Diskusi dan berita bahwa Indonesia makin radikal dan Radikalisme marak di Indonesia sudah menjadi berita umum, tetapi real data kadang tidak banyak diketahui, beberapa waktu lalu P3M dan Rumah Kebangsaan melakukan Surnei dan Penelitian dengan hasil yang mengejutkan. Demikian gambaran hasil penelitian itu (diambil dari bangkinmedia online).Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) dan Rumah Kebangsaan merilis hasil penelitian mengejutkan tentang masjid-masjid di kementerian, lembaga BUMN. di Jakarta, Ahad (08/07/2018). Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 41 dari 100 masjid yang diteliti terindikasi radikal. Penelitian yang bertajuk “Studi Terhadap 100 Masjid Kementerian, Lembaga dan BUMN” tersebut dilakukan mulai tanggal 29 September hingga 21 Oktober 2017. Penelitian ini mengambil data dari khutbah Jum’at, buletin, brosur, kalender dan majalah dinding di masjid-masjid yang diteliti.
“Masjid-masjid BUMN adalah masjid yang paling rentan terhadap penyusupan kelompok radikal. Hal itu dibuktikan dari 37 masjid yang disurvey, lebih dari separuhnya (21,57%) terindikasi radikal.” Demikian tulisan dalam rilis yang didapatkan oleh redaksi bangkitmedia.com
Sementara itu, meski jumlahnya tidak sebanyak masjid di BUMN, masjid di kementerian juga patut diwaspadai, karena sebagian besar masuk kategori radikal rendah (41%) dan radikal tinggi juga cukup signifikan (33%).
Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa masjid-masjid milik lembaga yang dikuasai kelompok radikal paling kecil prosentasenya yakni (29%). Meskipun demikian intensitasnya cukup tinggi. Dari 8 masjid yang terindikasi radikal, 6 di antaranya (75%) masuk kategori radikal tinggi.
Penelitian ini juga menemukan topik-topik radikal paling populer di masjid-masjid tersebut. Topik-topik itu di antaranya adalah ujaran kebencian (73,60%), sikap negatif terhadap agama lain (21,17%), sikap positif terhadap khilafah (18,15%), sikap negatif terhadap minoritas (7,6%), kebencian pada minoritas (2,1%), dan sikap negatif terhadap pemimpin perempuan (1,1%).
Sementara itu, konten-konten ujaran kebencian yang disampaikan oleh para khotib dalam khutbah Jum’at menyasar umat Katolik (9, 39%), Yahudi (5, 22%), etnis Tionghoa (4,18%), Kristen (4,17%) dan anti Pancasila/NKRI (1,4%)
P3M dan Rumah Kebangsaan mengambil kesimpulan bahwa tingginya gejala radikalisasi di masjid-masjid Kementerian, Lembaga dan BUMN menunjukkan pemerintah sepertinya kurang peduli terhadap masjid-masjid yang secara struktural berada di bawah mereka. Peneliti juga mengatakan jika temuan ini bersifat indikatif daripada konklusif. Karenanya perlu pendalaman terhadap hasil temuan ini.
Lebih Peduli
Di akhir penelitian yang dirilis, P3M dan Rumah Kebangsaan memberikan empat rekomendasi atas temuan yang didapatkan.
Pertama, meminta kepada pemerintah agar lebih peduli terhadap masjid-masjid yang membawa simbol negara agar gejala radikalisasi masjid-masjid Kementerian dan BUMN bisa dikurangi atau dicegah
Kedua¸ mengharap kepada Dewan Masjid Indonesia (DMI) agar melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap temuan ini sehingga bisa segera diambil tindakan dan langkah-langkah seperlunya
Ketiga¸ mengajak kepada ormas-ormas moderat agar lebih aktif berdakwah di masjid-masjid pemerintah agar dakwah bil hikmah wal mau’idhatil hasanah lebih memenuhi ruang publik ketimbang sebaliknya
Keempat, mengajak kepada masyarakat, khususnya umat Islam, agar jika ada indikasi radikalisme, segera melaporkan kepada pihak-pihat terkait agar bisa diambil tindakan pencegahan secepatnya.
Temuan tersebut tentu merupakan tanda alarm bahaya bagi masa depan Indoensia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa ini. Relakah kita jika masjid-masjid dikuasai oleh kelompok radikal yang selalu menggaungkan ujaran kebencian di dalam masjid?
(Bangkit-Media/Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar