Oleh: Abu syirin Al Hasan
Gemerlap istana romawi tidak membuatku terpana. Menyandang keluarga kerajaan tidak membuatku bangga. Keturunan Washi Samson tidak membuatku membusungkan dada. Aku hanya merindukan seorang yang selalu datang kedalam mimpi-mimpiku. Perkenalkan, saya adalah Nargis Khatun Saya seorang putri, cucu dari Kaisar Rum. Ibuku adalah keturunan Samson, khalifah Yesus. Kakekku Kaisar sangat ingin menikahkanku dengan keponakannya. Saya berusia 15 tahun. Di istananya dia mengadakan majelis besar, termasuk 300 biarawan dan pertapa, 700 kaum bangsawan dan 4.000 pejabat tentara.
Aku punya tahta khusus untuk saya pakai bila saya duduk dengan pria yang hendak menikahi saya. Pendeta Kristen sudah siap melamar saya. Mereka pun membuka Injil, namun tiba-tiba semua gambar di sekitar kami jatuh ke tanah dan pecah. Sepupu saya juga jatuh ke tanah dan pingsan. Para pejabat berusaha tenang untuk menyembunyikan rasa takut mereka dan berkata , "wahai raja, lindungilah kami dari menyaksikan hari sial seperti ini, ini adalah bukti kehancuran dan hilangnya agama Kristen."
Pada saat itu kakek saya sangat marah dan ia memerintahkan semua gambar harus dibawa dan dikembalikan pada tempatnya. Namun anehnya sekali lagi gambar-gambar itu jatuh karena angin besar menghembus dengan kencangnya meniup lampu dan lukisan yang ada. Pada kejadian yang kedua ini orang-orang menjadi ketakutan dan lari meninggalkan aula pertemuan. Kakek saya menjatuhkan diri dan seluruh acara dibatalkan selama beberapa hari.
Suatu malam setelah itu aku melihat dalam mimpi, di mana Yesus as muncul dengan murid-muridnya di istana. Mereka membangun sebuah mimbar dari cahaya, dan terlihat, Muhammad saww, wasinya Ali as dan semua keturunannya yang mulia datang ke istana. Yesus berjalan ke depan kemudian memeluk Muhammad saww seraya berkata, “Allah Maha besar! Gerangan apa yang membawa kekasih Allah swt keharibaan kami?” Muhammad saww berkata, “ Aku datang untuk mencari putri Anda keturunan Wasi Samson untuk anakku Hasan al-Askari as."
Isa as yang ditemani Samson berkata," Sungguh Kehormatan dan kemuliaan bagi kami bersatu dengan keluarga Muhammad saww."Isa as meminta persetujuan dari wasyinya dan Samson menganggukan kepalanya tanda setuju dan mereka pun berkumpul menyatu dalam mimbar cahaya.
Setelah mimpi itu, saya terbangun, saya takut dan tidak berani menceritakannya kepada ayah saya atau saudara saya karena takut mereka akan membunuh saya. Sementara saya terus merahasiakannya hingga Hasan al-Askari menemukan cintanya di hati saya. Karena saya sering berpuasa tubuh saya menjadi kurus dan jatuh sakit. Semua pengobatan dilakukan tetapi tidak berhasil. Pada akhirnya ayah saya mengatakan kepada saya, "Wahai anakku, katakan padaku apa yang salah dengan saya. Pintu-pintu kesenangan ditutup bagi saya. Setelah itu dalam mimpi saya terdengar suara berkata," jika Anda membebaskan beberapa tahanan, mungkin Yesus dan ibunya dapat membantu Anda." Saya mengatakan kepada ayah saya dalam mimpi itu dan meminta agar beberapa tahanan untuk dibebaskan. Ayah saya mengabulkan permintaan saya, dan setelah itu saya mengambil makanan dan merasa lebih baik.
Beberapa hari berlalu dan saya punya penglihatan lain, Fatimah as putri Nabi saww dan Mariam as, ibu Isa as datang kepada saya dan menjelaskan bahwa Hasan al-Askari as tidak bisa datang ke saya kecuali saya harus menjadi seorang Muslim dan menyatakan, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul terakhir Allah. saya menerima dan setelah itu saya melihat Hasan al-Askari dalam penglihatan saya."
Kecintaan dan kerinduan saya semakin meledak seakan kerinduan ini membunuh saya. Owh Tuhan aku mencintainya, namun engkau jadikan ia jauh dariku. Akhirnya Bunda Yesus datang kemimpi saya dan menjelaskan cara bertemu dengan kekasih sejati saya. Romawi sedang berperang dengan kaum Muslimin dan saya diperintahkan untuk ikut mereka dalam peperangan.
Tujuan saya hanya satu, Romawi akan kalah dan saya akan menjadi budak. Ketika itu akan datang seseorang membawa surat kepada saya seperti yang disebutkan bunda Maria as.
Kota Samara yang panas itu memancarkan aura tuhan dalam diri Imam Hadi as. Beliau memanggil sahabat kepercayaannya, Bashir ibn Sulaiman untuk melaksanakan perintah. Ya, perintah tuhan. Imam menulis surat dalam bahasa Romawi dan disegel dengan segel Imam sendiri. Dia menempatkan surat itu dalam tas merah, dengan uang 220 Dinar dan kemudian berkata kepada sahabatnya, " Ambillah surat ini dan pergilah ke pelabuhan Baghdad. Ketika kapal tiba di Sungai Tigris, tebuslah seorang wanita dari Romawi dan berikan surat ini padanya.”
Akhirnya saya tiba di pelabuhan dan melihat pemilik kapal yang bernama Amr. Perhatian saya mulai tertuju pada seorang gadis budak yang mengenakan dua pakaian sutra dan kerudung yang menutupi hingga bahunya untuk melindungi dirinya dari penglihatan para pembeli. Saya mendengar dia bercakap dalam bahasa Romawi, gadis itu berkata, “bahkan jika Anda memiliki kekayaan dan kemuliaan Solomon bin Daud, saya tidak pernah terpengaruh oleh anda, jadi berhati-hatilah jangan sampai Anda membuang-buang uang Anda untuk membeli saya."
Dan saat ada pembeli mendekatinya, dia akan berkata,” Terkutuklah orang yang tidak mengenal diri saya,” Penjual budak mulai bingung dan memprotesnya," Maaf! Saya hanya menjalankan tugas untuk menjual anda, saya dipaksa untuk menjual Anda." Kemudian budak itu menjawab, "Mengapa anda begitu terburu-buru menjual saya, izinkan saya memilih pembeli, hati saya mungkin bisa menerima dia.”
Bashir kemudian menaiki kapal dan menghubungi pemilik kapal, Amr bahwa ia akan membeli budak tersebut. Budak itu akan setuju dijual kepada saya, jika ia dihadirkan kehadapan saya, jawab Bashir.
Ketika Budak tersebut mendatangi Bashir ia menagih sesuatu seakan mengetahui apa yang akan diberikan. Kemudian Bashir mengeluarkan surat Imam Hadi as dan menyerahkan kepada gadis budak tersebut.
Kemudian Bashir berkata " Ketika saya menunjukan surat itu kepada gadis itu, ia pun segera menerima surat itu, dan ia menangis saat membaca surat itu. Lalu gadis budak itu berkata kepada Amr," Jual saya ke penulis surat ini, karena jika Anda menolak, saya tidak akan mau dibeli oleh yang lain dan saya akan memilih mati daripada dibeli selain orang ini.”
Kemudian saya [Bashir] memberbicarakan kesepakatan harga dengan Amr, sampai akhirnya kami sepakat pada 220 Dinars yang tuanku telah berikan kepada saya. Ketika saya membayar uangnya, dan menerima gadis itu. Dia datang ke saya tanpa keluhan, bahkan ia tersenyum dan tampak sangat senang. Dalam kegembiraannya, ia mengambil surat dari Imam Hadi as dari sakunya dan menciumnya, meletakkannya di matanya dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam sakunya.
Bashir memberanikan bertanya kepada gadis tersebut mengapa mengetahui bahwa dirinya akan memberikan surat dan akan membelinya, ia menjawab bahwa semua telah direncanakan Allah swt bahwa dirinya menjadi pendamping kekasih hati, Imam Hasan Askari as dan menjadi ibu dari anaknya.
Dengan sorotan mata yang tajam ia berkata, “Wahai Bashir! Aku bermimpi bahwa Allah swt telah memilihku menjadi seorang Ibu yang anaknya kelak akan memenuhi dunia ini dengan keadilan.”
Semoga Allah swt membahagiakan hari-hari kita dengan wiladahnya Imam Hasan Askari, kekasih hati dari Nargis Khatun salamullah alaiha.
Sumber:
1. Disarikan dari kitab zendeghi e name e narges e khatun.
2. Al-Ghaibah, Syeikh Thusi hal.208.
3. Kamaluddin Sahduq, Juz.2 hal.417.
4. Kitab Ghuzaresh Lahze be lahze milade nur.
(Laporan detik-detik kelahiran sang cahaya)
5. Bihar anwar juz. 51.
(ABNA/Astan-News/Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar