Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Ibadah Para Imam Suci Ahlul Bayt as

Ibadah Para Imam Suci Ahlul Bayt as

Written By Unknown on Kamis, 04 Januari 2018 | Januari 04, 2018


Oleh: Mz Hasan Amruhi

1. Ibadah Imam Ali

Wajah beliau selalu pucat setiap waktu salat tiba. Suatu ketika seseorang menanyakan hal ini. Beliau berkata "Inilah waktunya untuk menunaikan tugas, beban yang ditolak oleh langit, bumi dan gunung. Meskipun fisikku lemah, aku bersedia untuk memikul beban ini."

Imam as berkata, "Aku tidak mengetahui siapa pun di masyarakat ini yang telah melaksanakan salat bersama Rasulullah saw sebelum aku. Aku telah menunaikannya selama sembilan tahun sebelum orang lain melaku kannya." [Arjahul Mathalib]

Disebutkan dalam Syarah Nahjul Balaghah bahwa selama Perang Shiffin Imam Ali membentangkan sajadahnya di antara dua barisan prajurit dan melaksanakan salat bahkan ketika anak panah melesat dari segala sisi dan peperangan itu berlangsung sengit.

Beliau tidak takut sedikit pun terhadap anak-anak panah itu. Bahkan setelah selesai salat beliau tidak meninggalkan tempat sebelum memanjatkan munajat dan berbagai amalan sunah.

Allamah Ibnu Abil-Hadid menulis bahwa Ali terbiasa dengan salat-salat sunah (nafilah) dan melakukan sujud panjang sehingga keningnya menyerupai lutut unta. Beliau sedemikian khusyuk di dalam salatnya sehingga benar-benar melupakan segala sesuatu selain-Nya. Begitu khusyuknya beliau salat bahkan tidak merasakan tubuhnya

Disebutkan bahwa suatu ketika sebuah panah menem bus kaki beliau. Amat sakit bagi beliau jika seseorang mencoba mencabutnya. Lalu mereka menyarankan agar menunggu Imam Ali as khusyuk di dalam salatnya. Maka ketika Ali as sedang salat, mereka mencabut anak panah itu dan Imam Ali tidak merasakannya sama sakali.

Dan bagaimana mereka berpuasa ketika Hasan dan Husain sakit, semua berjanji untuk berpuasa selama tiga hari. Ketika tiba waktunya untuk berbuka, seorang pengemis tiba di depan pintu dan mereka pun memberikan jatah mereka masing-masing dan karenanya mereka berbuka hanya dengan segelas air.

Keesokan harinya mereka berpuasa lagi tanpa memakan apa pun juga hingga hari ketiga. Allah Yang Mahakuasa menerima puasa mereka dan dalam memuji mereka diturunkanlah surah ad-Dahr.

Imam Ali as hampir setiap hari berpuasa dan sibuk dalam salat sepanjang malam. Sampai-sampai para tetangganya mendengar seribu Takbiratul Ihram (kalimat Allahu Akbar) dalam semalam.

Kondisi beliau menjadi sedemikian serius sehingga orang mengira jiwanya telah berpisah dari dirinya.[1]


2. Ibadah Imam Hasan 

Imam Hasan as banyak sekali beribadah dan menunaikan amalan sunah. Beliau menghabiskan sebagian waktu malamnya dalam beribadah kepada Allah. Beliau berdoa dan bermunajat hingga orang mengira beliau sedang menangisi kematian kerabat dekatnya

Seperti ayahnya, Imam Hasan as juga sering berpuasa Beliau melaksanakan haji dengan berjalan kaki sebanyak dua puluh lima kali. Beliau berkata, "Aku malu menemui Tuhanku bila aku gagal mencapai Rumah-Nya dengan berjalan kaki

Suatu ketika beliau pergi haji dan tunggangannya dibiarkan berjalan di sampingnya. Setelah berjalan jauh kakinya membengkak dan seseorang menyarankan, "Wahai putra Rasulullah, bila kakimu kini seperti ini, kenapa Anda tidak menaiki tungganganmu?"

Beliau menjawab, "Aku tidak membawa tunggangan ini untuk mengendarainya sendiri. Ini hanya untuk bila aku mendapati seorang jamaah haji yang sudah keletihan untuk berjalan, aku akan menyuruhnya untuk menaikinya.[2]


3. Ibadah Imam Husain 

Apa yang bisa dikatakan mengenai ibadah orang yang dibesarkan di atas pangkuan Rasulullah saw dan Imam Ali as serta memperoleh manfaat dari mereka. Sejak kanak kanak Imam Husain as sangat cinta ibadah. Beliau sering menunaikan salat bersama Rasulullah saw.

Hafash bin Ghiyats meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk salat dan Imam Husain juga datang dan berdiri di sebelahnya. Ketika Rasulullah membaca takbir, Imam Husain yang baru berusia lima atau enam tahun waktu itu juga berusaha mengucapkannya tetapi tidak bisa diucapkan dengan benar. Rasulullah kembali mengucapkan takbir. Lagi-lagi Imam Husain tidak dapat mengucapkannya dengan benar. Maka Rasulullah pun mengucapkan takbir sebanyak tujuh kali secara bersama sama Oleh karena itu, sejak itu disunahkan membaca takbir tujuh kali sebelum takbiratul ihram.

Seseorang bertanya kepada Imam Zainal Abidin as, kenapa ayahnya mempunyai anak sedikit. Beliau menjawab Alasannya karena beliau menunaikan salat seribu rakaat setiap malam." Imam Husain as juga menunaikan haji sebanyak dua puluh lima kali dengan berjalan kaki dan tunggangannya tetap berjalan di sampingnya selama perjalanan

Sedemikian rupa kecintaannya beribadah kepada Allah sehingga pada malam Asyura ibadahnya terhenti karena harus menghadapi Umar bin Sad. Malam kesusahan adalah malam Asyura, segala malapetaka telah mengepung Imam as, bahkan saat beliau sedang khusyuk dalam salat dan beribadah sepanjang malam dengan keikhlasan, kerendahan hati dan penghambaan. Hanya orang seperti Imam Husain as saja yang dapat melakukan ibadah seperti ini. Musuh-musuh beliau menembakkan anak panah pada saat Imam Husain as sedang mendirikan salat. Lebih penting lagi adalah ketika beliau sedang mengerjakan salat asar. Makhluk yang terluka dan tertindas ini dikepung oleh musuh-musuh yang menyerang beliau dari segala sisi sementara beliau sedang menunaikan salat asar dengan isyarat. Puncaknya adalah mereka memenggalnya saat beliau sedang sujud.[3]


4. Ibadah imam Ali Zainal Abidin as

Pada waktu ibadah rasa takut menyelimuti Imam Zainal Abidin sehingga rona wajahnya berubah menjadi pucat.

Kondisi seperti ini berlangsung terus dari awal salat hingga selesai. Pada waktu berwudu juga terjadi kondisi serupa. Suatu ketika seseorang menanyakan alasannya Imam as menjawab, "Saat ini aku sedang berdiri di hadapan Kerajaan Ilahi Yang adalah Sang Pencipta semua dunia, yang di Tangan-Nya terdapat pahala dan siksa setiap makhluk. Apa yang mengherankan bila kondisiku seperti ini adalah karena rasa takutku kepada-Nya?"

Suatu hari beliau pergi haji. Ketika sampai, para jamaah mengenakan pakaian ihram dan beliau mengucapkan talbiyah (labbaik) serta mengenakan pakaian ihram dan tiba-tiba saja rona wajahnya berubah serta tubuhnya mulai gemetar. Akhirnya beliau bahkan tidak dapat mengucapkan kata labbaik.

Orang-orang bertanya padanya, kenapa beliauau tidak mengucapkan kalimat talbiyah Beliau berkata, "Aku takut mengucapkan labbaik (inilah aku datang melayani-Mu) kalau sekiranya Allah menjawab: la-labbaik (Aku tidak menerima pelayananmu)." Sambil mengatakan ini beliau menangis sejadinya sampai pingsan.

Semua ritual beliau laksanakan dalam kondisi takut. Imam Zainal Abidin as menunaikan salat seribu rakaat selama 24 jam dan dalam setiap salat tubuh beliau selalu gemetaran.

Imam Muhammad Baqir as berkata bahwa setiap ayah nya memuji Allah, beliau bersujud syukur, setiap dibacakan ayat al-Quran beliau selalu dalam kondisi seperti ini, baik sujud itu wajib atau sunah, beliau kerjakan dalam berbagai bentuk. Demikian juga, ketika lepas dari kesulitan tertentu Beliau bersujud. Beliau bersujud setelah melaisaaka saat wajib. Bekas sujudnya tampak di keningnya. Itulah kenapa beliau memperoleh julukan as-Sajjad (orang yang banyak bersujud). Kebiasaan ini membuat keningnya menjadi seperti lutut unta (menghitam dan mengeras)

Suatu ketika ada api di dalam rumahnya. Saat itu beliau sedang sujud dan orang mulai berteriak memberitahukan beliau. Tetapi beliau tidak mengangkat kepala sedikit pun.

Akhirnya api itu berhasil dikuasai. Seseorang bertanya kepadanya, "Apa Anda tidak tahu ada api di dalam rumah? Apa yang membuatmu bisa melupakan segalanya?"

Imam as menjawab, "Api akhirat.”

Suatu ketika Imam Muhammad Baqir jatuh ke dalam sumur. Imam Zainal Abidin as sedang menunaikan salat.

Ibu Imam Baqir berteriak, "Ya Putra Rasulullah! Putra kita jatuh ke dalam sumur."

Namun, seperti biasa, beliau tetap khusyuk dalam salat.

Ketika selesai salat, beliau langsung pergi ke sumur dan menarik Imam Baqir ke luar serta berkata kepada istrinya "Jika aku lalai dari Allah, Dia tidak akan mengembalikan anak ini dan mendengarkan aku.

Setelah lewat tengah malam, beliau masuk ke dalam ruang khusus untuk salat dan membaca doa berikut keras keras, "Wahai Tuhanku. Rasa takutku bertemu dengan-Mu pada Hari Pengadilan tidak mengizinkan aku untuk tetap berada di ranjang dan tidur."

Sambil mengucapkan ini beliau menempelkan pipinya ke tanah dan menangis pilu.sampai tanah menjadi basah dengan air matanya. Melihat kondisi seperti ini anggota keluarganya berkumpul mengelilinginya, tetapi beliau tidak menghiraukannya. Beliau terus menangis dan bermunajat dengan kesedihan.

"Wahai Tuhanku. Inilah aku yang tidak beristirahat, tetapi pada Hari aku dipanggil dalam Kehadiran-Mu, tolong pandanglah aku dengan Kasih-Mu."

Thawus Yamani meriwayatkan bahwa Imam Zainal Abidin as terlihat selama musim haji sedang menggesekkan pipinya ke tanah di dekat Hajar Aswad dan membaca doa kepada Tuhannya.

"Ya Tuhanku. Budakmu telah datang ke Rumah-Mu. Hamba-Mu yang miskin telah datang ke Rumah-Mu. Pengemis-Mu telah datang ke Rumah Mu. Pemohon-Miu telah datang ke Rumah-Mu."

Imam berkata bahwa ada tiga jenis ibadah manusia di dunia ini: Pertama, ibadah karena takut. Ia adalah ibadahnya budak. Kedua, ibadah demi ganjaran. Ia adalah ibadahnya pedagang. Ketiga, ibadah dengan syukur. Inilah ibadah sesungguhnya dari hamba-hamba Allah.

Beliau membiasakan mengekang dirinya. Suatu hari Imam Baqir as bertanya kepadanya, kenapa beliau mempraktikkan pengekangan diri?

Beliau menjawab, "Tidakkah engkau suka bila aku memperoleh kedekatan dengan-Nya?"[4]


5. Ibadah Imam Muhammad Baqir

Seperti ayahnya, Imam Muhammad Baqir as juga mencintai ibadah Setiap malam beliau lewatkan dalam jaga dan mengingat Allah.

Sebagian hari beliau habiskan untuk ibadah. Demikian juga dalam berpuasa. Hampir setiap waktu beliau berpuasa Saat berdiri dalam salat, tubuhnya gemetar karena takut kepada Yang Mahakuasa. Pada waktu duduk dalam jamaah, bibirnya tak henti-henti berzikir.

Suatu ketika seseorang bertanya kepadanya, kenapa beliau beribadah sedemikian rupa? Maka beliau pun menangis dan berkata, "Uh, Anda menyebut ibadahku berlebihan Sedangkan aku menganggap ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Kemuliaan dan Keagungan Tuhan.[5]


6. Ibadah imam Ja'far Shadiq

Orang heran melihat kemuliaan ibadahnya. Suatu ketika Abu Hanifah keheranan melihat beliau sedang salat.

Setelah salat Imam as selesai, Abu Hanifah berkata, "Wahai Aba Abdillah. Betapa menyiksanya salat Anda."

Imam menjawab, "Tidakkah Anda tahu bahwa di antara semua amal ibadah, salat adalah sebaik-baik perkara yang mendekatkan kepada-Nya?"

Imam Ja'far Shadiq selalu memanjangkan bacaannya ketika rukuk dan sujud sehingga kadang-kadang beliau membacanya lebih dari enam puluh kali.

Perawi berkata Suatu hari aku pergi menemui Imam untuk menanyakan sesuatu darinya. Aku mendapatinya sedang bersujud di dalam Mesjid Nabi. Aku pun duduk di dekatnya sambil berpikir, bila beliau selesai salat aku dapat menanyakan pertanyaan kepadanya.

Imam memperpanjang sujudnya hingga aku terus bertahan duduk di sana Aku memikir kan beberapa gagasan yang entah bagaimana menyampai-kannya. Lalu aku putuskan saja bersujud dan membaca bacaan sujud keras-keras sehingga Imam akan mendengar suaraku dan menyudahi salatnya. Ketika aku membacanya lebih dari 360 kali, aku baru sadar bahwa Imam telah menyelesaikan salatnya. Aku juga selesai dan bertanya kepada Imam as, 'Tuanku, jika demikian tingkat salatmu, bagaimana nilai dari salat kami?'

Beliau berkata, 'Kurang lebih, keduanya diterima dari Syiah (pengikut) kami."

Suatu hari Imam sedang melewati kebun buah-buaharn di Kufah. Setelah beberapa saat berjalan, beliau duduk di bawah pohon kurma. Di sana beliau berwudu dan setelah itu salat. Beliau memperpanjang bacaan sujudnya sampai lebih dari lima ratus kali.[6]


7. Ibadah Imam Musa Kazim 

Disebutkan dalam Fashl al-Khithab bahwa pada waktu matahari terbit beliau bersujud bagi Sang Pencipta dan beliau memperpanjang sujud ini sampai tengah hari.

Dikarenakan ketekunannya dalam ibadah, beliau menjadi kurus sampai orang-orang sangat mudah mengenalinya. Ia tampak seperti seonggok kain putih di atas sajadahnya. Melihat tingkat ibadahnya, suatu kali Harun Rasyid berkata, "Anda ini pendeta dan orang paling saleh Bani Hasyim."

Selama berada di penjara, beliau terbiasa membaca munajat dan salat sunah setelah menunaikan Salat Subuh dan setelah itu bersujud sampai siang. Setelah matahari mula turun dari titik puncaknya, beliau baru mengangkat kepalanya dan menunaikan Salat Zuhur. Kemudian beliau menghabiskan waktu seharian dalam beribadah.

Pada malam hari beliau tidur sebentar dan sebagian malam beliau habiskan dalam beribadah. Setelah Salat Zuhur dan Asar beliau bersujud dan terus dalam posisi ini sampai matahari terbenam.

Saat malam tiba beliau berdiri untuk menunaikan Salat Magrib. Setelah Salat Magrib beliau membaca doa-doa sampai tiba waktu Isya. Setelah Salat Isya beliau membaca doa-doa dan munajat. Ketika selesai semua ini, beliau berbuka puasa dan memakan sedikit makanan kemudian bersujud syukur.

Kemudian setelah tidur sebentar, beliau khusyuk dalam menunaikan salat malam hingga waktu Subuh tiba.

Suatu hari Harun Rasyid mengutus seorang budak perempuan yang sangat menarik ke penjara untuk menggoda Imam dengan segala cara. Perempuan itu datang kepenjara dan menjalankan segala taktik tetapi gagal. Bahkan Imam tidak sedikit pun tertarik olehnya dan pembacaan munajatnya di hadapan Allah telah berpengaruh besar atas perempuan itu sehingga ia segera menyesali niat jahatnya dan menjadi tekun beribadah.

Ketika diberitahukan kepada Harun, ia memanggil perempuan itu dan bertanya, "Kenapa kamu tidak melaksanakan tugasmu di sana?"

Perempuan itu berkata, "Wahai tuan. Dengarlah. Lelaki ini bukan manusia. Dia malaikat. Bagaimana bisa aku menarik hatinya Aku telah berusaha menarik hatinya tetapi malah sebaliknya, spiritualitasnya mempengaruhiku.

Sejak itu perempuan itu mengasingkan diri dan menghabiskan usianya dalam beribadah.[7]


8. Ibadah Imam Ali Ridha 

Seperti datuknya, Amirul Mukminin as, Imam Ridha as juga menunaikan salat seribu rakaat dalam sehari semalam Beliau menyelesaikan salat-salatnya beberapa saat setelah tengah hari dan sampai waktu matahari terbenam. Hampir semua waktunya beliau habiskan di atas sajadah.

Namun demikian beliau tetap sangat bijaksana dan penuh tafakur Setelah menyelesaikan salat subuh beliau tekun dalam membaca doa dan munajat serta memperpanjang zikirnya sampai pagi hari. Setelah itu beliau bersujud syukur sampai tengah hari. Kemudian beliau memberikan nasihat dan maklumat serta kembali ke atas sajadahnya untuk melaksanakan salat zuhur. Beliau menunaikan salat nawafil sampai matahari mulai condong dari puncaknya. Setelah salat zuhur beliau memperpanjang bacaannya dan setelah itu melakukan sujud syukur. Beliau membaca: Terimakasih Allah (Syukran Lillah) sebanyak seratus kali.

Ibadah seperti ini terus berlangsung sampai tengah malam. Beliau tidur sebentar dan setelah itu bangun untuk menunaikan salat tahajud.

Makmunberusaha sepenuhnya untuk melibatkan Imam dalam berbagai urusan pemerintahan tetapi bagaimanabisa dia melakukannya? Suatu hari Makmun berkata, "Wahai putra Rasulullah. Aku khawatir Anda mati karena ibadah yang berlebihan."

Imam menjawab, "Kematian seperti ini adalah keberhasilan abadi"

Makmun berkata, "Dosa apakah yang telah Anda perbuat sehingga siang dan malam Anda berdoa memohon ampunan?"

Imam menjawab, "Bukan untuk pengampunan dosa, tetapi untuk bersyukur atas Karunia-Nya. Ini karena tuntutan penghambaanku.[8]


9. Ibadah Imam Muhammad jawad at-Taqi 

Ibadah Imam Muhammad Taqi as tidak sesaat pun tanpa mengingat Allah atau berzikir. Suatu ketika beliau pergi haji. Melihat begitu kuatnya beliau beribadah, para jamaah haji keheranan. Waktu itu Muktasim juga ikut dalam rombongan tersebut. Para pejabatnya bercerita
kepadanya mengenai ibadah Imam Muhammad Taqi as dan keikhlasan serta kerendahan hatinya di dalam salat.

Mereka berkata, "Kami tidak pernah melihat orang yang lebih saleh darinya."

Sepanjang malam Imam menangis dalam berzikir dan ketika ada orang yang menahannya dari meratap, beliauberkata, "Bila aku menyembah Yang Mahakuasa seolah aku berada di hadapan-Nya, sementara Anda memintaku untuk menguranginya?"

Bukti penting mengenai ibadahnya yang kuat adalah bahwa istrinya - Ummul Fadhl- putri khalifah Makmun menulis surat berisi keluhan kepada ayahnya: Engkau telah menikahkan aku dengan seseorang yang sepanjang malamnya berdiri di ruang salat dan sepanjang siangnya berpuasa. Dia tidak menyukai kecantikan dan juga perhiasan dan tidak ada kesenangan dan kemewahan di dalam rumahnya. Putri-putri para raja tidak bisa menghabiskan usianya bersama pertapa-pertapa semacam ini. [9]


10. Ibadah Imam Ali Naqi 

Seperti datuk-datuknya, Imam Ali Naqi as juga pecinta zikir kepada Allah. Ketika Mutawakkil memanggilnya dari Madinah ke ibukotanya dan memasukkannya ke dalam penjara, ia menunjuk seorang berhati batu bernama Zarraqi sebagai sipir penjara. Namun ia keheranan dengan perilaku beliau yang mulia dan ibadah siang malam beliau yang lambat laun menjadikannya sebagai abdi dan pendukung Imam. Ketika Mutawakkil diberitahu mengenai kondisi ruhaninya, suatu hari ia memanggilnya untuk menghadap dan berkata, "Aku mengangkatmu agar garang dan ganas terhadap tahananmu."

Zarraqi berkata, "Wahai tuan. Orang ini rasanya lebih tinggi tingkatan ruhaninya dari para malaikat. Aku tahu itu, karena dia berada dalam tanggung jawabk, aku tidak pernah melihat dia sepanjang siang makan dan sepanjang malam tidur. Bagaimana engkau mengharapkan aku berlaku kasar pada orangyang sangat sibuk dalam beribadah kepada Allah, yang setiap hari berpuasa, yang tidak menuntut apa pun juga, yang tidak pernah berkata buruk kepada siapa pun, yang senang berzikir mengingat Allah? Bagaimana bisa aku menindasnya dan menghancurkan akhiratku? Wahai tuan. Beliau meratap karena takut kepada Allah sehingga janggutnya basah dengan air matanya. Beliau membaca Al-Qur'an dengan begitu merdu sehingga jlka orang yang mendengarnya berhati batu pun akan luluh seperti lilin.

Aku rasa engkau telah memberiku seorang malaikat dalam tanggung jawabku. Aku telah melihat banyak para ahli ibadah tetapi tidak pernah melihat yang seperti beliau."[10]


11. Ibadah Imam Hasan Askari

Imam Hasan Askari juga memiliki kecintaan yang begitu besar terhadap ibadah kepada Allah. Di dalam penjara beliau menerima segala jenis kesusahan, tidak mendapat udara segar, hukumannya selama dua tahun diperpanjang, bahkan beliau tidak diberi apa-apa kecuali air dingin dan dua potong roti untuk dimakan. Di tempat berkondisi seperti ini beliau menghabiskan malam dalam beribadah kepada Allah dan sepanjang siang berpuasa. Para abdi Muktamid terkesan melihat ibadahnya dan mereka saling berucap: Andai kita bisa bebas melakukan pelayanan kepada pribadi mulia ini.

Kemudian Muhammad bin Ismail Alawi berkata bahwa beberapa orang dari Bani Abbas pergi menemui Saleh bin Washf, yang di bawah pengawasannya Imam Hasan Askari dipenjara dan berkata, "Bersikap ganaslah terhadapnya dan jangan sedikit pun berbelas kasih."

la berkata, "Aku telah menunjuk dua orang penjaga untuknya. Keduanya garang dan sangat bringas, tetapi setelah melihat salat tawanan ini yang begitu khusyuk, ibadahnya kepada Allah dan kekuatan spiritualnya, mereka berdua menjadi abdinya yang taat mencium kakinya. Sepanjang malam mereka ikut salat bersamanya."

Setelah itu Salih memanggil kedua abdinya itu dari penjara dan berkata, "Bagaimana keadaan kalian?"

Mereka berkata, "Kondisi siapakah yang akan kami gambarkan? Kondisi kami atau kondisi orang yang sepanjang siang berpuasa dan sepanjang malam berdoa? Dia tidak melakukan apa pun kecuali berdoa. Ketika orang melihat wajahnya yang bercahaya, akhlaknya yang seperti ini bersinar sehingga kami tidak dapat berlaku kasar padanya. Dialah ahli ibadah yang telah mengubah orang buruk seperti kami menjadi orang-orang yang rajin beribadah."


12. Ibadah Imam Mahdi 

Sejak kecil usia lima tahun beliau menyembah Yang Mahakuasa. Selama masa gaib kecil (ghaib ash-shughra) ketika para wazirnya memperoleh kemuliaan mengunjungi beliau, mereka selalu mendapati beliau sedang tekun dalam beribadah dan salat. Abul-Hasan Ali bin Muhammad Saymuri meriwayatkan, "Suatu hari aku pergi menemui Imam as dan berkata, `Duhai Putra Rasulullah saw. Setiap kali aku memperoleh kehormatan bertemu dengan Anda, aku selalu melihat Anda sedang sibuk dalam ibadah?'

Imam menjawab, lalu apalagi yang kamu harapkan dariku? Wahai Abul-Hasan. Manusia diciptakan hanya untuk ini. Mereka menghabiskan hidup mereka dalam mengingat Allah."

Kita telah secara singkat menelaah ibadah para imam suci as dalam setiap gerakan dan dan setiap perbuatan mereka adalah ibadah. Tidak ada dari Hukum Ilahi yang tidak mereka amalkan. Karena salat dan puasa adalah sebaik-baiknya amal ibadah, kenapa kita secara khusus menyebutkan mereka kendati tidak ada yang memiliki kemampuan menggambarkan mereka secara konkrit.

Saat ini mungkin ada orang yang mengingat kata-kata ini bahwa banyak para wali yang telah menghabiskan hidup mereka dalam beribadah kepada Allah. Lalu apa yang lebih utama dari para imam dibanding mereka?

Jawabannya adalah keutamaan dalam ibadah ada beberapa faktor:

1. Kuantitas: Yaitu jumlah ibadahnya. Misalnya orang yang berpuasa sepuluh hari lebih baik dari yang berpuasa sehari saja. Orang yang menunaikan salat ratusan rakaat lebih baik dari yang lima puluh .rakaat. Dari aspek ini tidak ada yang lebih unggul dari para imam. Karena salat, puasa dan haji mereka melebihi orang lain. Tiada seorang pun dalam Islam yang dapat menyaingi sehingga bahkan satu saja dari salatnya tidak pernah tertinggal. Tidak pernah ada seorang pun yang mengklaim bahwa di sepanjang hidupnya, sepanjang malam ia beribadah dan sepanjang siang berpuasa.

2. Prasyarat: Yaitu ada orang yang melaksanakan tiap-tiap amal ibadah menuruti ritual-ritual dan cara-cara yang ditetapkan. Sebaliknya, ada juga yang melakukannya tanpa peduli terhadap pemenuhan syarat-syaratnya. Keduanya melaksanakan amal yang sama tetapi yang pertama akan lebih baik daripada yang kedua. Dari aspek ini juga ibadah Para imam as lebih baik dari orang lain, karena mereka melaksanakan semua amal ibadah dengan secara sempurna. Dalam hal ini tidak ada yang bisa menunjukkan kelemahannya. Jika ada kelemahan dalam amal ibadah mereka, mereka tidak akan menerima penghargaan kemuliaan amal mereka dan Allah Swt dan Nabi saw.

3. Hakikat: Yaitu perbuatan seseorang lebih baik dan perbuatan orang lain. Misalnya, perbuatan orang yang menunaikan amalan-amalan wajib lebih unggul daripada perbuatan orang yang melakukan amalan-amalan sunah. Dan aspek ini juga, amalan-amalan Ahlulbait jelas yang terbaik, karena mereka bahkan tidak memperbolehkan Tarkul Awla (mengabaikan pilihan yang disukai) termasuk dalam perbuatan mereka. Mereka juga tidak pernah mengabaikan amal yang disunahkan dan melaksanakan tiap-tiap amalan dengan pengamanan dan penjagaan.

4. Niat: Yaitu dua orang melaksanakan amalan serupa tetapi masing-masing memiliki maksud berbeda. Misalnya, yang satu mencari rida Allah dan yang lain hanya untuk pamer. Karena para imam melakukan segala sesuatu demi rida Allah dan tidak ada kepentingan pribadi di dalamnya, dan mereka melakukan segala sesuatu demi cinta Allah, oleh karenanya dalam setiap hal amalan mereka lebih utama. Jika tidak demikian, kemuliaan mereka tidak disebutkan dalam Al-Qur'an

5. Prioritas: Misalnya seseorang mulai beribadah kepada Allah sejak kanak-kanak dan yang lainnya memulainya setelah separuh hidupnya berlalu. Karena para imam suci mulai beribadah sejak masa kanak-kanak, dari aspek ini pun mereka lebih utama.

6. Konsentrasi dan kerendahan hati: Yaitu ada orang yang mengerjakan salat dengan penuh konsentrasi dan yakin sedangkan yang lain menunaikannya secara sembarangan. Jelas bahwa kecuali Nabi saw, tidak ada yang dapat melebihi Ahlulbait dalam hal ini. Tidak ada yang bisa menandingi konsentrasi dan kerendahan hati mereka dalam beribadah.

Semua ulama sepakat bahwa para imam suci as melebihi semua manusia dalam keilmuan, keutamaan, ibadah dan pengekangan dan tidak satu pun dosa, baik kecil maupun besar pernah mereka perbuat. Oleh karena itu, kedudukan ibadah mereka juga lebih unggul dan lebih baik dari semua ahli ibadah di dunia.


Catatan Kaki:

[1] Mencontoh Para Wali Hal.155-157.

[2] Mencontoh Para Wali Hal.157-158.

[3] Mencontoh Para Wali Hal.158-159.

[4] Mencontoh Para Wali Hal.159-162.

[5] Mencontoh Para Wali Hal.162-163.

[6] Mencontoh Para Wali Hal.163-164.

[7] Mencontoh Para Wali Hal.164-165.

[8] Mencontoh Para Wali Hal.166-167.

[9] Mencontoh Para Wali Hal.167-168.

[10] Mencontoh Para Wali Hal.168-169.

[11] Mencontoh Para Wali Hal.169-170.

[12] Mencontoh Para Wali Hal.170-173.

(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: