Cendekiawan Muslim Haidar Bagir berpandangan, dunia yang sedang dialami oleh manusia sedang mengalami degradasi. Dosen Filsafat Islam dan Tasawuf ini menyebut, dunia kita sedang meluruh.
“Dunia kita seperti sedang menuju kekacauan, dunia yang meski terlihat maju tapi sudah di luar kontrol manusia yang menciptakannya,” kata Haidar ketika membedah buku karyanya ‘Islam Tuhan, Islam Manusia’ di Aula Kementerian Agama, Kalimantan Barat, 18 November, seperti dikutip pontianak.tribunnews.com hari ini.
Di tengah penampakan kecanggihan teknologi informasi misalnya, Haidar menulis dalam bukunya, pertukaran informasi justru menjadi simpang siur. Tata penyampaian informasi yang pernah diupayakan bersandar pada keahlian, kejujuran dan prinsip check and recheck telah menjadi kacau.
Situasi kian parah ketika ditambah dengan perilaku tidak kritis masyarakat. Sedemikian, masyarakat dengan mudah menggandakan dan menyebarluaskan apa saja yang dibacanya ke publik.
Tak hanya itu, sebagian media tak jarang mendasarkan beritanya pada informasi dari sumber yang tidak kredibel. Bahkan, pemilik akun media sosial seperti Twitter mendapatkan banyak follower dengan menyebarkan informasi sensasional dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Antusiasme Peserta
Buku setebal 288 halaman ini terdiri dari lima bagian. Di akhir bagian, Haidar menawarkan solusi dengan tiga konsep pembahasan; Islam, Cinta dan Spritualitas.
Tak hanya umat Islam, peserta Bedah Buku ini juga dihadiri oleh non-Muslim. Menurut laporan media setempat, sedemikian antusiasnya, sebagian peserta duduk di lantai bagian luar aula karena kursi tidak mencukupi.
Perwakilan panitia Sahabat Mustofa pun meminta maaf dalam kata sambutannya karena tidak bisa menyediakan ruangan yang lebih luas untuk menampung peserta yang membludak.
Pada kesempatan itu, Haidar tak lupa menceritakan alasan dibalik lahirnya buku “Islam Tuhan Islam Manusia”. Ia mengakui, judul ini dipilih dengan cepat, terlintas begitu saja ketika Haidar menyelesaikan tulisannya.
Buku terbitan Mizan ini, kata Haidar, merupakan kumpulan sejumlah tulisannya sejak tahun 1985. “Tahun ini menjelang 60 tahun usia saya, berdasarkan obrolan dengan teman-teman saya maka terpikirlah untuk menandai usia 60 ini dengan menelurkan, buku erografi. Buku yang berisi refleksi-refleksi saya mengenai kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi,” ujarnya.[]
Berikut cuplikan penampilan seni yang mengiringi Bedah Buku di Pontianak:
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar