Dalam sebuah laporan yang diterbitkan baru-baru ini oleh surat kabar South China Morning Post, dengan mengkaji kebijakan yang berusaha untuk menghilangkan segala bentuk kata, tanda, dan logo yang ada di negara ini dengan simbol Islam atau bahasa Arab, dan merubah bahasa dan budaya yang lebih menyerupai budaya Cina.
Menurut laporan IQNA, menurut laporan ini, pemerintah Cina bermaksud untuk memublikasikan karakteristik budaya dan linguistik Cina di tempat-tempat keagamaan dan tempat berkumpulnya etnis muslim Hui di Cina. Kubah-kubah khusus arsitektur Islam dan papan-papan yang ditulis dalam bahasa Arab dihancurkan dan tidak akan lagi diizinkan membangun masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur negara Arab.
Di salah satu kota Cina di daerah Otonom Hui Ningxia, mendekati Zhuhur, beberapa pria yang mengenakan peci putih untuk beribadah ke masjid yang dapat dilihat pada foto dan di belakang pintu emas sebuah masjid dengan tiga kubah warna hijau, yang di atas setiap darinya terlihat satu bulan perak yang bersinar di bawah matahari, tidak terlihat dari pandangan mata mereka. Masjid ini adalah salah satu situs muslim pertama yang dibangun pada 1359 dengan gaya arsitektur masjid Timur Tengah dan sebagai ganti masjid Cina, yang menjadi korban Revolusi Kebudayaan.
Revolusi budaya adalah satu dekade yang bergejolak yang menyebabkan penutupan dan penghancuran ribuan tempat ibadah, gereja, masjid dan biara di seluruh negeri. Namun sekarang kubah masjid-masjid dan lukisan-lukisan serta teks-teks yang begitu rumit dalam bahasa Arab yang tertulis di dinding masjid-masjid ini menjadi target serangan pemerintah dengan simbol-simbol Islam dan Arab. Tindakan-tindakan ini sejalan dengan "Cinaisasi" agama yang ada di wilayah otonom Hui Ningxia.
Dampak Revolusi Kebudayaan
Di daerah di bagian barat laut Cina, dekorasi Arab dan papan-papan yang ditulis dalam bahasa Arab, dan sekitar sepuluh tahun yang lalu, telah dipasang oleh pemerintah untuk menarik wisatawan ke permukaan jalan kini dikumpulkan.
Jika Anda berkendara dari kota Yinchuan ke arah selatan, Anda akan melihat kubah berbentuk bawang warna hijau, emas dan putih yang baru-baru ini dikumpulkan dari pasar, hotel dan taman dan telah jatuh di tepi Sungai Kuning.
Pada awalnya, hanya kubah bangunan sekuler yang dibersihkan, namun kemudian pemerintah melarang pembangunan masjid "Arab" dan program serta agenda baru mereka adalah pembuatan arsitektur masjid menyerupai kuil-kuil Cina.
Salah satu karyawan masjid, yang menyaksikan pembongkaran kubah masjid tempat ia tinggal mengatakan bahwa tindakan semacam ini telah dimulai sejak akhir tahun lalu ... Ini telah mengkhawatirkan semua orang.
Meningkatnya Kekhawatiran
Sebagaimana pengingkatan dan kadar perusakan dan perubahan di wilayah Ningxia meningkat, kekhawatiran orang-orang Hui, yang telah bebas melakukan tradisi dan acara-acara keagamaannya selama puluhan tahun, semakin meningkat. Lebih dari 10 juta orang Hui tinggal di Cina, dimana generasi mereka berasal dari pedagang Arab dan Asia Tengah.
Bahasa kebanyakan orang di daerah ini adalah Mandarin dan mereka hidup dalam damai dengan orang-orang Han, yang merupakan bagian dari mayoritas ini dan bahkan sangat mirip satu sama lain, kecuali bahwa mereka memakai topi putih atau jika mereka tradisional, akan mengenakan Kuffiyah (Gutrah atau Syimagh).
Namun dengan meningkatnya kekerasan oleh pemerintah terhadap masyarakat Uighur (orang-orang muslim yang tinggal di barat laut Cina), yang bertujuan memerangi terorisme dan ekstremisme, kini masyarakat Hui juga dipersulit dan dikontrol.
Kumandang suara azan di Yinchuan dilarang dengan dalih menyebabkan polusi suara dan di Nangwan telah digantikan dengan suara peringatan yang mengganggu, sebagai ganti dari azan. Buku-buku Islam dan naskah Alquran berasal dari toko-toko suvenir disita. Memerintahkan masjid untuk menghapus kelas-kelas bahasa edukasi bahasa Arab dan sejumlah sekolah dan institusi bahasa Arab swasta ditangguhkan untuk sementara waktu dengan dalih untuk melakukan perbaikan atau untuk selamanya.
Di daerah miskin di pusat Ningxia, yang dikenal karena masjidnya yang indah, yang merupakan peninggalan dinasti Ming (776-1022) dan selamat dari Revolusi Kebudayaan, pekerja muslim, bahkan setelah pensiun, dilarang pergi ke masjid untuk membaca doa dan juga pergi berhaji. Memakai peci putih di tempat kerja juga dilarang untuk pegawai pemerintah.
Islam Cina
Salah satu tujuan memberlakukan pembatasan semacam itu yang dimulai pada tahun 2012 oleh Presiden Republik Rakyat Cina, Xi Jinping, adalah untuk menyelaraskan agama dengan budaya Cina dan otoritas mutlak partai yang berkuasa.
Dari lima agama yang ada di negara ini dan diakui, hanya satu saja (Taoisme) milik negara ini. Agama Buddha, meskipun berakar di India, telah diterima sebagai agama di Cina.
Namun di Cina, beberapa agama seperti Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik dianggap sebagai ancaman terhadap pengaruh orang asing dan separatisme etnis. Karena alasan ini, negara telah mencoba untuk mengendalikan Islam yang memiliki kemiripan dengan agama-agama Cina, atau setidaknya memaksa muslim untuk melakukan praktik keagamaan di tempat-tempat yang mirip dengan tempat-tempat keagamaan dan kuil di Cina.
Banyak muslim Cina tidak merasa tenang karena baru-baru ini masjid dibuat dengan cara yang menyerupai kuil dan arsitektur Cina. Dalam pandangan mereka, masjid-masjid yang dibangun dengan gaya arsitektur Islam bukan hanya simbol dan alasan pengaruh budaya Arab atau negara-negara muslim lainnya semata, namun juga tanda dan simbol sejarah kuno Islam.
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar