Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Analisa LWJ, Azh-Zhawahiri (Penyokong Amerika): Kalian Tidak Bisa Menipu Amerika

Analisa LWJ, Azh-Zhawahiri (Penyokong Amerika): Kalian Tidak Bisa Menipu Amerika

Written By Unknown on Jumat, 08 Desember 2017 | Desember 08, 2017


Pada awal bulan Oktober ini The Long War Journal memublikasikan analisisnya terkait pernyataan terkini Pemimpin Al-Qaidah Dr. Aiman Azh-Zhawahiri.[1] Outlet media tersebut merupakan salah satu proyek Foundation for Defense of Democracies, lembaga think tank Amerika Serikat yang fokus mengikuti dinamika jihad global. Pernyataan asli dipublikasikan oleh media resmi Al-Qaidah Pusat, As-Sahab, lewat kanal Telegram-nya.[2]

Sejak pertengahan 2015, secara konsisten Azh-Zhawahiri telah merilis serangkaian pernyataan tentang kejadian di seluruh dunia. Pesan terbarunya, yang berjudul “Kami Akan Memerangi Kalian Sampai Tidak Ada Lagi ‘Fitnah’ (Insyaallah)” menekankan peran penghulunya di dalam menyatukan barisan mujahidin ketika menghadapi sejumlah persoalan yang mirip. Tak lupa ilustrasi Serangan 11 September ditampilkan di latar belakang saat ia menyampaikan pesannya.

Azh-Zhawahiri memuji Usamah bin Ladin—pemimpin pertama Al-Qaidah—karena berhasil “menyatukan organisasi-organisasi jihad dengan tujuan bersama di mana umat bisa bersatu,” “menyadarkan Umat untuk mengenali musuh sebenarnya, yang harus menjadi sasaran utama dalam jihadnya,” serta “mengantarkan organisasi-organisasi jihad (bergabung) di bawah bendera Emirat Islam Afghanistan (Taliban).”

Bin Ladin bisa saja membatasi Al-Qaidah untuk sebuah “jihad regional,” kata Azh-Zhawahiri, namun dia memutuskan untuk melawan Amerika dan rezim yang memerintah negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Dengan keputusannya itu, Bin Ladin “mulai bergerak … sebuah kebangkitan yang meluas di berbagai belahan Dunia Muslimin” yang berlanjut sampai hari ini.

Al-Qaidah memuji Bin Ladin sebagai “syekh yang menghidupkan kembali jihad” karena perannya dalam membangkitkan kesadaran berjihad. Azh-Zhawahiri mengulangi pujian dengan nada yang sama ketika mengingat seniornya yang telah meninggal tersebut sebagai “seorang pemimpin di antara para pemimpin dan pelopor umat Islam.”

“Ini adalah jalan yang ditempuh Usamah bin Ladin (semoga Allah merahmatinya), dan ini adalah jalan Al-Qaidah setelah dia: menghadapi pemimpin kekafiran global pada awalnya, kemudian pada saat yang sama berjihad melawan rezim lokal, karena perang akhirnya merupakan perang tunggal, dan kedua perang ini tidak dipisahkan kecuali hanya dalam imajinasi seseorang yang tidak memiliki persepsi terhadap situasi yang benar,” kata Azh-Zhawahiri.

Sepanjang pesannya, Azh-Azh-Zhawahiri mengangkat hubungan antara Taliban dan Al-Qaidah sebagai model bagi para jihadis di seluruh dunia.

Video pesan tersebut berisi arsip-arsip Usamah bin Ladin dari tahun 1998, saat dia meminta umat Islam untuk mendukung tujuan Taliban. Azh-Zhawahiri juga memuji Mulla Muhammad Umar karena menolak permintaan Amerika untuk menyerahkan Bin Ladin. Dan ia mengingatkan pemirsa bahwa penerus Mulla Muhammad Umar sebagai Amir Taliban, Mulla Akhtar Manshur, secara terbuka mengucapkan terima kasih kepada Azh-Zhawahiri atas baiatnya pada Agustus 2015.

Mulla Akhtar Manshur menerima sumpah setia Azh-Zhawahiri dengan “sepenuhnya mengetahui harga keputusan ini,” yang berarti ia mengetahui konsekuensi dan risiko dari adanya ikatan dengan Al-Qaidah.

Sekilas, video ini tampak seperti video pesan biasanya. Namun, ada banyak cerita menarik. Azh-Zhawahiri menggunakan hubungan Taliban-Al Qaidah untuk mengkritik sebagian jihadis dan kelompok Islam di Suriah, yang telah terbelah oleh perselisihan dan kompetisi selama berbulan-bulan. Secara khusus, Azh-Zhawahiri juga mengingatkan bahwa para pejuang di Suriah tidak dapat menipu Amerika.


Azh-Zhawahiri memperingatkan mujahidin di Suriah bahwa mereka tidak bisa menipu Amerika

Azh-Zhawahiri berpendapat bahwa beberapa usaha di Mesir dan Suriah tidak dapat menghindari singgungan dengan AS. Orang lain telah mencoba—dan gagal—untuk meraih kekuasaan dengan menenangkan Amerika, kata Azh-Zhawahiri. Jadi, mereka yang berjuang untuk menggulingkan rezim Bashar al Assad seharusnya tidak mencoba mengikutinya.

“Hari ini sekali lagi kita menemukan orang-orang yang ingin melarikan diri dari kenyataan dan berusaha untuk mengulangi eksperimen gagal yang sama, mereka percaya bahwa mereka akan mencapai tempat kekuasaan – entah di Kairo atau Damaskus – dengan cara menipu Amerika, yang sebenarnya tidak mempan ditipu dengan tipuan mereka,” kata pemimpin Al-Qaidah tersebut.

Meskipun secara singkat Azh-Zhawahiri membahas tentang Mesir, tetapi dia dengan jelas memfokuskan pesannya kepada mujahidin Suriah. Untuk memahami hal ini, beberapa latar belakang masalah penting untuk dipahami terlebih dahulu.

Para jihadis di Suriah telah terlibat dalam perdebatan tajam sejak tahun 2015. Mereka berusaha membangun sebuah negara islami yang stabil, yang dapat menahan tantangan dari banyak musuh. Ini bukan tugas yang mudah. Upaya membangun negara permanen untuk jangka panjang di Suriah Barat Laut, yang meliputi hampir seluruh Provinsi Idlib, berpeluang gagal karena sejumlah alasan.

Proyek ini dipelopori oleh Hai’ah Tahrir Asy-Syam (HTS), sebuah organisasi independen hasil peleburan sejumlah kelompok jihadis. HTS tumbuh dari Jabhah An-Nushrah, yang secara terbuka pernah menyatakan baiatnya kepada Pimpinan Al-Qaidah hingga tahun lalu. Pada bulan Juli 2016, Amir JN Abu Muhammad Al-Julani mengumumkan bahwa kelompoknya tidak lagi berafiliasi dengan entitas “eksternal” manapun. Ketika itu Al-Julani, dengan busana yang mirip dengan Usamah bin Ladin, membacakan pernyataannya, meski tidak secara eksplisit menanggalkan baiatnya kepada Aiman Azh-Zhawahiri.

Memang, Julani secara eksplisit mengucapkan terima kasih kepada Azh-Zhawahiri atas kepemimpinannya. Namun, ungkapan Al-Julani sekilas terdengar ambigu terkait status baiat JN dan anggotanya terhadap Al-Qaidah. Saat itulah JN berganti nama menjadi Jabhah Fath Asy-Syam (JFS) setelah mendapat restu dari Wakil Amir Al-Qaidah Abul Khair Al-Mishri.

Dalam perkembangan berikutnya, JFS bergabung dengan beberapa kelompok jihad lain untuk membentuk Hai’ah Tahrir Asy-Syam pada bulan Januari 2017. Namun, sejumlah tokoh senior yang loyal kepada Al-Qaidah di Suriah menunjukkan ketidaksetujuannya dengan langkah Al-Julani. Yang tidak sepakat antara lain Samir Hijazi dan tokoh-tokoh senior JN yang berasal dari Yordania, seperti Abu Julaibib dan Abu Khadijah.[3]

Rencana Al-Julani adalah untuk mempersatukan oposisi di bawah satu payung tunggal dalam rangka melawan rezim Bashar Al-Assad dan sekutunya. Hal ini belum bisa diraih, di mana sejak awal inisiatif tersebut sudah banyak diperdebatkan di kalangan jihadis.

Inisiatif penyatuan yang disebut telah dilakukan dalam diskusi selama berbulan-bulan. Al-Julani telah mengusulkan versi awal penyatuannya pada awal 2016, namun gagal untuk mendapatkan momentum nyata. Lebih dari setahun setelah Al-Julani mengumumkannya.

Delapan bulan setelah HTS dibentuk, proyek penyatuan tersebut masih menghadapi rintangan yang signifikan. HTS memang dipandang adalah organisasi perlawanan terbesar dan terkuat di Suriah Barat Laut setelah menyerap sejumlah faksi yang lebih kecil.

Namun, HTS belum berhasil mewujudkan integrasi yang utuh dengan faksi lainnya. Beberapa anggota pendiri, yang pada awalnya setuju untuk bergabung dengan HTS pada Januari 2017, meninggalkan formasi HTS. Yang lainnya, seperti unit-unit yang tersisa di Ahrar Asy-Syam tidak pernah sepakat untuk bergabung sejak awal.

Meski demikian, banyak tokoh dan unit dari Ahrar Asy-Syam yang bergabung dengan HTS. Bahkan, mantan pemimpin tertinggi Ahrar, Abu Jabir Asy-Syaikh, menjadi Amir HTS sebelum digantikan oleh Al-Julani belum lama ini.

HTS juga terbelah oleh perselsihan internal dan konflik di level petinggi. Dua orang ulama senior di HTS, Dr. Abdullah Al-Muhaisini dan Syekh Mushlih Al-Alyani, juga meninggalkan HTS setelah beredar bocoran rekaman salah seorang komandan militer HTS di Idlib yang mengkritik ulama di jajaran Dewan Syariah HTS. Meski demikian, Al-Muhaisini mengonfirmasi kemudian bahwa sebab utama ia meninggalkan HTS adalah ketidaksetujuannya atas tindakan militer HTS terhadap Ahrar Asy-Syam akibat sebuah insiden yang disebutkan dimulai oleh pihak Ahrar.

Di atas masalah internal ini, musuh-musuh mujahidin dari berbagai pihak seperti kompak untuk menyasar HTS sebagai prioritas pertama. Sebagian kalangan mujahidin Suriah juga menunjukkan kekhawatiran bahwa Amerika, atau aktor negara lainnya, pada akhirnya akan bergerak untuk mengeliminasi model pemerintahan sipil yang baru lahir dan dipelopori HTS di Idlib, mengingat serangan udara yang terus menargetkan mereka dan secara membabi buta menyasar warga sipil.

Dengan latar belakang ini—kegagalan HTS untuk menyatukan semua kelompok mujahidin, perselisihan internal, dan masalah-masalah lainnya—sepertinya mendorong Aiman Azh-Zhawahiri untuk “campur tangan” dalam menangani momen krusial terkait jihad di Suriah.


Kegagalan HTS untuk menyatukan semua kelompok mujahidin, perselisihan internal, dan masalah-masalah lainnya—sepertinya mendorong Amir Al-Qaeda Aiman Azh-Zhawahiri untuk “campur tangan” dalam menangani momen krusial terkait jihad di Suriah

Sebelumnya dilaporkan bahwa beberapa faksi di Suriah terlibat dalam pembicaraan dengan Departemen Luar Negeri, yang telah memperingatkan kelompok-kelompok pejuang Suriah bahwa jika mereka bergabung dengan Haiah Tahrir Asy-Syam (HTS), mereka akan dianggap sebagai bagian dari jaringan Al-Qaeda.[4] “Antek-antek Departemen Luar Negeri Amerika telah mengunjungi mereka yang telah setuju untuk menyesuaikan diri dengan (agenda) mereka, dengan menjanjikan wortel sambil memegang tongkatnya,” kata Aiman Azh-Zhawahiri.

“Para penyandang dana juga memobilisasi dengan tipu daya dan perangkap mereka, dengan mengatakan, ‘Kami ingin membantu Anda, jadi jangan memberi kami masalah’,” lanjut Azh-Zhawahiri. Seperti yang pernah dilaporkan oleh The Long War Journal (LWJ),[5] ini adalah salah satu argumen yang disampaikan untuk inisiatif persatuan, karena beberapa kelompok jihad dan Islamis menyadari bahwa besaran dukungan eksternal yang dapat mereka dapatkan terbatas selama Jabhah An-Nushrah (JN) atau Jabhah Fath Asy-Syam (JFS)—komponen utama pembentuk HTS—secara terbuka dikaitkan dengan Al-Qaeda.


Menyinggung Pelepasan Baiat Jabhah An-Nushrah

Kemudian Azh-Zhawahiri menyinggung masalah baiat (sumpah setia); sebuah persoalan serius di kalangan jihadi. Beberapa pengkritik Abu Muhammad Al-Julani (Pemimpin HTS) menuduhnya telah melanggar baiatnya kepada Amir Al-Qaeda.

Azh-Zhawahiri memulai diskusi penting ini dengan menunjuk kepada pernyataan Abu Muhammad Al-Adnani. Sampai kematiannya pada Agustus 2016, Al-Adnani adalah juru bicara the Islamic State (IS) sekaligus pengawas beberapa operasi utamanya. Sebelumnya, jamaah pendahulu IS—yaitu ISI (the Islamic State of Iraq)—merupakan bagian dari jaringan Al-Qaeda. Namun, setelah khalifah yang dilantik pihak IS—Abu Bakr Al-Baghdadi—dideklarasikan ke publik, Al-Adnani dan yang lainnya berpendapat bahwa mereka tidak benar-benar mengkhianati baiat mereka kepada Azh-Zhawahiri.

Juru bicara IS mengklaim bahwa mereka tidak berbaiat penuh, tetapi hanya baiat yang menunjukkan kesetiaan terhadap visi Amir Al-Qaeda. Menurut Azh-Zhawahiri, “Jadi, Al-Adnani menyampaikan, ‘Baiat (kami) adalah sumpah hormat dan penghargaan; kami mematuhinya dalam urusan luar negeri dan tidak menuruti mereka dalam urusan dalam negeri kami!’.”

Azh-Zhawahiri mengacu kepada penjelasan Al-Adnani pada Mei 2014 mengenai hubungan organisasinya (ISIS) dengan Al-Qaeda.[6] Al-Adnani mengklaim bahwa pada saat kelompoknya menahan diri untuk tidak beroperasi di Mesir, Iran, Libia, Tunisia, dan Arab Saudi, itu karena menghormati permintaan Al-Qaeda. Al-Adnani mengatakan bahwa ketika pendahulu ISIS telah menghindari operasi eksternal di negara-negara tersebut, pada hakikatnya mereka telah mengabaikan arahan Azh-Zhawahiri ketika mulai beroperasi di Irak dengan terus membidik orang-orang Syiah.

Inilah yang dimaksud Azh-Zhawahiri dengan urusan “eksternal” versus “internal”. Kemudian Azh-Zhawahiri menuding pihak lain mencoba memodifikasi baiat secara tidak tepat juga, dengan menyebutnya sebagai “baiat kebutuhan” atau “baiat yang hanya mengikat dalam yurisdiksi tertentu” atau mengatakannya berisi hal yang “tsawabit (konstan) dan mutaghayyirat (dinamis)”. Azh-Zhawahiri menegaskan bahwa tak satu pun dari modifikasi terhadap baiat ini layak.

Kemudian Azh-Zhawahiri menyampaikan peringatannya yang paling awal, dengan mengatakan bahwa “pelanggaran” terhadap baiat adalah sesuatu yang “terlarang”. Jika ia berbicara kepada Al-Julani dengan kata-kata ini maka tampaknya Azh-Zhawahiri tidak menyetujui jalan yang dipilih Al-Julani di Suriah, setidaknya hingga kini, apalagi Al-Julani dan dan para pendukungnya telah gagal untuk “menyetorkan” sebuah proyek jihadi bersatu di Suriah.

Menurut LWJ, mungkin Azh-Zhawahiri tidak akan mengangkat isu baiat jika itu bukan pertanda buruk. Meski demikian, terbuka kemungkinan bahwa kritiknya ditujukan kepada banyak pihak.

Para pejabat Amerika Serikat (AS) menolak gagasan bahwa Al-Julani benar-benar keluar dari Al Qaidah, dengan alasan kehadiran para tokoh veteran Al-Qaeda di daerah yang dikendalikan HTS di Suriah.[7] Departemen Luar Negeri telah berulang kali menyebut JN sebagai cabang Al-Qaeda di Suriah, bahkan setelah namanya berubah dua kali (menjadi JFS dan HTS). Pada bulan Mei 2017, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga $10 juta untuk informasi mengenai keberadaan Al-Julani.[8] Mereka menyatakan bahwa JN “tetap menjadi afiliasi Al-Qaeda di Suriah”.

Yang jelas, perdebatan seputar baiat JN kepada Al-Qaeda terus berlanjut. Azh-Zhawahiri jelas tidak senang dengan implementasi program jihadi yang sedang diterapkan di Suriah. “Adapun bagi kami, kami akan memenuhi baiat kami; kami tidak akan tunduk atau menyerah,” kata Azh-Zhawahiri.

Kemudian Azh-Zhawahiri mengungkapkan sejumlah alasan sebagian kalangan yang gagal memenuhi baiat mereka dan membantahnya. Ia menyebutkan di antara alasan yang diajukan, “Mereka yang ingin membebaskan diri mereka mengatakan, ‘Kami ingin menghindari pemboman … Kami ingin berkelit dari dituding sebagai teroris … Penyandang dana telah mengajukan persyaratan yang mengharuskan kami untuk cuci tangan dari orang-orang yang tidak disukai oleh Amerika, jangan sampai kita juga ditunjuk sebagai teroris … Kami ingin pemutusan bantuan diperluas ke pengungsi … Kami tidak akan bisa bersatu jika kita mundur ke dalam cangkang kita …. “

LWJ juga menegaskan bahwa beberapa pihak yang memutuskan untuk tidak bergabung dengan HTS pernah mengisyaratkan kemungkinan bahwa mereka akan ditunjuk oleh AS sebagai teroris jika mereka tetap bergabung.[9] Yang jelas, hasil dari semua ini adalah “regionalisme,” kata Azh-Zawahiri, yang berarti bahwa para jihadis berpikir bahwa mereka dapat menghindari konsekuensi terburuk dari perang mereka dengan membatasi diri pada geografi tertentu.

Apa yang disampaikan Azh-Zhawahiri ini pada dasarnya sejalan dengan yang disampaikannya pada bulan April 2017, ketika ia memperingatkan agar menentang agenda “nasionalis” di Suriah. “Demikianlah, regionalisme secara bertahap menjadi slogan yang orang tidak segan untuk membesar-besarkannya, seolah-olah Barat dan Timur, Tentara Salib, Rawafidh (orang-orang Syiah), sekuler, ateis Rusia, dan Cina belum bersatu melawan kita!” tegas Azh-Zhawahiri.


Catatan Kaki:

[1] https://www.longwarjournal.org/archives/2017/10/analysis-ayman-al-Azh-Zhawahiri-argues-jihadists-cant-deceive-america.php

[2] Transkrip lengkap pesan Azh-Zhawahiri selengkapnya dipublikasikan oleh Maktabah Al-Mujahid: https://jhadma.wordpress.com/2017/10/04/40/

[3] http://henryjacksonsociety.org/2017/08/15/whither-al-qaeda-in-syria/

[4] https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-syria-usa/u-s-says-grave-consequences-if-syrias-al-qaeda-dominates-idlib-province-idUSKBN1AJ04Z

[5] https://www.longwarjournal.org/archives/2016/01/al-nusrah-front-chief-proposed-rebel-unity-plan.php

[6] https://www.longwarjournal.org/archives/2014/05/isis_spokesman_blame.php

[7] https://www.odni.gov/index.php/nctc-newsroom/nctc-speeches-testimonies-and-interviews/item/1800-hearing-before-the-senate-committee-on-homeland-security-and-governmental-affairs-threats-to-the-homeland

[8] https://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2017/05/270779.htm

[9] https://twitter.com/thomasjoscelyn/status/864271200893239296

(The-Long-War-Journal/Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: