Rombongan Pendeta Kristiani dan Ulama Sunni turut Ramaikan Peringatan Arbain di Karbala
Kecintaan kepada Imam Husain As bukan hanya milik umat Islam Syiah saja, namun juga milik semua umat manusia yang mencintai kemanusiaan apapun agama dan mazhabnya.
Jutaan manusia hadir dalam peringatan Arbain di Karbala Irak ahad (20/11/2016). Meski didominasi warga muslim Syiah, namun komunitas muslim Sunni bahkan sejumlah agamawan Kristiani juga turut hadir dalam acara tahunan tersebut.
Mereka bukan hanya turut dalam peringatan Arbain namun juga sebelumnya telah ikut long march dari Najaf ke Karbala.
Hal tersebut menunjukkan, kecintaan kepada Imam Husain As bukan hanya milik umat Islam Syiah saja, namun juga milik semua umat manusia yang mencintai kemanusiaan apapun agama dan mazhabnya.
Umat Kristiani Ziarahi Cucu Nabi Muhammad
Berapa jumlah terbanyak umat muslim yang mendatangi Mekah pada musim haji bulan Zulhijah? Hanya sekitar tiga juta orang. Dua bulan setelahnya di bulan Safar, puluhan juta manusia mengarahkan diri mereka ke kota Karbala, Irak. Lima tahun lalu, angka pengunjungnya masih sekitar 10 juta orang. Tapi kini pada tahun 2014, jumlahnya diperkirakan meningkat melebihi 20 juta manusia seolah sebagai bentuk aksi menantang terorisme ISIS. Mengapa jumlahnya bisa melebihi peziarah haji?
Karena mereka yang hadir bukan hanya muslim Syiah dan ahlusunah dari 60 negara, tetapi juga terdiri dari penganut Kristen, Hindu, Zoroaster, dan Sabian. Semua hadir berziarah untuk memberikan penghormatan pada peringatan empat puluh hari pasca hari wafatnya cucu Nabi Muhammad saw. yang bernama Husain bin Ali. Bersama keluarga dan sahabatnya, cucu nabi tersebut dibunuh pada bulan Muharam tahun 680 Masehi demi tegaknya sebuah keadilan. Kekejaman yang diterima oleh mereka meninggalkan pelajaran yang abadi.
Peristiwa di Karbala mengajarkan umat manusia tentang menjaga kehormatan, menegakkan hak-hak manusia, pengampunan, kemurahan hati, perjuangan, menjaga hubungan keluarga, persahabatan, kesetiaan, pertobatan, dan kasih sayang.[1]
Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)
Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)
Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)
Umat kristiani memberikan penghormatan di lingkungan makam Husain bin Ali, Karbala (Foto: Shafaqna)
Antoine Bara, penulis kristiani asal Suriah, telah beberapa kali melakukan perjalanan ke Karbala dan berbicara di sana. Dia telah menghabiskan usianya untuk meneliti dan menulis tentang keluarga nabi, khususnya Husain bin Ali. Dalam sebuah wawancara[2], Antoine mengatakan bahwa predikat muslim atau kristiani tidaklah masalah. Terpenting baginya adalah keyakinan. Antoine dan keluarganya telah berpegang teguh pada ahlulbait (keluarga nabi). Sementara banyak umat muslim yang tidak punya keyakinan pada ahlulbait, mereka memiliki keyakinan khusus pada ahlulbait.
Menurut Antoine, Husain bin Ali bukanlah sosok yang asing bagi kristiani di wilayah Arab. Kisah sejarah cucu nabi tersebut dan bagaimana teladan yang disampaikannya menyerupai perjuangan Yesus Almasih. Antoine sendiri yang memutuskan untuk mengkaji tentang keluarga nabi sehingga kamarnya dipenuhi dengan lebih dari 400 kitab sejarah keislaman. Tapi baginya, tetap tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan peristiwa jutaan orang menziarahi cucu nabi pada hari yang bernama Arbain tersebut.
Ketika segelintir ulama Islam dan sebagian umat muslim mengkritik tindakan Husain bin Ali dan mengecam peringatan dibunuhnya cucu Nabi Muhammad, Charles Dickens, seorang penulis dan kritikus sosial asal Inggris, mengatakan tentang Husain bin Ali: “Jika Husain berjuang hanya untuk memuaskan keinginan dunianya saja… maka saya tidak mengerti mengapa saudari, istri, dan anak-anak menemaninya. Maka pasti ada sebuah alasan kuat, yakni dia berjuangan semata demi kemurnian Islam.” Husain bin Ali bukan hanya sosok yang dapat menyatukan dua mazhab ahlusunah dan Syiah, bahkan lebih dari itu: menyatukan seluruh umat manusia.
Referensi:
[1] Kermali, Fatima (28 November 2014). “Faith and Values”. The Morning Call.
http://www.mcall.com/features/religion/mc-faith-kermali-1129-20141128-story.html
Isi Lengkapnya:
Faith and Values: The selflessness and honor of Prophet Muhammed;'s grandson Hussain
Today we have information and data at our fingertips, phones continuously becoming smarter and communication moving instantaneously across the globe. With so much activity going on, life can become complex.
In every era, there have always been complicated issues relevant to the people at that time. However, the simplicities of life have never changed. What is moral and good will always remain moral and good.
Many times, this is lost or forgotten amid the bustle of life. In the late '80s, Robert Fulham, a minister, compiled short essays in his book, "All I Really Need to Know I Learned in Kindergarten." In it, he explains that the basic rules that are learned in kindergarten, if applied by adults, would improve the world.
In Islam, there is a similar concept that believers are often told: to become an upright individual or partake in life's lessons, then one should look further than the classroom. Rather, one should focus attention toward a desolate land called Karbala on a day called Ashura, in the year 680 AD.
On this day, the grandson of Prophet Muhammad, Hussain and his close supporters were martyred for upholding principals and justice. (More information can be found on whoishussain.com)
Yet, despite the atrocities committed against them, the event of Karbala as well as the events around it have lessons that were taught by Imam Hussain, from social justice to interacting with others. Lessons include maintaining dignity, upholding people's rights, forgiveness, generosity, sacrifice, keeping family relations, friendship, loyalty, repentance and compassion, to name a few.
Consequently, a Christian writer, Antoine Bara declared regarding this tragic event, "No battle in the modern and past history of mankind has earned more sympathy and admiration as well as provided more lessons than the martyrdom of Husayn in the battle of Karbala."
While many will prepare for the holiday seasons of Christmas, Hanukkah and Kwanzaa, Shia Muslims will commemorate the 40th day after Ashura called Arbaeen on Dec. 12 this year. On this day, millions will pay homage to Imam Hussain for defending truth and standing up to tyranny. He said, "I never revolted in vain, as a rebel or as a tyrant, but I rose seeking reformation for the nation of my grandfather Mohammad. I intend to enjoin good and forbid evil, to act according to the traditions of my grandfather, and my father Ali son of Abi-Talib."
In Iraq alone, a projected 20 million people will congregate in the city of Kerbala where the golden shrines of Imam Hussain and his half brother, Abbas stand. This is one of the largest peaceful gatherings that occur every year. Along with the Shia, other groups, such as Sunnis, Chrisitians, Yazidis, Zoroastrians and Sabians participate in the commemoration.
It is a site to see as people from all over the world and within Iraq, travel to specifically pay respects to Imam Hussain for the day of Arbaeen. Many walk from cities as far as Basra to Kerbala, which is an arduous journey of about two weeks by foot.
Along the route, tents are pitched to provide rest and fresh meals for the pilgrims free of charge. One organizer said, "To know what Islam teaches, don't look at the actions of a few hundred barbaric terrorists, but at the selfless sacrifices exhibited by millions of Arbaeen pilgrims."
Arbaeen is a time when a person strives not to benefit himself, but rather seeks to be in the service of others and the devotees of Hussain, who embodied absolute selflessness and honor.
Fatima Kermalli is a member of and a Sunday school teacher at Shia Ithna-Asheri Jamaat of Pennsylvania in Allentown.
[2] “Khatereh Yek Masihi Az Piyaderavi Arbain”. Mashregh News. Diakses pada 13 Desember 2014.
https://www.mashreghnews.ir/news/370927/%D8%AE%D8%A7%D8%B7%D8%B1%D9%87-%DB%8C%DA%A9-%D9%85%D8%B3%DB%8C%D8%AD%DB%8C-%D8%A7%D8%B2-%D9%BE%DB%8C%D8%A7%D8%AF%D9%87-%D8%B1%D9%88%DB%8C-%D8%A7%D8%B1%D8%A8%D8%B9%DB%8C%D9%86
Isi Lengkapnya:
خاطره یک مسیحی از پیادهروی اربعیننویسنده مسیحی کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» که تاکنون هفت مرتبه به کربلای معلی مشرف شده است، میگوید: در خانه مسیحیان عرب شمایل امام حسین(ع) آویخته شده است چرا که شمایل ایشان را شبیه حضرت مسیح (ع) میدانند.به گزارش مشرق، نویسنده مسیحی سوریالاصل و ساکن کویت، کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» را نوشته است، پس از انتشار این کتاب در بین مسلمانان معرفی شد و خودش میگوید که تحت کرامات امام حسین (ع) این کتاب را نگاشته است و کرامات بسیاری نیز از امام در خواب و بیداری دیده است.کتاب «حسین در اندیشه مسیحیت» تاکنون به هفده زبان ترجمه و در پنج دانشگاه و برای دورههای تکمیلی مورد تأیید قرار گرفته است، آنتوان بارا میگوید که علاقه به اهل بیت (ع) را از مقاتل امام حسین (ع) آغاز کرده و همیشه دور و برش پر از کتابهای شیعی بوده است و خانوادهاش نه تنها با این امر مشکلی نداشتند بلکه تشویقش میکردند و شمایل امام حسین (ع) را به دلیل شباهت به مسیح (ع) بر دیوار خانهشان آویختند.بارا، نویسنده، روزنامه نگاری پیشکسوت و نویسنده ای است که ۱۵ کتاب به رشته تحریر درآورده و آثارش ابتدا در حوزه ادبیات، رمان و داستان بوده است، وی میگوید چهار فرزند و چهار نوه است و همه خانوادهاش به اهل بیت (ع) علاقهمندند مخصوصاً پسر کوچکش کارشناس موسیقی است و در مدح ائمه (ع) مدیحه سرایی کرده است.آنتوان بارا که تاکنون ۲۵ بار نهج البلاغه را کامل خوانده میگوید که تاکنون هفت بار به کربلا رفته و هشت بار به ایران سفر کرده و همینطور پیاده روی نجف تا کربلا رفته و حس و حالش دراین ایام وصف نشدنی است.با این نویسنده مسیحی در حاشیه اجلاس پیرغلامان حسینی(ع) گفت و گو کردیم که مشروح آن را در ادامه میخوانیم:* ابتدا خودتان را معرفی کنید؟-بنده آنتوان بارا، روزنگار و مجری اخبار تلویزیونی در کویت هستم، دکترای تاریخ اسلام و اصول عرفان دارم.* چند سالتان است؟– ۷۱ سال.* متولد چه کشوری هستند؟-سوریه ولی اکنون ساکن کویتام.* شما مسیحی هستید اما درباره امام حسین (ع) و حضرت زینب (س) کتاب نوشتهاید، چطور شد که به اهل بیت (ع) علاقهمند شدید؟– بنده از کودکی تا جوانی درباره امام حسین (ع) کتاب میخواندم مقاتل مختلف و اولین کتابی هم که خواندم مقتل سید محرم بود و بر آن حاشیه نوشتم همان زمان یکی از دوستانم به من گفت حال که توضیح بر این کتاب مینویسی، خودت هم یک کتاب بنویس در آن زمان بنده هفده سالم بود.بنابراین در سن ۲۲ سالگی شروع به نوشتن کردم و ابتدا کتابهای عاشقانه مینوشتم و سپس شروع به نوشتن درباره امام حسین (ع) کردم.کتاب «حسین در اندیشه و فکر مسیحی» را ۱۰ سال طول کشید که بنویسم و ۳۵ سال پیش آن را تألیف کردم و کتاب «زینب فریادی که ادامه دهنده راهی بود» بیش از ۱۰ سال به طول انجامید و رونمایی آن نیز در ایران بود.پس از اینکه شروع به تألیف کتاب امام حسین (ع) کردم مدتی متوقف شدم چرا که منابع بسیار زیاد بود و بنده نیز گیج بودم اما دوست من گفت که به برکت امام حسین (ع) قدرت خواهی گرفت و کتاب را تمام میکنی، خلاصه بنده نیز آن کتاب را تمام کردم اما پس از آن دیگر مثل آن کتاب نتوانستم بنویسم.در منزل مسیحیان عرب شمایل امام حسین (ع) وجود دارد* آیا توجه به اهل بیت (ع) شما را از خانواده تان دور ساخت یا خیر؟-خیر بنده از سوی خانواده هیچ محدودیتی نداشتم چرا که مسیحیان عرب بینش بازی دارند و به اهل بیت (ع) احترام زیادی میگذارند در خانه همه مسیحیان عرب شمایل امام حسین (ع) وجود دارد چرا که ما معتقدیم ایشان بسیار شبیه مسیح (ع) هستند.در مدرسه اسلامی تحصیل کردم* بنابراین در زمینه پژوهشهایی که انجام دادید، چه اندازه تربیت خانوادهتان تأثیرگذار بوده؟-خوشبختانه به لحاظ خانوادگی هیچ مشکلی نداشتم چرا که بنده در خانه اتاقی داشتم که در آن بیش از ۴۰۰ منبع اسلامی دور و بر من بود و در مدرسه اسلامی هم درس میخواندم درحالیکه همه دوستانم در مدرسه مسیحی بودند در مدرسه اسلامی هم باید درس بینش اسلامی میخواندند که البته برای من اجباری نبود اما بنده خودم این درس را انتخاب کردم و در آن شاگرد اول هم شدم.روزنامهنگاران من را مسیحی شیعه شده مینامند* شما بیشتر برای چه ادیانی سخنرانی میکنید؟ مسیحیان؟-خیر برای همه ادیان. روزنامهنگاران بنده را مسیحی شیعه شده نامگذاری کردهاند حتی در یک جلسهای یکی از بانوان حاضر مرا به حضور طلبید و گفت که شما مسیحی نیستی، یک شیعه اصیل هستی.* شما به کربلا سفر کردهاید در زمان سفر آیا حس و حال خاصی داشتید؟-بله بنده هفت بار به کربلا رفتم و خیلی تحت تأثیر قرار گرفتم، در کنگره بهار شهادت و باران غدیر سخنرانی کردم و حس و حالم را بازگو کردم الان بعد از این سفر به اهواز مستقیم به نجف اشرف میروم و آنجا نیز سخنرانی دارم.* تا به حال در خواب و رؤیا امام حسین (ع) را دیدهاید؟-بله بسیار زیاد.* میتوانید یکی از آنها را برای ما تعریف کنید؟-بله یکی از رؤیاهایم درباره امام حسین به پیش از نگارش کتاب ایشان باز میگردد، شب پیش از نگارش کتاب امام (ع) را در خواب دیدم از دیدن امام بسیار ترسیده بودم ولی در درون خود یک راحتی خاصی احساس کردم و بعد تصمیم به نگارش کتاب گرفتم.یکی دیگر از کرامات امام را نیز در بغداد دیدم زمانی که با ماشین پژو خودم از پل بغداد که بین این شهر و شهر دیگری است عبور میکردم که ناگهان ماشینم خراب شد و مردم آن را هل دادند تا بعد از پل، آنجا که یک پیرزنی به نام امه عمار را دیدم که خرما میفروخت یا توزیع می کرد، به من گفت بیا بخور من گفتم نمیتوانم مشغول تعمیر ماشین هستم، اما باز اصرار کرد که بخور، بعد از من پرسید که کجا میروی؟.گفتم: کربلا، او هم گفت این خرما را بخور و بقیه را برای زوار امام حسین (ع) ببر. سادگی زن باعث شد خرما را بگیرم و بخورم و بقیه را در ماشین گذاشتم خلاصه ماه رمضان بود، روزه نبودم ولی آن زن روزه بود، پیش از اینکه جرثقیل برسد ماشین روشن شد و تا نزدیک کربلا رسیدم مردی را دیدم که با من ابراز آشنایی کرد ولی من او را نمیشناختم او به من گفت که چرا خبر ندادی به اینجا میآیی؟ خلاصه تا زمانی که به کویت برسم ماشین خراب نشد و بعد که به تعمیرگاه رسیدم، تعمیرکار به من گفت که چطور با این ماشین تا اینجا آمدی؟ یک قطعه از آن ذوب شده و اصلا وجود ندارد، خلاصه این از کرامات امام بود.نحوه شهادت علی اصغر (ع) مرا به گریه میاندازد* تا به حال برایتان اتفاق افتاده که در زمان تحقیق یا کار برای امام حسین (ع) گریه کنید؟-بله البته نه فقط زمانی که تحقیق میکردم بلکه زمان سخنرانیها هم به ویژه وقتی قضیه علی اصغر (ع) و تیری که از سمت حرمله به گلوی او شلیک شد را تعریف میکردم، گریهام میگیرد.* استاد چند فرزند دارید؟-۴ فرزند و ۴ نوه* شنیدیم که یکی از فرزندانتان مداح است؟-بله، یوسف فرزند آخرم ۲۳ سال سن و فوق لیسانس موسیقی دارد، یازده سال است که مداح است و تواشیح دینی هم در مدح پیامبر (ص) و حتی جلال الدین رومی (مولانا) میخواند.به اعتقاد من مهم این نیست که مسیحی یا مسلمان باشی مهم این است که عقیدهات چیست بنده و خانوادهام متمسک به اهل بیت (ع) هستیم خیلی مسلمانان هستند که به اهل بیت (ع) اعتقاد ندارند و برعکس ولی ما اعتقاد خاصی داریم.* شما به عنوان یک غیر ایرانی و مسلمان نظرتان درباره معارف اهل بیت (ع) و ترویج آن پس از انقلاب اسلامی در ایران چیست؟-بنده پس از تألیف کتاب امام حسینم هشت بار به ایران آمدم خدا را شکر پس از انقلاب اسلامی به لحاظ توجه به امام رضا (ع) و گردهماییها و سمینارهایی که در حوزه مذهبی برگزار میشود، بسیار جای تشکر است و بنده اینها را در ایران رضایت بخش میبینم.* در رونمایی کتابتان درباره حضرت زینب (س) فرمودند که از نجف به کربلا پیاده روی کردید، چه حسی داشتید؟-خیلی عجیب بود ما مسافرتمان را از حرم امام علی (ع) و وادی السلام آغاز کردیم و سه روزه به کربلا رسیدیم دراین مدت نه خواب و خوراک و شیرینیهای جورواجور داشتیم به هیچ کدام اهمیت ندادیم هدف ما بالاتر بود حتی در سوریه هم مقبره حضرت زینب (ص) رفتیم و خودمان را بسیار کوچکتر از جایگاه رفیع ایشان دانستیم.
منبع: فارس
(ABNA/Eja-Jufri/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar