Menjelang peringatan tahunan Hari Gelora 9 Dey yang ke-8 “Hari Basirah dan Janji Umat terhadap Wilayah”, ribuan orang dari anggota Dewan Koordinasi Tablig Islam dari seluruh penjuru Republik Islam Iran, Rabu (27/12) pagi, bertemu dengan Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei.
Redaksi lengkap pidato beliau dalam pertemuan ini akan dirilis menyusul. Adapun kutipan-kutipannya adalah sebagai berikut:
“Dalam perang, kalain harus memprediksi musuh akan mau berbuat apa. Sekarang ini tidak perlu lagi prediksi. Ribuan artileri kedustaan aktif menembakkan amunisi ke arah Bangsa Iran. Target mereka adalah membuat masyarakat putus asa dan buruk sangka serta menghancurkan kepercayaan diri mereka.”
“Sayangnya, di dalam negeri juga terdapat kelompok yang melanjutkan pekerjaan musuh tersebut; membuat massa putus asa, menuduh, menanamkan kebohongan-kebohongan yang besar dan pencetus permusuhan di benak publik. Ini hal-hal yang sedang dilakukan oleh sekelompok orang.”
“Mereka tidak bertakwa. Orang-orang yang menjalankan pekerjaan musuh di dalam negeri tidaklah bertakwa. Mereka ini orang-orang yang agamanya politis. Bukannya politik mereka agamis, malah agama mereka politis. Mereka menjalankan pekerjaan musuh, seperti mengangkat kubu tertentu atau si fulan dan menurunkannya. Sebagian dari mereka pemilik media massa. Sebagiannya lagi penguasa mimbar tablig. Mereka leluasa berbicara. Sementara mereka tidak mempedulikan Tuhan, tidak pula agama, bahkan keadilan.”
“Mereka membuat musuh gembira. Itu pun dengan harga membuat publik dan generasi muda putus asa. Lebih khusus lagi yang saya maksud adalah orang-orang yang mana semua fasilitas manajemen ada di tangannya. Baik yang sekarang maupun yang dulu. Tidak ada bedanya. Semua fasilitas ada di tangan mereka, tapi kemudian, meminjam kata orang-orang yang kebarat-baratan, mereka berperan sebagai oposisi.”
“Orang-orang yang sekarang atau dulu fasilitas negara ada tangan mereka tidaklah berhak untuk berbicara anti negara. Malah mereka harus bertanggungjawab.”
“Saya yang punya fasilitas tidak mungkin menjadi penuntut, melainkan saya harus bertanggungjawab apa yang telah saya lakukan dengan fasilitas itu?”
“Bukannya saya bertanggungjawab, malah memainkan peran sebagai penuntut terhadap ini dan itu?! Jelas masyarakat tidak menerima hal ini. Mungkin saja sekarang orang berpikir dia sedang mempengaruhi pikiran rakyat, tapi rakyat juga sadar, dan mereka tidak akan menerima.”
“Semua pejabat Republik Islam, sejak awal sampai sekarang, punya jasa penting. Kita menyaksikan dari dekat. Tapi ada juga yang mencederai dan merugikan.”
“Orang harus berterimakasih terhadap jasa pemerintah, para jaksa, dan wakil rakyat sepanjang masa – kapan pun itu -. Orang juga harus mengkritisi kerugian yang mereka sebabkan. Tapi kritikan yang adil dan bertanggungjawab, bukan kritikan berupa tuduhan.”
“Kritik dan terima kritik adalah wajib, sedangkan menuduh dan menebar kata-kata kotor adalah haram. Mengkritik tentu beda dengan menuduh dan mengulang kata-kata musuh.”
“Kritik harus adil, logis dan bertanggungjawab. Kampanye hitam bukan seni. Bahwa kita serampangan saja menghakimi dewan ini dan dewan itu tampa melakukan pemilahan, tentu bukan seni. Setiap anak kecil juga bisa mengambil batu dan memecahkan kaca. Tentu itu bukan seni.”
“Seni adalah ketika seseorang berbicara secara logis dan adil. Tidak berbicara demi meraup kekuasaan. Selalu memperhatikan Allah Swt.”
“Revolusionisme beda dengan sok revolusioner. Revolusionisme pekerjaan yang susah. Mengharuskan keteguhan dan keberagamaan.”
“Tidak bisa orang selama satu dekade memegang segala urusan negara, kemudian pada dekade berikutnya berubah menjadi penentang negara. Hari 9 Dey yang begitu besar merupakan jawaban Bangsa terhadap permainan-permainan itu. Hari 9 Dey adalah pembelaan terhadap nilai-nilai dan agama. Di sana kami gigih bertahan karena membela asas pemilu itu sendiri.”
“Kita harus ekstra memperhatikan diri. Imam Khumaini ra berkata, tolok ukurnya adalah keadaan terkini seseorang. Imam Khumaini ra adalah seorang hakim dan bijaksana. Makna kata-kata ini adalah siapa pun tidak punya jaminan benar sampai mau mati. Karena itu, harus sektra memperhatikan diri.”
“Hati-hati jangan sampai infiltran musuh masuk ke dalam badan-badan pembuat dan pengambil keputusan.”
“Jilatan musuh juga jangan diambil serius. Ungkapan sayang, suka, “mari bergandengan tangan” dan “mari duduk bersama” juga jangan diambil serius.”
“Semua ini apabila diperhatikan dengan benar, percayalah Republik Islam akan tetap bergerak maju dan berkembang. Dan masalah-masalah seperti pelonjakan harga, inflasi, dan stagnasi – yang saya lihat sendiri masyarakat sedang mengalaminya – pasti bisa ditanggulangi dengan semangat para pejabat pemerintah. Allah Swt pasti akan memberikan pahala-Nya dan membuka simpul masalah.”
“Musuh utama kita yaitu AS adalah salah satu pemerintah yang paling bejat dan zalim di dunia. Mereka berikan dukungan yang sebesar-besarnya kepada kelompok-kelompok teroris dan ISIS. Sekarang pun mereka sedang membantu ISIS dan kelompok-kelompok takfiri seperti ISIS dari bawah. Merekalah yang melindungi para diktator, syah Iran, dinasti Saudi, dan dinasti-dinasti tiran di kawasan. Mereka juga yang mendukung para penjahat yang sedang melakukan kejahatan di Palestina dan Yaman.”
“Di dalam negeri sendiri juga mereka melakukan kejahatan. Polisi AS tanpa alasan yang bisa diterima membuntuh perempuan, anak-anak, dan remaja kulit hitam lalu di pengadilan dia dibebaskan. Ini badan pengadilan mereka. Tapi kemudian mereka menyerang badan-badan pengadilan di negeri-negeri lain termasuk badan pengadilan negeri kita yang beriman.”
“Tentu saja badan pengadilan kita bukan tanpa salah. Saya bukan tidak tahu soal masalah-masalah yang ada dalam tubuh pengadilan dan eksekutif. Data yang saya miliki mungkin lebih banyak dari kebanyakan orang. Tapi, saya juga melihat titik-titik positif.”
“Iya, kita punya jaksa yang bejat. Tapi kita juga punya jaksa yang adil dan terpercaya. Tidak boleh kita menegasikan secara sama rata.”
“Kita punya pejabat eksekutif yang ambisi kekuasaan, tidak punya malu, dan serakah harta. Tapi, kita juga punya pejabat eksekutif yang bersih dan bekerja keras. Tidak boleh kita memukul rata.”
(Wilayatul-Faqih/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar