Kehidupan yang sebenarnya ialah kehidupan yang menyatakan keridhaan Allah swt, selain dari ini maka kehidupan tidak akan berakhir dengan kebahagiaan.
Hal ini disampaikan Hujjatul Islam Sarlak dalam kajiannya saat menjelaskan tentang Al-Qur’an yang menyebut nabi Muhammad saww sebagai teladan yang baik.
Saat Rasulullah saww memakamkan anaknya yaitu Ibrahim, beliau saww mulai mengokohkan sekitar pemakamannya, para sahabat bertanya tentang apa yang dilakukan Rasululah saww dan apa tujuannya karena itu hanyalah sebuah kuburan, nabi saww menjawab “Allah swt menyukai setiap perbuatan yang dilakukan dengan sebaik mungkin.”
Ia menambahkan bahwa dalam melakukan segala sesuatu manusia harus melakukannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia bisa mencapai puncaknya, dan mengerahkan segala kemampuannya untuk bisa mencapai tujuannya, dimana jika seperti ini maka ia akan menemukan keridhaan yang sebenarnya, dengan kata lain manusia harus berusaha untuk mencapai tujuannya dan jika sudah mencapainya ia harus bersyukur kepada Allah swt dan jika tidak mencapainya ia harus ridha atas keridhaan Allah swt.
Sebagaimana Imam Husain as dalam doa Arafah mengatakan “Ya Ilahi! Aku adalah orang yang kebaikan-kebaikanku juga merupakan keburukan.”
Yakni Imam Husain as menyebut kebaikan-kebaikannya di hadapan Allah swt sebagai keburukan karena ia menilai bahwa dirinya bergantung pada-Nya.
Kehidupan yang sebenarnya ialah kehidupan yang menyatakan keridhaan Allah swt, selain dari ini maka kehidupan tidak akan berakhir dengan kebahagiaan, demikian jelasnya.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar