Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menyampaikan kepada masyarakat bahwa di tahun-tahun politik hendaknya mengedepankan sikap bijak dan tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, baik dalam hal menyukai maupun membenci apa pun.
“Nasihat saya dari dulu sama, tidak usah berlebihan-lebihan dalam segala hal. Termasuk senang dunia, senang jabatan, senang mikirin politik,” ujar Gus Mus, Jumat (10/8/2018) di kediamannya di Rembang, Jawa Tengah.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang ini, orang yang senang berlebihan-lebihan akan kehilangan akal. Padahal menurutnya, akal merupakan anugerah Allah SWT supaya manusia dimuliakan karena akal pikirannya.
“Kalau berlebihan-lebihan, kita tidak akan bisa adil, kita tidak bisa istiqomah. Itu pasti. Orang berlebih-lebihan gak akan bisa adil, siapa punlah, terutama yang jadi pemimpin. Ada orang yang berkelahi dengan saudaranya, itu karena berlebih-lebihan,” tegas Rais ‘Aam PBNU 2014-2015 ini.
Gus Mus mengutarakan, apa yang disampaikannya itu bersifat umum, untuk siapa saja. Baik yang berlebih-lebihan dalam menyukai atau pun berlebih-lebihan dalam membenci.
“Berlebihan mendukung dan mengharap, sekarang banyak orang kecewa karena berlebihan-lebihan mengharap,” tutur Gus Mus.
“Berlebihan-lebihan Argentina menang, ternyata Gusti Allah berkehdak lain. Ganti berharap ke Jerman, kalah lagi. Lah wong enggak ikut memutuskan kok berlebih-lebihan mengharap. Yang memutuskan Allah kok. (Terlalu berharap) Mahfud MD jadi cawapres, ternyata ndak sido (tak jadi), ya kecewa,” imbuhnya mencontohkan.
Ia menegaskan, tidak perlu berlebihan-lebihan, tetapi biasa saja dalam segala hal. Seperti kata dia, ramai di Jakarta sampai ada istilah cebong dan kampret. Menurutnya, itu juga terlalu berlebih-lebihan.
“Perkara pilkada membawa-bawa nama Gusti Allah segala, ini memalukan, rumangsane (dikira) Gusti Allah itu apa?” ucapnya.
Menurut Gus Mus hal itu karena berlebih-lebihan. Berlebih-lebihan membesarkan dirinya sendiri sehingga lupa besarnya Allah SWT. “Mengucap takbir Allahu Akbar tetapi tidak mengerti besarnya Gusti Allah,” jelasnya.
Kalau manusia mengetahui besarnya Allah, sambungnya, makhluk itu sangat kecil sekali, mendongak saja, menurut Gus Mus, tidak bakal berani.
Ia heran ketika ada yang menyebut Allahu Akbar tetapi petantang-petenteng. “Yang dibesarkan Gusti Allah atau dirinya sendiri?” terangnya.
“Jangan berlebihan, sederhana saja hidup itu, di dunia tidak ada yang perlu di-ngototi, tidak ada, yang perlu di-ngototi akhirat,” tandas Gus Mus.
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar