagaimana yang dimaksud SBY?

2. Radikalisme, ekstrimisme dan terorisme, SBY sepakat harus dihentikan. Koq baru sekarang ngomongnya? Bukannya hal itu tumbuh sumbur di jamannya, karena dari mereka SBY mendulang suara? Tiada hari tanpa pembantaian orang Ahmadiyah, tiada hari tanpa pembantaian saudara-saudara kita yang beragama Nasrani saat menjalankan ibadahnya. Statement SBY klise, normatif dan tak bermakna. SBY sepakat menolak politik identitas yang berbahu SARA. Namun SBY juga menolak Islam Phobia, yang berujung pada mudahnya menuduh ormas sebagai ormas radikal. Ormas mana? HTI? Bukannya sudah lewat jalur pengadilan? Mudah bagaimana? Di negara-negara lain, HT sudah dibubarkan dulu-dulu. Indonesia baru saja. Mudah bagaimana? Pemerintah selalu dirongrong dengan demo berjilid-jilid sebagai wujud politik identitas yang sangat berbau SARA, dan pemerintah tidak memasalahkan. Mudah bagaimana? SBY juga bicara soal Pancasila sebagai dasar negara dan juga menolak ideologi lain: baik itu komunis atau upaya-upaya mendirikan negara agama. Loh koq bisa begitu, bukannya jamannya SBY berkuasa, Pancasila lenyap dari kehidupan bangsa Indonesia? Terlambat ingatnya…. SBY juga menyoroti netralitas TNI dan Polri pada pemilu 2019. Benarkah? Siapa yang mengganti Pangkostrad dengan adik iparnya menjelang pemilu?

3. Keseimbangan pembangunan manusia dan infrastruktur. Jamannya SBY njomplang luar biasa, karena pembangunan infrastruktur hampir tidak ada dan liberalisasi lembaga-lembaga pendidikan terus terjadi, akibatnya biaya pendidikan menjadi super mahal. Apanya yang seimbang? Think things over!

4. Pengelolaan negara harus lebih cakap. Cakap bagaimana? Bukannya menteri-menterinya SBY banyak yang maling: Andi Malarangeng, Siti Fadilah Sapari, Jero Wacik, dll? SBY lupa sejarahnya sendiri.

5. Lapangan pekerjaan dan kondisi ekonomi rakyat. Sudahkah SBY menengok data statistik dari BPS soal angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dll dengan baik dan benar? Coba dibaca yang benar. Mustinya termasuk perlindungan TKI di Malaysia khususnya. Bukannya di jamannya SBY pembantaian TKI/TKW secara masif terjadi di Malaysia dan SBY tidak berkutik?

Sudahlah, sebaiknya SBY belajar memahami masalah secara utuh, memahami integritas dan sinergisitas sistem dengan baik dan mulai belajar berfikir yang sifatnya sustainable. Jangan Lupa kasus Wisma Atlit dan Hambalang yang mangkrak! BAHASA MENUNJUKKAN BANGSA. INGAT ITU!

(Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: