Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Jokowi Tidak Menang Polling Sosmed, Tapi 4 Kali Menang Perhelatan Politik. Bagaimana Prabowo?

Jokowi Tidak Menang Polling Sosmed, Tapi 4 Kali Menang Perhelatan Politik. Bagaimana Prabowo?

Written By Unknown on Minggu, 12 Agustus 2018 | Agustus 12, 2018


Partai Gerindra menyambut positif hasil polling Twitter Fahri Hamzah soal Pilpres 2019 yang menjadikan Prabowo Subianto calon presiden paling ideal, belum lama ini. Politikus Gerindra Andre Rosiade lalu menyinggung Presiden petahana RI Joko Widodo. Di mana dia menyatakan bahwa Jokowi tidak pernah ditemui menang dalam poling sosial media.

Harus diakui, poling yang dilakukan di sosial media ini sangat tendensius. Polling sosial media ini tidak bisa digunakan untuk mengatakan kemenangan di Pilpres 2019. Sejumlah survei yang dilakukan oleh lembaga terkemuka menyatakan Jokowi memiliki elektabilitas yang tinggi. Nampaknya, kubu oposisi ini mengejewantahkan hal tersebut.

Namun, kata siapa Jokowi tidak pernah menang pada polling sosial media? Nampaknya yang dikatakan oleh Andre ini salah. Jokowi sempat menang pada polling sosial media pada bulan Januari 2018, lalu. Survei tersebut digelar oleh Fadli Zon melalui lewat akun Twitternya. @fadlizon mengenai siapa yang akan memenangi pemilihan presiden (pilpres) jika diselenggarakan hari ini. Ada dua kandidat yang disurvei, yakni Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto.

Politikus Gerindra tersebut bertanya dalam kicauannya, Jika pemilihan Presiden dilakukan hari ini, siapa yang akan anda pilih ...

Hasilnya, sebanyak 55% dari 30,336 pengguna Twitter yang menjadi partisipan dalam survei tersebut memilih Jokowi, sedangkan 45% sisanya memilih Prabowo Subianto. Survei tersebut menjawab apa yang dipertanyakan oleh Andre Rosiade. Hal lainnya, kekalahan yang tidak bisa Prabowo hilangkan adalah dia mengalami dua kali kekalahan pada Pemilu. Terutana pada penyelenggaraan Pilpres. Bagaimana dengan Jokowi?

Tercatat, Jokowi dapat memenangkan sejumlah pesta politik. Jokowi memenangkan dua kali Pilwalkot di Solo. Lalu, satu kali perhelatan Gubernur dan satu kali Pilpres. Catatan ini tidak dimiliki oleh Prabowo. Nampaknya, kubu oposisi sedang membuat pemikiran bahwa Prabowo akan menang pada Pilpres 2019.

Namun, pengguna sosial media ini tidak bisa dijadikan sebagai patokan. Di mana jumlah pengikut voter hanya berkisar 5ribu hingga 6ribu orang. Artinya, jumlah tersebut tidak bisa mewakili penduduk di Indonesia. Bahkan jumlah pendudukan di Kabupaten Bandung Barat tidak bisa diwakili. Hal lainnya, bisa saja pengikut dari Fahri Hamzah adalah pengikut dari kelompok #2019GantiPresiden. Ini sangat tidak adil.

Dengan dipilihnya Maaruf Amin, harus diulangi pemilih kelompok Islam sangat solid. Jadi apa yang dilakukan oleh Fahri Hamzah bisa seperti orang yang sedang galau. Prabowo dengan kampanyenya yang seperti itu dan tidak diganti polanya, membuat sejumlah orang bosan dengan apa yang dilakukan oleh Prabowo. Prabowo tidak berusaha mengikat pemilihnya seperti yang dilakukan oleh Jokowi.

Harus diakui, batu sandungan terberat yang harus dihadapi Prabowo adalah fakta bahwa dia akan bersaing melawan petahana. Di mana kerja dari Jokowi selama memerintah Indonesia 'tidak dinilai buruk'. Kecuali ekonomi Indonesia tiba-tiba ambruk, ada masalah keamanan serius, atau skandal serius yang melanda pemerintah. Hal itu baru akan membuka kemungkinan opoisi (Prabowo) untuk memenangkan pertarungan.

Peluang Prabowo menang cukup berat. Prabowo harus membuktikan lebih kuat dari Jokowi. Lalu, bisa dibuktikan lebih merakyat dari Jokowi dan punya basis sosial-politik di pedesaan yang kuat. Masalahnya pendukung Jokowi sekarang sudah lebih terkonsolidasi. Sehingga untuk mencari siapa pendamping Prabowo agar bisa menang, juga jadi lebih sulit.

Dipilihnya Sandiaga oleh Prabowo akan mengusik koalisi di antara Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat. Salah satu buktinya adalah Demokrat yang hingga detik ini masih belum terima Sandiaga. Andi Arief masih terus berkoar tentang politik mahar. Begitu juga denga Partai Bulan Bintang (PBB) melalui Yuzril Ihza Mahendra menyatakan koalisi keumatan seolah menjadi fatamorgana.

Di mana tidak pernah ada di alam nyata. Partai Bulan Bintang (PBB) tidak pernah terlibat di sana, bahkan kita komplain nama kita dibawa-bawa tanpa pernah diajak bicara. Berkali-kali Sekjen dan fungsionaris DPP PBB menghubungi Gerindra dan PAN mengenai koalisi yang digagas Habib Rizik itu, tetapi tidak ada respons sama sekali.

PAN dan PKS sudah diberi uang sebagai cara tutup mulut menerima Sandiaga. Namun, apakah keduanya bisa memaksimalkan koalisi. Begitu juga dengan Demokrat yang tidak akan bekerja maksimal sebagai mesin partai. Hal ini malah membuat pendukung Demokrat akan dengan mudah beralih kepada Jokowi. Tercatat, menurut Roy Suryo, terdapat 40 persen pengurus Partai Demokrat memilih Jokowi. Keadaan ini akan membuat Jokowi untung.

Sekali lagi, untuk Prabowo dan Jokowi selamat bertarung. Harapan saya tetap salam #2PeriodeJokowi.

(Seword/Berita-Terheboh/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: