Yerusalem (Ûrsyalîm) dalam bahasa Ibrani merupakan dua kata; ûr dan syalîm. Ûr artinya api, hal terang dan suci. Syalîm artinya kota, damai, keselamatan dan tenang. Jadi, ûrsyalîm berarti kota suci, kota terang, kota damai dan tenang. Juga bermakna warisan suci.
Dinamai Ûrûsâlim dari sejak zaman bangsa Hait tinggal di wilayah ini, dan pada masa nabi Daud as berkuasa atasnya dinamai Ûrsyalîm yang sebelumnya pada masa beliau sebelum melakukan penyerangan terhadapnya- bernama Yebus. Yerûsyâlâîm, Yerûsyalem dan Ûrsyalîm adalah berarti kota damai dan tenang.
Bangsa Kanan yang dikatakan sebagai kaum muwahid pertama di wilayah ini, pada akhir 4000 SM mereka hidup di negeri ini dan membangun kota Yûrsâlîm. Lalu, raja mereka, Shaduq, karena menyukai kedamaian dan untuk menghormati Syâlîm; tuhan kedamaian, ia menamainya Yûrsyâlîm, kota kedamaian. Kemudian wilayah yang disebut dengan Yebus ini, setelah dikuasai nabi Daud as dinamai Ûrsyalîm atau juga dikatakan dengan Kota Daud.
Bangsa Yahudi menyebutnya Bait Hamiqdâsy, rumah suci. Ketika bangsa Romawi menguasainya (134 M), mereka menamainya Îliyâ Kâpîtûlînâ; puncak rumah tuhan, dan menjadikannya sebagai pusat pemujaan berhala. Nama Îliyâ melekat padanya hingga masa kedatangan Islam, dan secara bertahap sampai disebut dengan Baitul Muqaddas, Baitul Maqdis, Baitul Quds, al-Quds, Syarif dan Madinah Muqaddasah (kota suci).
Ûrsyalîm yang telah menjadi sebuah pusat dari abad 15 SM, oleh pemerintahan Daud, Moka Biyan dan Dinasti Herdus dijadikan sebagai ibukota pemerintahan di negeri Palestina. Terletak di tenggara kota Jaffa dan dalam jarak 50 mil di atas perbukitan yang subur di tengah daerah pegunungan yang sangat indah. Seperti jalan perempatan di antara timur dan barat, sebagai saksi lalu lintas musafir dan sasaran agresor dari sejak 4000 tahun SM hingga kini.
Kota yang dikenal dengan tanah yang dijanjikan dan tempat di mana mataair susu dan madu mengalir di sana, menjadi sorotan para agresor dan penakluk dunia. Setelah Islam datang, para penguasa Utsmani kemudian menyebut Baitul Maqdis dengan nama al-Quds.
Sejarah menunjukkan bahwa kota bebatuan yang terletak di atas bukit Muria ini, selama beberapa abad pernah diblokade sampai duapuluh kali oleh para agresor; dua kali dihancurkan dan delapanbelas kali dibangun kembali. Tiga kali tempat peribadatannya direnovasi, dan enam kali masyarakatnya berganti agama dan mazhab.
Shakrah Muqaddas (Batu Suci) adalah permukaan bukit Muria, yang dari sejak zaman batu menjadi perhatian berbagai kaum dan dihormati mereka, kini terdapat sebuah galian setinggi dua meter, yang didatangi para pengunjung. Muslimin memandangnya suci, karena di situlah nabi Ibrahim as membawa putranya, Ismail, dan Ishaq -menurut Yahudi- untuk berkurban. Juga sebagai tempat suci dalam kaitannya dengan miraj nabi agung Muhammad saw. Di atas batu inilah yang kemudian di masa belakangan berkubah sepuh emas- beliau bermiraj di malam hari.
Posisi batu ini terletak di Mabad (tempat ibadah) atau Haikal yang dibangun oleh nabi Sulaiman as. Pada abad VI SM tempat ini hancur akibat serangan Neo Kod Nashr, lalu pada akhir abad itu dibangun dengan nama Hamiqdâsy. Setelah dihancurkan habis oleh Titus panglima Romawi tujuhpuluh tahun pasca kelahiran al-Masih, kemudian pada masa Umar khalifah II menaklukkan Baitul Maqdis, ia diantar oleh Kab al-Ahbar untuk melihat Shakhrah. Karena kotor sekali, ia perintahkan kaum Nabth untuk membersihkannya. Setelah disucikan, ia melaksanakan shalat di sana.
Dikatakan, Abdul Malik bin Marwan membangun kubah di atasnya. Tujuan utama dia dari proyek ini, supaya masyarakat -sebagai ganti pergi haji ke Mekah masa Abdullah bin Zubair di pihak bani Umayah- datang untuk tawaf mengitari Kubah Shakrah. Kemudian Makmun khalifah Abbasiyah menghiasinya dengan marmer dan membangun dinding delapan sudut baginya.
Pada tahun 1099 M Baitul Maqdis dikuasai Salibis, Kubah tersebut diganti menjadi gereja, luar-dalamnya dihiasi dengan lukisan dan gambaran para santa, dan diletakkan salib besar di atasnya. Pada tahun 582 H, Shalahuddin Ayubi mengubahnya kembali (menjadi masjid), dan direnovasi oleh raja Sulaiman Ustmani serta disepuh emas oleh para raja Utsmani. Kemudian pada tahun 1964 dibangun lagi.
Referensi:
-Tarikh Ursyalim (Baitul Maqdis)/Sayed Jafar Hamidi
(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar