Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Roohollah Zam, Jurnalis Dalang Demonstrasi Besar Iran Gunakan Telegram

Roohollah Zam, Jurnalis Dalang Demonstrasi Besar Iran Gunakan Telegram

Written By Unknown on Minggu, 07 Januari 2018 | Januari 07, 2018


Kita tahu bahwa ada demontrasi besar di Iran yang dimulai tanggal 28 Desember 2017. Demontrasi ini diawali dengan kekecewaan dan tuntutan ekonomi. Tetapi seperti biasa dalam aksi demontrasi besar ada yang tulus-baik, dan ada yang provokatif dengan motif tertentu diluar skenario umumnya. Skenario susupan itu mulai dari penggulingan presiden Rouhani sampai mengganti sistem pemerintahan Iran (menginginkan turunnya Ali Khamenei). Siapa pemain-pemain ini?

Meluasnya aksi protes selama lima hari terakhir di Iran yang telah menewaskan 12 orang, ternyata tak lepas dari peran seorang jurnalis bernama Roohollah Zam.

Seperti dilansir Daily Mail, Senin 1 Januari 2017, Zam, yang tinggal di luar negeri, menggunakan aplikasi Telegram untuk merencanakan protes dan membagikan video-video unjuk rasa.

Unggahan-unggahan Zam di kanal AmadNews di Telegram berisi jadwal aksi protes hingga membagikan video-video berisi kemarahan demonstran terhadap Pemimpin Spiritual Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan Presiden Hassan Rouhani di berbagai kota.

Postingan ini berhasil membakar semangat anggota kanal yang mencapai 990 ribu anggota. Iran menuding Zam memicu kekerasan selama unjuk rasa, tuduhan yang ia bantah.

Namun Chief Executive Officer Telegram, Pavel Durov, juga memblokir akses kanal Amadnews setelah membenarkan adanya seruan kepada para anggota kanal itu untuk menyerang polisi menggunakan bom molotov dan senjata api.

Durov mengatakan admin dari kanal itu lantas menghubungi Telegram dan menyatakan meminta maaf karena telah melanggar aturan main di jejaring sosial itu.

“Mereka juga berjanji tidak akan mempromosikan tindak kekerasan di masa depan. Telegram lalu membuka blokir kanal itu dan sebagian besar anggota kanal kembali bisa aktif.

Lantas siapakah Zam? Ia adalah putra dari ulama Syiah Mohammad Ali Zam. Ayahnya yang dikenal sebagai reformis pernah duduk di kursi pemerintahan pada awal 1980-an.

Sang ayah sempat menulis surat yang dimuat media Iran pada Juli lalu. Dalam surat itu, sang ayah dengan tegas menolak mendukung AmadNews yang dibuat anaknya.

“Kamu telah melanggar batas,” tulis sang ayah. “Batas kami adalah Pemimpin Spiritual Tertinggi, dan kamu telah melampauinya.”

Zam menolak permintaan wawancara The Associated Press. Namun ia mengunggah video pada Sabtu malam lalu menanggapi pemblokiran AmadNews.

“Sayangnya Amadnews telah diblokir,” kata Zam kepada para pendukungnya. “Tetapi kanal baru akan segera bekerja dan dengan bantuan Tuhan kita akan berjaya lagi.”

Sedikitnya 1,7 juta orang menyaksikan pesan Zam menurut Telegram. Dalam pesan itu, Zam juga mengajak warga Iran untuk menggelar protes besar-besaran sebelum pemerintah menutup aplikasi Telegram. Dari 80 juta warga Iran, separuhnya menggunakan Telegram untuk berkomunikasi.

Seperti diberitakan, aksi unjuk rasa terjadi di Iran sejak Kamis, 28 Desember 2017, yang memprotes kondisi ekonomi yang dinilai stagnan. Pengunjuk rasa memprotes harga telur dan daging yang terus merangkak naik.

Ribuan orang turun ke jalan di sejumlah kota seperti Kota Mashad dan Tehran. Mashad yang merupakan kota kedua terbesar di Iran dan juga sebagai lokasi tempat ibadah suci para peziarah Syiah.

Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan antipemerintah yang meminta Presiden Iran Hassan Rouhani dan pemimpin spiritual Ayatulah Ali Khamenei untuk mundur.

Unjuk rasa ini berlanjut pada Sabtu, 30 Desember 2017 namun dengan jumlah peserta yang berkurang dan jumlah petugas keamanan yang bertambah. Dua orang dikabarkan tewas tertembak oleh petugas keamanan pada Sabtu dalam unjuk rasa terbesar sejak 2009.

Sementara pada Selasa 2 Januari 2018, Aljazeera melansir sebanyak enam orang tewas di kota Twiserkan, provinsi Hamedan, dan tiga di Shahin Shahr, di provinsi Esafan. Seorang lain ditemukan tewas di kota Izeh, dan dua lainnya di Dorud, Iran bagian barat pada hari Sabtu, 30 Desember 2017.

Pada Sabtu kemarin, kelompok pengunjuk rasa pro pemerintah Iran menggelar aksinya. Sekitar 4000 orang turun ke jalan mendukung pemerintah Presiden Rouhani.

(Daily-Mail/Fokus-Today/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: