Ijtima’ Ulama adalah istilah yang identik dan sering digunakan oleh Komisi Fatwa MUI bukan GNPF-U /PA 212. Dari segi keterwakilan kelompok ulama, jelas MUI lebih berhak daripada GNPF-U. Ijtima’ Ulama MUI berasal dari hampir semua golongan ulama dan ormas lslam di lndonesia, sedangkan ljtima’ ulama (GNPF-U) lebih didominasi oleh kader, simpatisan, tokoh FPI, PKS dan kalangan pro khilafah. Ini “sabotase” pertama…
Yang kedua adalah istilah “lmam Besar Umat Islam lndonesia” untuk Habib Rizieq Shihab menyaingi Ketum MUI. Dalam Kongres PA 212, HRS dikokohkan sebagai Imam Besar Umat lndonesia dari jabatan sebelumnya lmam Besar FPI, langsung naik pangkat bintang 4 dari Kombes ke Jenderal, melewati pangkat Brigjen, lrjen dan Komjen. Sulit dibantah, Ijtima’ Ulama yang kedua ini “berkolaborasi” dengan politisi oposisi. Wajar jika kritik MUI daerah- daerah bermunculan menilai GNPF-U terlalu kental politiknya ketimbang dakwah lslamnya. Bukan tidak mungkin, meski GNPF-U ini awalnya pengawal fatwa MUI, ke depan MUI dan GNPF-U ini akan sering terjadi gesekan karena motif politik.
Besok 5-7 Agustus, ada Ijtima Ulama lain, 1000 ulama akan mudzakarah di Tasikmalaya. Di medsos sudah gencar menggaet dukungan. Kalau dilihat dari panitianya, diadakan oleh Majelis Mujahidin yang dikenal kontra sistem demokrasi, dengan tokohnya Ust. Muhammad Thalib dan Abu Jibril, yang pernah mendukung al qaeda. Ini bukan hanya soal politik, ini soal momentum dan berebut umat dan otoritas keulamaan yang terbuka lebar di saat musim politik. Ini lah lndahnya demokrasi yang memberi ruang untuk kontestasi terbuka seperti ini.
Namun, beberapa bulan ke depan, diperlukan juga wacana penyeimbang dari media-media santri nusantara , ayo seruput kopinya, ada bola yang perlu digocek… Topppp
Sumber: FB Mahbub Hefdzil Akbar
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar