Umat muslim India harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan berat kepada dirinya sendiri dan sampai pada keyakinan bahwa pendidikan dan pemberdayaan ekonomi adalah solusi untuk sejumlah problem yang dihadapi.
Menurut laporan IQNA, fisik lemah, Tingkat pengetahuan yang rendah di kalangan umat Islam, tidak adanya dukungan pemerintah, meningkatnya pengangguran, dan lain-lain menyebabkan umat muslim Subbenua India dikenal sebagai salah satu tingkatan termiskin masyarakat.
Selain itu, sebagian ulama dan cendekiawan Islam dikarenakan kemaslahatan-kemaslahatan politiknya, mereka melupakan kemaslahatan kelompok minoritas masyarakat dan alih-alih menjaga kemaslahatan umat muslim, justru menjaga kemaslahatan pribadi dan partai pengusungnya.
Dengan melihat kondisi semacam ini, Fauzan Alavi, direktur perusahaan Allana Sans India dalam sebuah pembahasan yang mana atase kebudayaan Iran di New Delhi mengetengahkannya kepada IQNA mengkaji kondisi umat muslim India dan dengan menjelaskan sejumlah problem dan kekurangan yang dihadapi kelompok ini menuturkan, sejak peristiwa 11 September, komunitas muslim di seluruh dunia terkena badai. Justifikasi kami adalah kami muslim yang baik (bukan teroris), namun sejatinya (dengan melihat peremehan umat muslim India dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi), apakah ada perbedaan? Kami menulis pembahasan ini untuk umat muslim India.
Beberapa komite dan laporan menunjukkan bahwa umat muslim dalam mayoritas indeks dan parameter sosial paling buruk. Siapa yang harus disalahkan? Seluruh pemerintah dari masa kemerdekaan India sampai sekarang? Jika tidak, saya ingin tahu partai manakah atau pemerintah dikarenakan menjamin para pengajar berbahasa urdu, pengkhususan anggaran ke sejumlah sekolah agama dan memberi makan simbolik tahunan telah menghantarkan kita ke tingkat beragam.
Berapa kali kita duduk dan berfikir dengan tanpa memberikan peran pengorbanan tentang masa depan generasi berikutnya?
Apa yang kita lakukan untuk mengarahkan para remaja kami di sejumlah sekolah religi dan mengembalikan mereka ke jalan utama sosial? pengeluaran belajar di sejumlah sekolah ini bahkan tidak mencapai 10.000 Rupee.
Afirmasi Alquran akan Kehidupan Layak
Ketika Alquran berbicara tentang memberikan zakat, kita harus mengerti tentang makna sejati dan motivasinya. Alquran meminta kita untuk memiliki kehidupan yang layak, sehingga tidak hanya sekedar mengayomi keluarga kita, bahkan menjamin bantuan-bantuan materi kepada para fakir dan tidak mampu.
Sekarang kita gambarkan pelajar yang belajar dengan uang zakat di sejumlah sekolah agama dan pada akhirnya lewat zakat menjadi mata pencaharian. Saya pribadi berkali-kali melihat sekolah agama di New Delhi, dimana dikarenakan keterlambatan dalam pembayaran dan problem keuangan, meminta bantuan kepada pelbagai himpunan. Inikah komunitas yang hendak kita bangun?
Dalam hadis dan Alquran, seorang hafiz Alquran memiliki prioritas tersendiri dan menjadi sumber kebanggaan dan penghormatan. Namun sekarang ini rata-rata gaji seorang hafiz Alquran tidak kurang dari 10.000 Rupee dengan tanpa makan siang.
Apakah ini benar? Apa yang kita lakukan untuk merubah kondisi para pelajar sekolah agama, yang akan menjadi para hafiz Alquran?
Rasulullah saw sangat menghimbau kebersihan, namun kondisi kesehatan kawasan-kawasan muslim sejak dari dulu sudah jelas. Kita juga melihat hal ini dalam persamaan hak-hak wanita dan penghormatan terhadap mereka. Baru-baru ini dalam kasus talak tiga, kita juga menertawakan diri kita. Alquran tidak mewasiatkan hal ini. Dengan demikian, kenapa kita tidak dapat mengatakan talak tiga adalah keliru dan dapat membetulkan surat nikah.
Sebagai ganti, orang-orang atau yang disebut cendekiawan merekomendasikan embargo komunitas muslim. Namun bagaimana kita dapat membenarkan embargo sosial pada hari-hari ini dan di setiap periode muslim? Apakah mereka akan menghapus paspor, kartu penduduk, dan kartu perbankan keuangan muslim? Apakah umat muslim akan dilarang memasuki pusat-pusat perbelanjaan?
Saat ini untuk belajar dan bergabung dalam gerakan utama masyarakat, sejumlah program dengan nilai mencapai ratusan Crore (satuan sistem angka India dan sebelumnya merupakan sistem angka Persia) tersedia untuk belajar minoritas. Berapa pemimpin kita telah menindaklanjutinya dan sudah yakin akan adanya anggaran semacam ini? Kami katakan, partai dominan telah memundurkan kita. Saya setuju, apakah mereka dapat melakukan sedemikian rupa terhadap kita tanpa ada bantuan dari para pemimpin dan rohaniawan?
Setelah Maulana Azad, kita tidak melihat seorang pemimpin manapun dengan agenda kinerja independen. Para pemimpin partai atau istilah sekuler adalah pengenal kehadiran kesemuanya. Sejatinya partisipasi mereka tak lain adalah permainan politik dan menjaga kursi-kursi mereka semata. Pemilu tahun 2017 di Uttar Pradesh telah memperburuk situasi dan kondisi.
Kita Mengikuti Ajaran-ajaran Alquran
Kursi partai sayap kanan BJP dalam pemilihan sangat mendevaluasi kepentingan kita. Seluruh pemimpin yang menyokong partai-partai pengusungnya harus berfikir sejenak. Semisalnya umat muslim di Uttar Pradesh, Bengal Barat dan Assam memegang kekuasaan, namun apakah di setiap partai sekuler, beberapa anggota pemerintah pusat atau wakil gubernur tidak akan hadir?
Saat ini, banyak muslim yang tidak tahu, alih-alih memainkan peran pengorbanan, justru mereka bekerja keras. Mereka menunaikan salat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Sekarang sudah tiba waktunya umat muslim saling berkumpul dan menengok masing-masing sehingga mengetahui jalan manakah yang keliru dan meninjau kembali dalam sejumlah masalah seperti sistem pendidikan, talak tiga atau modernisasi sistem sekolah agama dan topik-topik lainnya.
Hanya pada saat itulah pemerintah atau masyarakat luas memberi kita apa yang benar-benar layak kita dapatkan. Pendidikan dan pemberdayaan ekonomi adalah satu-satunya solusi kemajuan.
Alangkah baiknya, alih-alih menyalahkan Modi atau Yogi (petapa India), kita mengikuti ajaran-ajaran Alquran.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar