“Kehidupan Sayyidah Fatimah Zahra as adalah model dan contoh bagi seluruh umat manusia.”
Begitu hal ini ditegaskan oleh Ayatullah Muhammad Hadi Abdekhodaei, salah seorang anggota Dewan Ahli Rahbari, dalam acara ritual duka kesyahidan Sayyidah Fatimah Zahra di kota Masyhad tadi malam.
Menurut Abdekhodaei, tindakan setiap individu berlandaskan pada kepribadiannya. Jika seseorang berbohong, ini berarti ia memiliki kekurangan dari sisi kepribadian. Melalui kebohongan ini, ia ingin menambal kekurangan ini. “Untuk itu, seluruh keburukan yang dilakukan oleh seorang memiliki hubungan erat dengan hati dan batinnya,” ujarnya.
“Ahli genetika berkeyakinan bahwa seluruh kerpibadian manusia berasal dari karakter yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Akan tetapi, Islam berkeyakinan lain. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi suci. Ia akan menjadi orang seperti pendidikan yang telah diberikan kepadanya,” tukas Abdekhodaei.
Menurut Abdekhodaei, mereka yang ingin melepaskan kesucian dan rasa malu sebenarnya telah berkhianat kepada agama. Tindakan ini merupakan cela ilmu. Keniscayaan kealiman seseorang adalah ia harus memperhatikan prinsip-prinsip etika. Sekarang ancaman paling berbahaya bagi masyarakat Islam adalah upaya menanggalkan kesucian dan rasa malu. Musuh ingin memanfaatkan masalah ini dan selalu menyusun program melalui media maya dan nonmaya untuk menyebarkan budaya ini.
Sayyidah Fatimah Zahra, tukas Abdekhodaei, tumbuh besar di lingkungan kesyahidan, perjuangan, dan semangat berkorban yang telah dipertontonkan oleh ayahnya. Untuk itu, wanita ini menjadi figur dalam dunia ilmu, ibadah, ketakwaan, dan semangat mementingkan orang lain.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar