Oleh: Abdi Kurnia Djohan
Kurang lebih dalam tiga tahun ini, setiap memasuki bulan maulid (Rabi’ ul Awwal) beredar informasi tentang penolakan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari terhadap tradisi maulid Nabi Muhammad sholaWatullohi ‘alayhi.
Informasi itu disebarkan oleh mereka yang menolak fakta tradisi peringatan maulid Nabi hingga menghukuminya sebagai kemungkaran yang menyebabkan pelakunya masuk neraka (???)
Sebagai penguat dari anggapan mereka itu, ditampilkan pendapat Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy’ari, yang menurut hemat saya seperti dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Pendapat itu adalah sebagai berikut:
عمل المولد على الوصف الذى وصفته أولا حرام لا تختلف فى حرمته إثنان ولا ينتطح فى منعه عنزان ولا يستحسنه ذو المروءة والإيمان. إنما يرغب فيه من طمست بصيرته واشتدت فى المأكل والمشارب رغبته ولا يخاف فى المعاصى لومته لومة لائم ولا يبالى أنه من العظائم. وكذا التفرج عليه والحضور فيه وإعطاء المال لاجله فإن ذلك كله حرام شديد التحريم لما فيه من المفاسد التى سنذكر إن شاء الله تعالى فى أخر التنبيهات…
Tradisi maulid yang saya gambarkan pertama (di dalam tulisan ini) hukumnya haram. Tidak ada dua orang ulama yang saling berselisih mengenai keharamannya. Begitu pun dalam hal larangannya, tidak seekor kambing jantan pun yang berani menerobosnya. Dan orang-orang yang mempunyai muru’ah (harga diri) dan iman pun tidak akan menganggap perbuatan itu baik.
Sungguh, yang menyukai hal-hal demikian itu hanyalah orang-orang yang telah tertutup bashirah (mata hatinya) dan sangat kuat kecintaannya kepada makan dan minum saja. Orang seperti itu tidak takut celaan orang lain (karena perbuatan maksiat yang mereka lakukan), serta tidak pernah terlintas di pikiran mereka di benak mereka bahwa itu adalah perbuatan dosa besar.
Demikian pula menyempatkan hadir di acara maulid itu serta memberikan harta untuk acara itu, semuanya itu adalah perbuatan HARAM dan sangat HARAM karena munculnya banyak kerusakan di dalamnya. Dan Insya Allah akan saya jelaskan di akhir Kitab Tanbihat ini…
Penjelasan KH Hasyim Asy’ari di atas dapat dijumpai di dalam Kitab al-Tanbihat ul-Wajjbat li man Yashna’ ul Maulid bi al-Munkarat (Peringatan-peringatan yang Wajib Disampaikan kepada Orang yang Adakan Maulid dengan Kemungkaran), halaman 17-18.
Sepertinya potongan itu sengaja mereka tampilkan secara tidak utuh, untuk menunjukkan kepada umat–khususnya warga NU–bahwa pendiri NU saja “mengharamkan” maulid. Sehingga dengan begitu, mereka ingin mengatakan “Kenapa Warga NU berbeda dengan pendirinya?”
Bagi kalangan awam, membaca potongan pendapat di atas sudah cukup membuat mereka yakin untuk meninggalkan tradisi maulid Nabi. Tapi, pernahkah kalangan awam berpikir bahwa kitab Tanbihaat Kyai Hasyim Asy’ari itu isinya bukan hanya halaman 17 dan 18 saja. Kitab itu ditulis setebal 61 halaman, dan isi kitab itu bukan larangan tentang peringatan maulid.
Jika dibaca dari judulnya saja, dapat diperoleh pemahaman bahwa Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy’ari mengecam pelaksanaan maulid yang dicampur dengan kemunkaran (lihat kembali judul kitab). Itu maknanya bahwa menurut Hadlrotus Syaikh, idealnya peringatan maulid tidak dicampur dengan kemungkaran.
Pendapat beliau yang terdapat di halaman 17 dan 18 itu adalah kelanjutan dari pandangan beliau tentang kebiasaan mencampur maulid dengan tradisi-tradisi kemungkaran yang beliau lihat di salah satu pesantren:
قد رأيت فى ليلة الاثنين الخامس والعشرين من شهر ربيع الاول من شهور السنة الخامسة والخمسين بعد الالف والثلاث مائة من الهحر اناسا من طلبة العلم فى بعض المعاهد الدينية يعملون الاجتماع باسم المولد وأحضروا لذلك الات الملاهى ثم قرأوا يسيرا من القران والاخبار الواردة فى مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع فى مولده من الايات ومابعده من سيره المباركات ثم شرعوا فى المنكرات مثل التضارب والتدافع ويسمى عندهم بفنجاأن وبوكسن وضرب الدفوف. كل ذلك بحضور نسوة أجنابيات قريبات منهم مشرفات عليهم والموسيقي وستريك واللعب بما يشبه القمار واجتماع الرجال والنساء مختلطات ومشرفات والرقص والاستغراق فى اللهو والضحك وارتفاع الصوت والصياح فى المسجد وحواليه فنهيتهم وانكرتهم عن تلك الننكرات فتفرقوا وانصرفوا.
Saya pernah melihat pada malam senin tanggal 25 Rabi’ ul-Awwal 1355 H di salah satu pesantren, sekumpulan santri yang mengadakan kumpulan dengan nama peringatan maulid. Di situ mereka menghadirkan alat-alat musik. Lalu, mereka membaca beberapa ayat Al-Qur’an, riwayat tentang perjalanan kehidupan Nabi sholla Allahu alayhi wa sallam, yang penuh dengan keberkahan dari awal lahir dan sesudahnya.
Setelah itu, mereka pun mengadakan kemungkaran, yaitu dengan menyelenggarakan permainan pencak, tinju, sambil memukul-mukul rebab. Acara itu pun dihadiri para perempuan (yang bukan mahram) dan mereka menyaksikan (aksi pencak dan tinju itu).
Tidak saja itu, acara maulid itu pun diramaikan dengan musik, permainan setrik dan perjudian. Laki-laki dan perempuan bercampur baur, melihat tarian dan larut dalam tawa-canda serta diiringi suara keras dan teriakan-teriakan di dalam masjid dan sekitarnya.
Melihat itu, saya larang mereka dan saya menolak tegas kegiatan itu. Mereka pun bubar dan kembali ke tempatnya masing-masing (halaman 9-10)
Dari paparan itu, Hadrotus Syaikh sebenarnya hanya menceritakan fenomena kemungkaran di dalam pelaksanaan maulid yang pernah beliau temui. Lalu bagaimana dengan pandangan beliau tentang maulid? Ini bisa dibaca dari kelanjutan halaman 10 dan seterusnya:
يؤخذ من كلام العلماء الاتى ذكره أن المولد الذي يستحبه الائمة هو إجتماع الناس وقرأة ما تيسر من القران ورواية الاخبار الواردة فى مبدأ امر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع فى حمله ومولده من إرهاصات وما بعده من سيره المباركات ثم يوضع لهم طعام يأكلونه وينصرفون. وان زادو على ذلك ضرب الدفوف مع مراعاة الادب فلا بأس بذلك.
Dari halaman 11 hingga halaman 17, Kyai Hasyim Asy’ari mengutip pendapat-pendapat para ulama, termasuk guru beliau Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani, tentang disukainya peringatan maulid Nabi.
Dengan kutipan ini, apakah bisa disimpulkan bahwa Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy’ari anti maulid? Pikirkanlah…
(suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar