Protesters chant slogans and wave Palestinian flags during a demonstration against the US and Israel in front of the US consulate in Istanbul, Turkey.
Iran telah mengecam keras keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan negaranya di Zionis Israel ke Yerusalem al-Quds, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut akan membakar Intifadah (pemberontakan) Palestina yang baru.
Dalam sebuah pernyataan Rabu (6/12) malam, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pengakuan Washington terhadap Yerusalem al-Quds sebagai ibukota Zionis Israel adalah "pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi internasional."
"Republik Islam Iran selalu menekankan bahwa alasan paling penting di balik ketidakstabilan dan ketidakamanan di Timur Tengah adalah berlanjutnya pendudukan [Israel], dukungan tanpa henti AS untuk rezim Zionis, dan menolak hak rakyat Palestina yang tertindas untuk mendirikan sebuah negara merdeka dengan al-Quds sebagai ibukotanya," kata pernyataan tersebut.
Menggambarkan langkah AS sebagai "provokatif dan tidak bijaksana," Kementerian Luar Negeri Iran memperingatkan bahwa "mengakui al-Quds sebagai ibukota rezim Israel" akan "memprovokasi umat Islam dan mengobarkan sebuah Intifadah baru dan mengintensifkan ekstremisme dan perilaku kekerasan dimana AS dan rezim Zionis Israel akan bertanggung jawab (untuk itu). "
Pernyataan tersebut juga meminta masyarakat internasional untuk menekan AS agar tidak melanjutkan pemindahan kedutaan atau pengakuan Yerusalem al-Quds sebagai ibukota rezim Zionis Israel.
Pernyataan tersebut dikeluarkan tak lama setelah Trump secara resmi mengumumkan kota Yerusalem al-Quds yang disengketakan tersebut sebagai ibukota Zionis Israel, terlepas dari peringatan dari seluruh dunia bahwa ukuran tersebut berisiko memicu gelombang kekerasan baru di Timur Tengah.
Dalam sebuah pidato di Gedung Putih pada hari sebelumnya, Trump mengatakan bahwa pemerintahannya juga akan memulai proses pengalihan kedutaan besar Amerika di Tel Aviv ke kota suci tersebut selama bertahun-tahun.
Pengumuman tersebut merupakan perubahan besar Washington yang beberapa dasawarsa membatalkan kebijakan luar negeri AS tersebut.
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar