Tidak diragukan lagi kehadiran Amerika di kawasan timur Suriah sedang mengejar tujuan yang lebih luas dari sekadar memerangi kelompok teroris ISIS.
Para petinggi Amerika mengakui telah memperkuat eksistensi diri dari sejak Rusia menggelar operasi militer pada tahun 2015 lalu. Akan tetapi, di balik semua topeng ini terdapat faktor-faktor sejati yang membentuk strategi Amerika untuk kawasan timur Suriah.
Menurut pengakuan James Mattis, Menteri Pertahanan Amerika, fungsi politik kehadiran militer Washington di Suriah dalam rangka supaya ISIS tidak kembali lagi ke negara ini. Ini berarti tindakan praktis Amerika di kawasan timur Suriah yang kaya dengan sumber pangan dan petrokimia itu.
Dalam ranah taktik, Washington sebenarnya ingin mengontrol gerak-gerik siasat dalam negeri Iraq dan Suriah melalui kawasan timur tersebut, terutama setelah masa pemilu Parlemen Iraq sudah kian mendekat, ambiguitas kebijakan-kebijakan Iraq, dan ketidakpastian akan kemenangan Haidar ‘Ibadi dalam pilpres mendatang. Semua ini mendorong Amerika supaya tetap eksis secara militer sebagai sebuah langkah asuransi diri dalam menanamkan pengaruh di Iraq.
Untuk strategi jangka panjang, Amerika sangat menekankan hegemoni terhadap Timur Tengah. Untuk mewujudkan hal ini, Washington berharap bisa membangun pangkalan-pangkalan geopolitik baru di kawasan ini. Sebelum ini, Washington juga melakukan kebijakan ini dan terbukti mampu mempertahankan eksistensi hingga Arab Spring meletus.
(Al-Wathan/Anas-Wuhaib-Al-Kurdi/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar