“Dari Barat, ambil ilmunya! Jangan tiru caranya!”. Demikian kira-kira yang dapat penulis angkat -dalam bentuk pesan (khususnya bagi para pemuda)- dari penjelasan Imam Khamenei tentang pentingnya ilmu dan akhlak.
Cara Barat dalam kepentingan kekuasaannya, digambarkan oleh Imam dengan menarik masa Iran “tempo doeloe” bahwa:
Pada awal kaki Barat menginjak Iran, dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan serta teknologi, orang-orang Iran saat itu belum punya sesuatu. Tanpa memikirkan soal pemilihan kepemimpinan dengan perubahan yang mendasar, seperti halnya yang dilakukan oleh seorang amir di masa Syah Nashiruddin, suatu hari seseorang tampil untuk mengatakan: “Satu-satunya cara untuk menyelamatkan Iran terletak pada mengekor Barat, lahir dan batin.”
Lalu Inggris melakukan pengangkatan dinasti Pahlevi. Kemudian Amerika menempati posisi Inggris, dan pilihan terbaik bagi kedua negara Barat ini adalah Reza Khan dan anaknya, Muhammad Reza. Sebab dua orang ini memainkan peran kolonialis yang diinginkan Barat dengan mempertahankan keiranan keduanya.
Barat yang berkepentingan dan memiliki cara yang tidak manusiawi demi kekuasaan, tidaklah untuk ditiru. Mengikuti ala Barat yang tak berperasaan ini adalah sebuah kesalahan. Oleh karena itu, perpaduan antara ilmu dan rasa kemanusiaan atau akhlak, dimana pun sangatlah penting.
Ilmu Minus Akhlak
Imam Khamenei menjelaskan: “Ilmu yang berkembang sangat pesat di dunia Barat tak mampu menyelamatkan manusia, sebabnya ialah terpisah dari dimensi insani. Ilmu tanpa akhlak dan sisi spiritual serta rasa insaniyah, tak dapat dipetik manfaatnya oleh manusia. Ia menjadi bom atom yang memusnahkan umat manusia. Menjadi senjata yang menghunus ke dada penduduk di Libanon, Palestina yang dijajah dan negeri-negeri lainnya. Berubah menjadi senjata-senjata kimia yang dijatuhkan ke Halabjah dan wilayah-wilayah lain untuk menghabisi kaum wanita, anak-anak, orang-orang tua dan muda serta hewan-hewan yang hidup.
Dari mana senjata-senjata pemusnah itu berasal? Adalah produk pusat-pusat ilmu; datangnya dari negeri-negeri Eropa. Mereka lah yang telah membuat dan memasang bahan-bahan kimia itu di bawah kuasa sistem yang tak peduli apa yang harus diperhatikan. Hasilnya adalah apa yang telah kita semua tahu.
Persenjataan dan segala macam produk keilmuan kini, tidak dapat memberikan kebahagiaan bagi manusia atau bagi keluarga, tidak mampu memberi kesenangan hidup bagi anak-anak, para remaja, kaum laki-laki dan perempuan. Sebab, tidak disertai dengan akhlak dan nilai-nilai spiritual. Di bawah naungan peradaban Islam yang suci, kita curahkan perhatian pada kemajuan dan perkembangan ilmu dengan nilai-nilai spiritual yang selalu menyertainya.
Perbedaan Kita dengan Barat
Kita melihat apa yang sangat dirasa oleh Barat terhadap pegangan kita pada nilai-nilai spiritual. Apa yang dia perbuat terhadap komitmen kita pada keagamaan, usaha dia meretakkannya dengan fanatisme dan pengerasan. Apa yang menjadi pertimbangan dia adalah perhatian kita pada prinsip-prinsip akhlak dan kemanusiaan, dalam kebangkitan untuk hak-hak manusia. Semua itu dikarenakan jalan kita berbeda dengan jalan Barat.
Barat telah mengembangkan ilmu, hal ini tak diragukan sebagai usaha besar dan sangatlah penting. Namun mereka jauh dari akhlak dan nilai-nilai spiritual, sehingga menghasilkan apa yang telah terjadi. Sedangkan kita, berkemauan mengembangkan ilmu di samping akhlak. Seperti halnya universitas sebagai pusat ilmu, harus juga menjadi pusat agama dan nilai-nilai spiritual. Alumninya menghiasi diri dengan agama seperti santri keluaran pesantren. Inilah yang tidak diharapkan dan tidak disukai oleh Barat.
Oleh sebab itu, Barat dalam masa yang panjang selalu nyinyir dan giat dengan tuduhan-tuduhan anti Islam, sampai membekas di benak-benak yang mendengarnya. Bangsa dan negeri yang berpegangan pada Islam, mereka katakan fanatik, jumud dan militan yang tak ada ramahnya. Begitulah yang Barat sifatkan terhadap Islam. Padahal, kejumudan justru ada pada mereka. Kehidupan mereka terpisah dari nilai-nilai spiritual dan jauh dari kasih sayang kemanusiaan. Termasuk suasana keluarga di Barat tidak mampu mengasuh anak-anak.
Didapati masa kini di negara-negara maju dalam industri, anak-anak tanpa keluarga. Atau yang punya keluarga tapi lari dari rumah-rumah mereka dan kelayapan di malam hari di jalan-jalan. Anak-anak mereka melakukan kriminal dan pembunuhan. Menjadi mangsa berbagai macam kebiasaan yang merugikan. Inilah bagian dari yang ada pada mereka. Adalah kejumudan yang memotivasi anak-anak muda pada kemaksiatan.
Referensi:
Makarim al-Akhlaq wa Radza`iluha/Imam Ali Khamenei
(Khamenei/Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar