Mengacu pada harapan-harapan fitrah yang ada revolusi Islam maka bisa dikatakan bahwa revolusi ini tidak bisa dikritisi, karena revolusi Islam sejalan dengan kemuliaan manusia.
Hal ini disampaikan Ayatullah Sayyid Syarifuddin Husaini dalam pesannya saat menjelaskan bahwa revolusi Islam terjadi berdasarkan harapan Ilahi, dimana revolusi ini bangkit berdasarkan wilayat Ilahi, kebebasan manusia, keadilan sosial dan revolusi ini bangkit berdasarkan segala keutamaan yang mungkin bagi manusia.
Mengacu pada harapan-harapan fitrah yang ada revolusi Islam maka bisa dikatakan bahwa revolusi ini tidak bisa dikritisi, karena revolusi Islam sejalan dengan kemuliaan manusia.
Mengenai hubungan antara umat dengan Imam atau wali dengan pengikutnya ialah sebagaimana yang disebutkan Imam Ali as dalam khutbahnya “perkara pemerintahan seperti pernik-pernik yang digabungkan dengan seutas tali.”
Misalnya saat kita menyatukan biji-biji tasbih menggunakan seutas benang, maka biji-biji tasbih tersebut tidak berjatuhan, Imam Ali as dalam khutbah tersebut ingin mengisyaratkan tentang sebuah hakikat bahwa pemimpin yang hak yang memiliki peran penting dalam sebuah pemerintahan, dan tali tersebut jika diibaratkan saat ini adalah benang tasbih.
Di tempat lainnya Imam Ali as juga mengibaratkan sebuah gilingan gandum, beliau as mengatakan “pemimpin yang hak seperti sebuah batang kayu yang menghubungkan dua buah batu kemudian menjadi penggiling gandum, jika batang tersebut tidak menjadi pegangan maka batu-batu gilingan tersebut tidak akan bekerja dengan baik dan efektif.”
Sama halnya jika tali atau benang yang berisi biji-biji tasbih tersebut putus, maka biji-biji tersebut akan berjatuhan dan tercerai-berai.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar