Seorang analis hukum stasiun televisi PressTV mengatakan, sumber utama seluruh instabilitas di Timur Tengah adalah Inggris, karena proyek global Zionisme lahir dari kebijakan-kebijakan permusuhan negara ini.
Staf media seminar internasional Ofogh-e Nou melaporkan, Edward Corrigan, salah seorang peserta seminar internasional yang berkat upaya Jaringan Pemuda Razavi berkesempatan berkunjung ke Azerbaijan Timur dalam jumpa persnya di Tabriz menuturkan, saya sudah menerbitkan lebih dari 50 makalah seputar politik Timur Tengah dengan tema rezim Zionis Israel dan tidak adanya legalitas bagi rezim ini.
Ia menambahkan, ideologi Zionis lahir seiring dengan diterbitkannya buku tentang tema itu di tahun 1890 dan buku itu dapat dianggap menjadi titik balik kelahiran ideologi tersebut di dunia. Dalam kongres Zionisme pertama yang digelar di Swiss, sebagian besar umat Yahudi menyepakati ideologi Zionisme itu.
Menurut Corrigan, pasca berakhirnya Perang Dunia pertama, sebuah perjanjian dibuat Inggris agar di wilayah Timur Tengah yang ditempati bangsa-bangsa Arab, rezim Zionis juga bisa mendirikan wilayah untuk mereka.
Tahun 1916, katanya, Inggris dan Israel menggelar sebuah pertemuan yang membahas upaya memecah belah Timur Tengah. “Diciptakannya sebuah tempat bagi Yahudi di kawasan tertentu di Palestina merupakan program Zionis selama bertahun-tahun,” imbuh Corrigan.
Ia melanjutkan, kebijakan-kebijakan Inggris dan Perancis adalah menyebarluaskan Zionisme hingga ke Afrika. Sehubungan dengan pembagian wilayah Palestina banyak silang pendapat yang menyatakan bahwa itu legal atau tidak legal, kala itu populasi penduduk Palestina, sepertiga umat Yahudi, dua pertiga Muslim dan Kristen.
Analis masalah hukum itu menjelaskan, hingga kini berbagai jenis kejahatan dilakukan oleh Israel yang korbannya adalah anak-anak dan rakyat tertindas Palestina, kejahatan-kejahatan itu terus bertambah setiap hari.
Ia menegaskan bahwa segala bentuk penindasan terhadap sebuah bangsa pribumi dari satu wilayah, tidak dibenarkan oleh logika umum dan hukum internasional. Akan tetapi ini bukan langkah Israel yang pertama, karena rezim itu memiliki rekam jejak agresi militer ke Lebanon dan Jordania.
Seminar internasional Ofogh-e Nou ke-6 dihadiri oleh 60 tokoh terkemuka dari 22 negara dunia, para aktivis anti-Zionis dan puluhan politisi, akademisi dan media Iran, di kota Mashhad.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar