Dalam buku berjudul Cahaya karya Imam Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athas Azzabidi, disebutkan pernah terjadi dialog antara Allah dengan Nabi Dawud AS.
Nabi Dawud bertanya kepada Allah: “Ya Allah, nikmat apakah yang kecil di sisi-Mu?” Allah menjawab, “Napas yang kamu hirup sehari-hari adalah nikmat yang kecil di sisi-Ku.”
Bayangkan, napas yang kita hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen bagi kita, bagi Allah adalah nikmat terkecil.
“Lalu nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu?” tanya Nabi Daud lagi. “Diciptakannya Nabi Muhammad SAW,” jawab Allah.
Tak heran, jika dalam hadis Qudsi dikatakan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW, memang anugerah dan kado terindah bagi umat manusia dari Allah yang wajib kita syukuri.
Allah berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا
Artinya: “Sungguh Allah telah memberikan karunia bagi orang-orang beriman tatkala Dia mengutus bagi mereka seorang Rasul” (QS Ali Imran: 164)
Tanpa terasa, saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Awwal, bulan kelahiran Baginda Rasulullah SAW. Seorang Rasul yang diutus untuk membawa rahmat dan kasih sayang bagi manusia dan semesta alam. Rahmatan lil ‘alamîn.
Nabi Muhammad SAW menyeru kepada seluruh umat manusia ke jalan Allah. Jalan kebenaran. Jalan tauhid. Jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah diberikan nikmat oleh Allah ta’ala, dari para Nabi dan Rasul, dan orang-orang terdahulu yang saleh. Yaitu, jalan Islam.
Semua Nabi dan Rasul terdahulu, akidahnya sama tidak boleh kita beda-bedakan.
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَهُمْ أَيْ فِي اْلعَقِيْدَة
Sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, mereka menyerukan kalimat Tauhid untuk mengesakan Allah SWT. La Ilaha Illallah. Meski syariatnya berbeda-beda, pada akhirnya, semua syariat para Nabi dan Rasul terdahulu disempurnakan oleh syariat Nabi Muhammad SAW. Yang berat diringankan. Yang susah menjadi mudah. Itulah ciri khas syariat Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW membawa agama Islam. Yaitu agama yang diridhai oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Artinya: “Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah SWT adalah al Islam.” (QS Ali Imran: 19)
Syekh Nawawi Banten, dalam Tafsirnya, Marah Labid fi Tafsiril Qur’anil Majid (Juz 1 halaman 91) mengatakan bahwa pengertian ayat tersebut adalah bahwa tidak ada agama yang diridhai oleh Allah SWT kecuali Islam, yaitu agama tauhid dan syari’at yang mulia yang pernah ditempuh oleh para Rasul terdahulu. Turunnya ayat ini karena ada klaim agama-agama lain, yaitu Yahudi dan Nasrani, yang merasa lebih baik, lebih benar, dan lebih utama dibandingkan Islam.
Semoga kita diberikan Allah SWT kekuatan dan istiqamah dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Meneladani jejak kehidupannya yang penuh cahaya ilmu dan hikmah. Banyak bershalawat kepadanya.
Dalam diri Rasulullah SAW sungguh terdapat suri teladan yang baik dan patut dicontoh. Kecuali kekhususan-kekhususan yang melekat pada dirinya, semua ucapan dan tindakan Nabi Muhammad SAW adalah untuk diikuti. Sebagaimana dikatakan Syekh Abdul Hamid Hakim dalam kitab ushul fiqih Mabadi Awwaliyah:
الأَصْلُ فِي أَفْعَالِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الاِقْتِدَاءُ إِلَّا مَا دَلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى اخْتِصَاصِهِ
“Hukum asal segala perbuatan Nabi adalah untuk diikuti kecuali ada dalil yang mengkhususkannya.”
(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar