Konsulat AS di Yerusalem Selasa, (05/12/2017) mengeluarkan peringatan kepada warga AS untuk tidak berkunjung ke Yerusalem lama dan Tepi Barat untuk menghindari konfrontasi dan kerusuhan menjelang putusan Trump.
Konsulat AS di Yerusalem Selasa, (05/12/2017) mengeluarkan peringatan kepada warga AS untuk tidak berkunjung ke Yerusalem lama dan Tepi Barat untuk menghindari konfrontasi dan kerusuhan menjelang putusan Trump.
Peringatan tersebut menyusul rencana kontroversi Presiden AS, Donald Trump, untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka tidak diizinkan mengunjungi Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat secara keseluruhan serta menghindari tempat ramai di bawah tindakan pengamanan tambahan sampai pemberitahuan lebih lanjut,’’ terang laporan konsul AS yang dikutip dari Anadolu Agency (AA).
Trump melalui sambungan telepon Selasa lalu mengkonfirmasi untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan merelokasi kedutaannya ke kota suci itu.
Relokasi dubes AS ke Yerusalem adalah janji Donald Trump dalam kampanye pilpres 2016 lalu. Namun Trump disebutkan telah melampaui batas waktu mengeluarkan keputusan tersebut.
Jika hal ini benar-benar terjadi, maka Amerika Serikat akan menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak berdiri tahun 1948.
Juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Radinah sebelumnya mengatakan, Presiden Mahmoud Abbas menyampaikan kepada Trump bahwa relokasi kedutaan AS ke Yerusalem akan memiliki dampak serius terhadap stabilitas di kawasan.
Sementara itu Gedung Putih, Selasa, menyatakan bahwa Presiden AS akan mengeluarkan pernyataan resmi terkait rencana pemindahan Al-Quds ke Israel hari Rabu (06/12/2017).
Rencana Trump tersebut menuai kecaman dari sejumlah pemimpin Arab dan, terutama Raja Yordania Abdullah II, Raja Salman. Presiden Turki bahkan mengancam akan memutuskan hubungan diplomasi dengan Israel jika Trump melakukan hal itu.
Israel menduduki Yerusalem Timur pada bulan Juni 1967 dan kemudian menggabungkannya Yerusalem Barat serta menyebutnya sebagai ibukota bersatu dan abadi bagi Israel dimana hal ditolak oleh masyarakat internasional.
(Anadolu/Suara-Palestine/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Konsulat AS di Yerusalem Selasa, (05/12/2017) mengeluarkan peringatan kepada warga AS untuk tidak berkunjung ke Yerusalem lama dan Tepi Barat untuk menghindari konfrontasi dan kerusuhan menjelang putusan Trump.
Peringatan tersebut menyusul rencana kontroversi Presiden AS, Donald Trump, untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
“Pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka tidak diizinkan mengunjungi Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat secara keseluruhan serta menghindari tempat ramai di bawah tindakan pengamanan tambahan sampai pemberitahuan lebih lanjut,’’ terang laporan konsul AS yang dikutip dari Anadolu Agency (AA).
Trump melalui sambungan telepon Selasa lalu mengkonfirmasi untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan merelokasi kedutaannya ke kota suci itu.
Relokasi dubes AS ke Yerusalem adalah janji Donald Trump dalam kampanye pilpres 2016 lalu. Namun Trump disebutkan telah melampaui batas waktu mengeluarkan keputusan tersebut.
Jika hal ini benar-benar terjadi, maka Amerika Serikat akan menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak berdiri tahun 1948.
Juru bicara kepresidenan Palestina, Nabil Abu Radinah sebelumnya mengatakan, Presiden Mahmoud Abbas menyampaikan kepada Trump bahwa relokasi kedutaan AS ke Yerusalem akan memiliki dampak serius terhadap stabilitas di kawasan.
Sementara itu Gedung Putih, Selasa, menyatakan bahwa Presiden AS akan mengeluarkan pernyataan resmi terkait rencana pemindahan Al-Quds ke Israel hari Rabu (06/12/2017).
Rencana Trump tersebut menuai kecaman dari sejumlah pemimpin Arab dan, terutama Raja Yordania Abdullah II, Raja Salman. Presiden Turki bahkan mengancam akan memutuskan hubungan diplomasi dengan Israel jika Trump melakukan hal itu.
Israel menduduki Yerusalem Timur pada bulan Juni 1967 dan kemudian menggabungkannya Yerusalem Barat serta menyebutnya sebagai ibukota bersatu dan abadi bagi Israel dimana hal ditolak oleh masyarakat internasional.
(Anadolu/Suara-Palestine/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar