Pertemuan Helsinki meninggalkan pertanyaan yang sangat serius.
Sampai di manakah Eropa akan mengizinkan Donald Trump untuk berekspansi? Sampai kapankah para pemimpin Barat akan berani menentukan batasan bagi presiden gila ini?
Belum beberapa jam memasuki tanah Eropa, ia telah menghina partner terdekat Amerika dan juga mengancam NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Itulah Donald Trump. Ia malah berani menghina Theresa May, Perdana Menteri Inggris, dan terkesan memaksakan perubahan di Westminster.
Sekarang Trump mengaku sedang membawa hadiah berharga bagi partner, yang menurut pengakuannya, merupakan partner terbaik. Yaitu Vladimir Putin.
Menurut Independent, ini merupakan saat-saat yang sangat buruk bagi Eropa, dan juga penuh ketakutan serta kebencian.
Masalah ini tentu banyak menimbulkan pertanyaan di benak kita. Selain pertanyaan di atas, mungkin ada pertanyaan lagi yang lebih serius. Yaitu sampai kapankah Eropa mau paham bahwa Trump adalah seorang musuh dan penghina norma serta kepentingan-kepentingan mereka, bukan seorang partner?
Sudah tentu Trump memiliki segudang tema dan agenda yang akan diajukan kepada Putin. Agresi terhadap Kremia, serangan cyber dan campur tangan Moskos dalam pilpres Amerika, senjata kimia di Suriah, dan lain-lain. Akan tetapi, ada satu agenda pribadi Trump yang sangat berbeda dari semua agenda di atas. Yaitu isu Iran.
Negara-negara Eropa telah melupakan permusuhan Washington dengan Iran dari sejak tahun 1979 ketika Iran berhasil memenangkan revolusi. Para diplomat Amerika sudah 40 tahun tidak pernah menggubris Iran. Tentu para politikus, pedagang, dan media tidak memiliki informasi yang memadai tentang negara ini. Dalam kondisi seperti ini, sangatlah mudah bagi musuh-musuh Iran, terutama para diktator Arab, untuk menggelontorkan Iranofobia.
(The-Independent/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar