Tanpa bermaksud menggurui, untuk sekedar mengingatkan bahwa NU dalam ” kepungan ” kelompok-kelompok ideologi (Nasional & Trans Nasional) yang memiliki agenda bersama & terselubung ( konspirasi ) untuk membongkar Kemapanan Aswaja NU dalam NKRI yaitu Wahabi dan kroco-kroconya Setelah sekian lama bermanuver, akhirnya mereka menemukan momentum bersama dengan mengusung sentimen keagaaman berbalut politik. Tak ayal, terkait case 411 & 212 dan jilid-jilid berikutnya mereka tampak kompak memposisikan NU seperti “Common Enemy”.
Alih-alih membela agama, justru tokoh-tokoh dan ulama NU jadi target penistaan tanpa batas dengan segala label hujatan & cacian, seolah mereka paling benar & Islami. Btw, itulah watak sejati mereka terhadap NU & Nahdliyyin.
Dalam kompetisi sehat & sportif jika mereka bermain sendiri-sendiri tentu bukan tandingan NU dari kacamata manapun, mengingat NU yang notabene mayoritas dan jadi mainstream ideologi Islam nasional. Di samping itu, mereka secara terpisah adalah kelompok kecil yang relatif sedang mencari ruang gerak untuk eksist & established. Sebagian terlanjur dipandang sebelah mata, bahkan terkesan tak layak jual, baik oleh negara maupun masyarakat. Karena sejatinya mereka bukan ksatria & kalap untuk membongkar NU, maka cara-cara pecundang dilakukan dengan formasi “keroyokan”. Mungkinkah mereka berani tanding vis a vis NU dengan 1 lawan 1?
I don’t think so!
Mengapa FPI Dijadikan Martir?
Praktis hanya FPI satu-satunya ormas Islam yang berhaluan Aswaja & paling identik dengan ideologi dan amaliyah NU. Wajar jika ormas ini dijadikan “lokomotif” untuk menarik sekaligus mengangkut penganut Aswaja termasuk Nahdliyyin. Terbukti, sebagian sedulur-dulur kita yang ikut “Aksi Damai” melontarkan agumen justifikatif yang lugas & ringan: ” Oh, mereka Aswaja kok, sama dengan kita. Apalagi dalam acara tsb semua amaliyah kita (NU) yang dipakai, seperti: sholawat, istighotsah, dzikir bareng, dst. Apanya yang salah sih? Justru kita seharusnya bersyukur, karena mereka yang selama ini membid’ahkan NU malah ikut mengamalkan “. Dalam tataran ini gak ada yg salah. Wong ibadah koq disalahkan, iya toh? tapi mari kita kembali ke substansi tema semula, bahwa ini masalah perang ideologi alias ” Ghozwul Fikri ” antara NU vs kompetitor ideologi lainnya.
Sebelumnya di antara kelompok-kelompok tetangga tampak perbedaan sikap & ideologi, silang bahkan ada yang terkesan bertolak belakang? Tapi kenapa sekarang bisa bersatu?
Jangan-jangan selama ini hanya sandiwara alias kamuflase bin motif pengkaburan. Katanya demi Islam. Lho, apakah lantas mereka bisa mengklaim lebih representatif bagi muslim Indonesia & paling legitimated?
Coba pakai hitungan kalkulasi matematis, apakah NU tidak lebih representatif & legitimated?
Konon juga demi NKRI.
NKRI yang mana Bung?
Emang mereka pernah merasakan pahit getirnya mendirikan Republik ini?
NU yang berdarah-darah dalam memperjuangkan tegaknya NKRI juga gak gitu-gitu amat koq?
Oh… Mungkin NKRI dalam model atau proyeksi mereka , NKRI Bersyari’at, Khilafah NKRI, NKRI Non-Bid’ah, dll. Terus kira-kira motif apa lagi? Tidak perlu ditelusuri lebih jauh, karena akan melelahkan & buang-buang energi, toh muaranya sudah ketahuan: Ghozwul Fikri.
Kesimpulannya: apapun manuver yang dilakukan mereka, munfaridin maupun mutawahhidin, maka target utamanya adalah NU
(HWMI-Cyber-Team/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar