Kebijakan anti imigran, terutama anti Islam, sudah pasti telah memasuki diskursus politik di seluruh Eropa dan sangat mungkin tidak akan segera berubah.
Warga muslim Austria sedang menghadapi ancaman dari kelompok nasionalis sayap kanan radikal di jajaran negara paling tinggi. Lebih dari itu, seluruh Muslimin Eropa sedang menanti kondisi yang tak bersahabat di sepanjang tahun 2018 ini.
Kehadiran partai kebebasan anti imigran dan anti kebebasan Austria di jajaran pemerintahan merupakan sebuah proses yang sekarang sedang berlangsung di seluruh Benua Eropa. Sekarang benua ini sedang menyaksikan normalisasi aktifitas seluruh kelompok sayap kanan radikal yang pada umumnya memiliki orientasi anti Islam.
Selama tahun 2017 lalu, negara-negara Eropa seperti Austria, Prancis, Jerman, Belanda, dan Inggris menggelar pemilu.
Melalui pemilu ini, kelompok-kelompok sayap kanan berhasil memperoleh posisi yang sangat besar. Sebagai contoh, Marine Le Pen pemimpin Front Nasional Prancis berhasil memperoleh 20 persen suara pada putaran pertama pemilu. Sekalipun harus menerima kalah dari Emmanuel Macron pada putaran kedua, akan tetapi ia telah berhasil menarik perhatian publik dan mengumpulkan para simpatisan.
Di Belanda, Geert Wilders, dari partai sayap kanan kebebasan tidak berhasil memenangkan pemilu. Akan tetapi, ia berhasil masuk ke parlemen Belanda sebagai partai besar kedua di negara ini.
(The-Arab-Weekly/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar