Israel berakali-kali melarang Muslimin menunaikan salat di Masjid Ibrahim, Tepi Barat, Palestina. Dalam enam bulan terakhir saja, menurut otoritas Palestina, Israel melakukan pelarangan itu sebanyak 298 kali.
“Penjajah Israel melarang azan dikumandangkan, termasuk pada salat Jum’at,” kata Menteri Urusan Wakaf dan Agama Palestina Yousef Adais dalam pernyataan tertulisnya seperti dikutip muslimnews.co.uk, 12 Juli. Tindakan Israel ini, menurut Yousef, membuktikan rasialisme yang telah melangkah jauh melampaui batas-batas politik dan merambah dimensi agama.
Ia bilang, campur tangan Israel kian kuat di Masjid bersejarah itu. Sedemikian, Israel pernah menutup Masjid dua hari dengan alasan adanya festival Yahudi.
Warga Yahudi pendatang yang disokong Israel juga kerap melakukan kekerasan di wilayah setempat. “Tindak kekerasan dan pelanggaran susila mereka telah melampau batas,” kata Yousef. “Jumlahnya sebanyak mereka membuat pesta musik sampai tengah malam di dalam Masjid Ibrahim.”
Masjid yang diyakini dibangun di atas makam Nabi Ibrahim itu berlokasi di kota tua Hebron. Di wilyah ini, sekitar 160 ribu warga Palestina Muslim dan 500 warga Yahudi pendatang bermukim. Sementara warga Yahudi pendatang selama ini banyak mendapatkan dukungan tentara Israel.
Pada 1994, pemukim pendatang Yahudi Amerika-Israel Baruch Goldstein menembak mati 29 warga Palestina Muslim yang salat di Masjid sebelum ia menembak dirinya sendiri. Sejak peristiwa berdarah itu, bangunan Masjid Ibrahim dibagi dua: 45 persen untuk Muslimin dan 55 persen untuk Yahudi. []
(Muslim-News/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar