Para pembawa Islam di Tanah Nusantara dikenal sebagai ulama-ulama yang membawa Islam dengan ramah dan dakwah yang damai. Mereka berdakwah kepada masyarakat dengan mau’izatul hasanah, yaitu pemahaman tentang Islam, peringatan-peringatan dengan lembut, bertukar pikiran dari hati ke hati dan toleransi. Namun, apabila cara tersebut belum juga berhasil, maka para pendakwah itu menggunakan cara berikutnya, yakni al-mujadalah billati hiya ahsan(bertukar pikiran secara konstruktif).
Meskipun demikian, di era ini cara dakwah semacam itu lambat laun mulai berubah menjadi dakwah yang berorientasi pada industri bisnis dan komersil. Banyak para pendakwah ‘dadakan’ yang dikenal masyarakat dengan cara instan seperti melalui media sosial ataupun media televisi. Banyak pula figur publik bermodalkan popularitas mulai berbicara agama di depan publik. Bahkan dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan, ada pula penggalangan massa berkedok dakwah atau memakai simbol-simbol agama.
Kondisi demikian membuat dakwah kehilangan esensinya. Maka menurut KH Luqman Hakim, dakwah itu sejatinya merupakan tuntunan, dan bukan tontonan semata. Dakwah juga bukan ajang untuk menampilkan eksistensi diri. Apabila dakwah sudah dijadikan industri, maka esensi dakwah hilang dan berubah menjadi bisnis dengan menjual ayat-ayat agama.
“Dakwah itu bukan tontonan. Nanti jadi narsis, hilang tuntunan. Dakwah juga bukan industri, nanti jadi bisnis. Dakwah bukan penggalangan massa, nanti jadi politis. Dakwah bukan status, nanti jadi profesi dan karir. Dakwah itu bukan fakultas, nanti jadi akademis,” tulisnya di akun twitternya (5/9).
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Muhibbin, Caringin Bogor, Jawa Barat itu, Nabi berdakwah mengajak umat Islam kepada jalan Allah, dan bukan ke jalan dunia. Para ulama dahulu pun berdakwah melalui ilmunya, dan bukan menjadikannya sebagai profesi atau aktivitas untuk meningkatkan karir.
“Nabi berdakwah, mengajak menuju Allah Swt. Bukan mengajak pada dunia atau alam. Sufi berdakwah menuju jalan Tuhan, dengan hikmah dari cahaya-Nya. Ulama berdakwah dengan ilmuNya dan wacana kebajikanNya. Pemimpin dan cendekia berdakwah dengan logika-argumen yang lebih baik,” jelas Kiai yang dikenal ahli tasawuf itu.
(Islam-Ramah/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar