Oleh: Murtadha Mujtahidi Sistani
MUKADIMAH
Para Imam Maksum as. dan Rahasia Ilahi
Para Imam Maksum as, hidup dalam kancah politik rezim tirani Habtar [1] yang membelenggu mereka, hingga menghalanginya mendirikan pemerintahan Alawi nan adil. Bahkan, para Imam tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan rahasia Tuhan kepada masyarakat umum. Karena, para penguasa Umawiyah dan Abasiyah dengan menghalalkan berbagai cara, melakukan pelarangan terhadap aktivitas tersebut. Imam Ali bin Abi Thalib as, dalam hal ini menjelaskan: Rasulullah menyimpan rahasia yang hanya diketahui oleh sebagian kecil sahabatnya. Seandainya tidak ada para penguasa zalim umat ini, akan aku sampaikan rahasia tersebut [2]
Dari sini, jelaslah bahwa para Imam as tidak menjelaskan rahasia tersebut kepada seluruh lapisan masyarakat. Beliau, hanya menyampaikan kepada sebagian kecil sahabat terdekatnya. Rahasia ilahi yang sangat penting itu, tidak disampaikan kepada masyarakat umum, karena mereka tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk menerimanya. Selain itu, situasi dan kondisi politik yang genting ketika itu -dan akan terus berlangsung hingga kedatangan Imam Zaman af .- menutup ruang bagi para Imam untuk menyampaikan mutiara sucinya pada masyarakat luas. Imam Shadiq as, ketika menafsirkan ayat wa llaili idza yasri [3]
bersabda: (Maksud dari kata "Ml") adalah pemerintahan Habtar yang akan berlangsung sampai hadirnya Imam Zaman af [4]
Pada sisi ini, para Imam menjelaskan hakikat maknawi melalui doa dan munajat. Ahlul bait as, ketika mengungkapkan berbagai rahasia kebenaran melalui doa, ziarah serta dzikir, tidak hanya karena desakan situasi dan kondisi politik yang tidak memungkinkan. Lebih dari itu, persoalan penting yang berkaitan dengan masalah keyakinan dan pengetahuan yang tinggi pun pun dijelaskan melalui doa, munajat dan ziarah.
Dengan melakukan kajian secara intensif terhadap berbagai doa, kebenaran tersebut akan terungkap jelas. Selain menyampaikan berbagai rahasia, keyakinan serta pemikiran dasar dalam berbagai doa, para Imam juga menjelaskan serta mengajarkan berbagai permasalahan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Misalnya saja doa-doa dalam kitab Shahifah kamilah Sajadiyah yang juga dibenarkan oleh Imam Zaman af, dalam berbagai kalimatnya dipenuhi mutiara-mutiara kebenaran yang indah dan penuh makna. Dengan mengkaji berbagai doa Imam Sajjad as serta para Imam lainnya, rahasia kebenaran akan tersingkap. Sebagai contoh, dalam munajat Injiliyah yang mengandung pelajaran berharga bagi kehidupan, Imam Sajjad berdoa kepada Allah Swt. "Duhai Tuhan! Anugerahlah padaku kesungguhan tertinggi" [5]
Munajat Imam Sajjad as tersebut, merupakan pembangun jiwa bagi siapa saja yang tengah mengadu kepada Tuhannya melalui doa. Sang pemohon, siapapun dia, meskipun ia menyadari ketidak mampuannya, sejatinya memohon harapan tertinggi kepada Tuhan. Sehingga, ia dapat melakukan perubahan besar dalam hidupnya serta mampu memberikan sumbangsih yang berarti kepada masyarakat.
Kebenaran ini akan tersingkap pada hati-hati manusia, melalui cahaya yang bersinar dari lentera Imamah.Apa yang disampaikan ahlul bait dalam doanya, menjadi Thursina wilayat, bukit harapan para pendoa. Siapa pun yang hendak mendakinya, harus mempersiapkan segalanya.
Para imam mengajarkan berbagai adab berdoa, sehingga kita bisa merasakan pengaruh dari kemustajabannya. Sebagaimana penjelasan di atas tentang berbagai ayat serta riwayat yang sampai ke tangan kita, kini saatnya untuk optimis mengarungi kehidupan dan jangan pernah berputus asa dari rahmat Tuhan, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya, tidak akan berputus asa dari rahmat Tuhan, kecuali kaum kafir [6] .
Dengan keyakinan ini, maka raihlah cahaya harapan dari mutiara doa yang bersumber dari mata air wahyu, mengambil berkah dari para Maksum.
Urgensi Pengulangan Doa
Doa yang dibaca secara rutin, memiliki pengaruh luar biasa dalam mencapai tujuan dan mewujudkan keinginan. Aspek inilah, yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang yang senantiasa bergelut dengan buku-buku doa. Karena, kebanyakan orang tidak memiliki kesabaran untuk mencapai keinginannya dengan mengulang-ulang doa, ziarah atau dzikir lainya lebih dari sekali.
Untuk lebih memperjelas pembahasan ini, akan disampaikan sebuah ilustrasi. Pada kebanyakan penyakit jasmani, jika penyakit itu baru saja menjangkiti seseorang dan belum menahun, dapat disembuhkan dengan resep biasa. Sebaliknya, penyakit yang sudah menahun, tidak dapat disembuhkan dengan resep dan pengobatan biasa. Tetapi, memerlukan terapi serta pengobatan secara teratur.
Demikian halnya dengan berbagai penyakit ruh, jika seseorang terserang penyakit ruh yang menahun atau mungkin saja, pada awalnya penyakit tersebut belum parah, tetapi akibat diabaikan begitu saja, akhirnya mengakar kuat. Maka, tidak cukup hanya dengan sekali membaca doa saja. Tetapi, harus dilakukan secara rutin. Sebagaimana pada penyakit jasmani, seseorang membutuhkan pengobatan yang intensif, sehingga memberikan efek penyembuhan secara sempurna. Begitu pula dengan berdoa, harus senantiasa dibaca berulang kali sampai terlihat jelas pengaruhnya.
Barangkali ada orang-orang tertentu yang sampai pada tujuannya, dengan hanya membaca sekali doa saja. Pada hakikatnya, ia sendiri telah membangun dirinya, hingga doa dengan cepat terkabul. Namun masyarakat umum, hendaklah tidak berharap tujuannya akan tercapai hanya dengan sekali berdoa saja.
Doa Untuk Kemunculan Imam Zaman af.
Di antara doa yang paling penting dibaca oleh kaum muslimin pada masa keghaiban Imam Mahdi as adalah doa untuk kemunculannya. Karena beliau adalah pemimpin kita semua dan pemilik zaman ini. Lebih dari itu, beliau juga merupakan pemilik urusan dan pelindung umat manusia di dunia. Mungkinkah kita melupakannya, padahal beliau adalah Imam kita? Bukankah mengabaikan Imam Zaman af, berarti mengabaikan serta melupakan sebagian pondasi agama itu sendiri.
Sebelum berdoa untuk diri kita sendiri, dan orang-orang terdekat serta yang kita kenal. Maka, terlebih dahulu kita berdoa untuk kemunculan beliau. al-Marhum Sayyid ibnu Thawus dalam buku Jamal al-Usbu' menekankan pentingnya hal tersebut, beliau menulis: Para pemimpin kita, mengkhususkan berbagai doa untuk kemunculan Imam Zaman af. Hal ini, menunjukkan bahwa tugas paling penting kaum muslimin adalah berdoa untuk Imam Zaman af . Bahkan diriwayatkan, Imam Shadiq as pada doa setelah shalat zhuhur, mendahulukan doa untuk Imam Zaman af, lebih dari dirinya sendiri. Demikian juga, dengan Imam Kazhim as yang selalu membaca doa untuk Imam Zaman af. setelah shalat ashar. Jelaslah, seseorang yang memahami kedudukan dua manusia agung ini akan mengikuti seluruh jejak mereka, termasuk di antaranya berdoa untuk kemunculan Imam Mahdi as. [7]
Al-Marhum Sayyid ibnu Thawus dalam bukunya yang lain, Falah as-Saail, setelah menyebutkan berbagai keutamaan doa untuk saudara seiman, menjelaskan: Jika kalian bersimpuh ke haribaan Tuhan- penguasa serta pemilik hidup dan mati- berdoa untuk Imam Zaman af, percayalah bahwa pintu ijabah doa akan terbuka, sampai orang yang kalian doakan memperoleh anugrah-Nya. Rahmat dan kemuliaan Tuhan senantiasa menaungi, karena kalian berpegang pada akarnya.
Barangkali ada yang bertanya, mengapa sebagian orang yang Anda kenal seperti para guru tidak menjalankan ajar an ini?
Tentu saja jawabannya sederhana, barangkali mereka lupa atau menganggap remeh persoalan tersebut. Sayyid Thawus dengan bahasanya yang indah melanjutkan: Laksanakanlah apa yang aku sampaikan, sebagai sebuah kebenaran nyata. Siapa saja yang mengabaikan dan merendahkan pemimpin kita (Imam Zaman af) dan melalaikannya, demi Tuhan, ia berada dalam kesalahan yang berakar dari pikiran sempit dan cela. Beliau juga menyebutkan:
Apakah sejauh ini, kita telah merenungkan pentingnya persoalan tersebut dalam pandangan para Imam as yang suci?
Apakah sampai saat ini, kita masih beranggapan bahwa masalah tersebut tidak penting?
Maka, perbanyaklah doa dalam shalat-shalat wajibmu untuk Imam Zaman af, dan siapa saja yang diperbolehkan berdoa untuknya. Sayyid yang mulia menjelaskan dengan penekanan khusus: Lagi -lagi kami tekankan, dengan memperhatikan apa yang telah disampaikan, tidak pantas kiranya kita mengesampingkan doa untuk kemunculan Imam Zaman af . [8]
Penulis buku Mikyal al-Makarim menuturkan bahwa doa merupakan bagian terpenting dalam ibadah, sebagaimana yang disebutkan dalam berbagai ayat dan riwayat. Tidak diragukan lagi, bahwa jenis doa yang paling penting serta paling mulia adalah doa yang ditujukan bagi seseorang yang Tuhan wajibkan berdoa untuknya.
Karena berkat keberadaannya,Tuhan menganugerahkan karunia kepada seluruh makhluk. Oleh karena itu, layak kiranya bagi orang yang beriman untuk mengedepankan persoalan penting ini. Maka pada setiap tempat dan waktu, senantiasa berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af. Berikut akan dijelaskan riwayat yang mendukung pembahasan tersebut.
Imam Hasan al-Mujtaba as di alam mitsal atau mukasyafah, berpesan kepada al-Marhum Ayatullah Mirza Muhammad Baqir Faqih Imani sebagai berikut:
Sampaikanlah dalam berbagai mimbar kepada masyarakat untuk bertaubat dan berdoa bagi kemunculan Imam Zaman af. Berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af, bukanlah wajib kifayah seperti halnya shalat mayat. Ketika sebagian orang telah menunaikan, gugurlah kewajiban yang lain. Tetapi, sebagaimana shalat lima kali, maka wajib bagi setiap orang berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af. [9]
Melalui penjelasan di atas, jelaslah bahwa berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af.
Manusia Suci yang Terlupakan
Amat disesalkan saat ini, doa untuk kemunculan Imam Zaman af. kerap terlewatkan, tidak hanya dalam ibadah perorangan, bahkan dalam berbagai majelis umum. Andai saja kita mengevaluasi, seberapa sering kita melupakan Imam Zaman af, barulah kita sadari bahwa beliau adalah manusia termazlum sedunia, teraniaya karena dilupakan banyak orang. Para ulama dan para Imam as. sendiri mengisahkan peristiwa kemazluman imam Zaman as, beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Hujjatul Islam wal Muslimin yang mulia Sayyid Ismail Syarafi mengisahkan:
Suatu hari, aku berada di tempat suci dan tengah khusu' beribadah di makam Imam Husain as. Karena doa para peziarah pada bagian kepala makam Imam Husein as mustajab, maka aku pun bermohon kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan Imam Zaman af yang mulia serta dapat berhadapan langsung dengannya. Ketika aku sedang konsentrasi beribadah, tiba-tiba datang seseorang penuh pesona, bak mentari yang memancarkan sinarnya nan indah.
Meskipun, saat itu aku tidak mengenal beliau, tetapi kehadirannya membuatku terkesima. Seusai menyampaikan salam, aku bertanya padanya: "Siapakah Anda?"
Beliau menjawab: "Aku adalah manusia termazlum sedunia".
Aku tidak memahami kata-kata itu, dalam hatiku bergumam: "Barangkali beliau salah seorang ulama Najaf. Karena masyarakat sedikit yang memberikan perhatian dengannya, maka beliau menganggap dirinya orang yang paling mazlum sedunia". Kemudian barulah kusadari bahwa seseorang yang tadi berada di dekatku telah menghilang.
Dari sini, barulah kupahami bahwa orang yang paling mazlum sedunia, tidak lain adalah Imam Zaman as. Kenikmatan hadirnya berlalu begitu cepat.
2. Hujjatul Islam wal Muslimin yang mulia Haji Sayyid Ahmad Musawi yang merupakan salah seorang pecinta Imam Zaman as. mengutip perkataan Hujjatul Islam wa Muslimin al-Marhum Haji Syekh Muhammad Ja'far Jawadi, yang pernah bertemu dengan Imam Zaman af dalam suatu mukasyafah. Saat itu, beliau melihat Imam Zaman af nampak begitu sedih. Kemudian, beliau menanyakan kabarnya. Imam Zaman af menjawab: "Hatiku pedih batinku perih".
3. Imam Husain as berpesan kepada salah seorang ulama Qom: Imam Mahdi af pada masanya begitu mazlum, maka tulislah tentangnya. Ketika yang kau ceritakan tentang para maksum, tuliskan pula cerita tentang al-Mahdi. Karena seluruh para Imam as itu maksum, wilayah dan imamahnya pun satu. Saat ini, kita berada pada masa Imam Mahdi af, maka sudah selayaknya kita banyak mengungkapkan tentangnya.
Pada akhir pembicaraan, beliau menambahkan: Sekali lagi aku tegaskan, bercerita dan tulislah tentang Imam Mahdi af, beliau begitu teraniaya. Lebih dari apa yang ada saat ini, ceritakan dan tulislah." [10]
Setelah mengetahui betapa teraniayanya Imam Zaman af, ketika kita berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af, bukan meraih keadaan dan kedudukan spiritual. Namun hal tersebut berangkat dari kesucian niat, mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh kerelaan Imam af .
Nasihat Syekh Rajabali
Simaklah cerita menarik berikut, yang dituturkan al-Marhum Syarafi, salah seorang penanti setia Imam Zaman af. Pada suatu waktu, ia berangkat dari kota Masyhad ke beberapa daerah untuk berda'wah.
Dalam salah satu perjalanannya di antara hari-hari bulan Ramadhan, ia berkesempatan untuk mengunjungi serta meminta petunjuk al-Marhum Syekh Rajabali Khayyat bersama salah seorang temannya dari Teheran. Syekh Rajabali, juga termasuk penanti setia Imam Zaman af. Beliau memotivasi dan membimbing siapa saja yang ingin menempuh jalan ini.
Syekh mengajarkan untuk membaca ayat "wa man yattaqi allah...." [11] kemudian beliau berpesan: "Bersedekahlah terlebih dahulu, lalu berpuasalah 40 hari dan bacalah ayat ini selama 40 hari." Pesan penting yang disampaikan Syekh bahwa tujuan membaca ayat tersebut adalah memohon kepada Imam Ridha as. agar didekatkan kepadanya tanpa menghiraukan urusan duniawi.
Syarafi melanjutkan ceritanya: Aku mencoba mulai mengamalkan, sayangnya tidak sampai selesai. Tetapi, temanku berhasil menjalankannya. Setelah kami kembali ke kota Masyhad, saat temanku berziarah ke makam Imam Ridha as. Beliau menyaksikan Imam as dalam secercah cahaya. Lambat laun cahaya itu terlihat menguat, sampai akhirnya ia dapat bertemu Imam as serta berbincang dengannya.
Pelajaran terpenting yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah setiap kali seseorang berdoa atau bertawasul, selain harus ikhlas, juga bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan hingga dapat dekat dengan ahlul bait. Dengan kata lain, berdoa untuk penghambaan, bukan mencapai kedudukan spiritual.
Salah seorang ulama ternama yang doanya kerap dikabulkan bertanya kepada ahli makrifah tentang kondisi batinnya. Setelah merenung sejenak beliau pun menjawab: "Anda seringkali mencampuri urusan Tuhan."
Maka, sebaiknya manusia, menjadikan doa sebagai jalan penghambaan kepada Tuhan. Bukan, sarana untuk mencampuri urusan Tuhan atau menarik perhatian masyarakat.
Dikisahkan dari al-Marhum Haji Syekh Husanali Isfahani, beliau berkata: Aku mampu mengetahui serta menyelesaikan persoalan orang-orang yang datang menemuiku sebelum mereka mengutarakan maksudnya. Tetapi, aku tidak melakukannya karena menyebabkan lemahnya keyakinan masyarakat kepada Imam Ridha as.
Pengalaman Berharga Syekh Hasanali Isfahani
Karena pembahasan di atas menyinggung sekilas tentang al- Marhum Haji Syekh Hasanali Isfahani, maka pada kesempatan ini akan dikisahkan sebagian sisi kehidupan menarik beliau yang sesuai dengan pembahasan kita.
Syekh sejak kecil rajin beribadah dan penyucian diri. Beliau berupaya keras untuk mencapai ketinggian ruh. Beliau juga menuliskan setiap dzikir, wirid, shalat serta ayat al-Qur'an yang dipraktikkan sepanjang hidupnya. Karena tulisan tersebut mengandung rahasia, catatan penting serta memiliki nilai berharga, beliau tidak mengijinkan untuk dimiliki sembarang orang.
Al-Marhum Walid Mu'azham menjelaskan keberadaan buku tersebut: "Haji Syekh Hasanali Isfahani pada akhir hidup beliau menyerahkan tulisannya kepada Ayatullah Haji Sayyid Ali Ridhawi". [12]
Tujuan mengutip cerita di atas adalah berbagi pelajaran berharga bagi mereka yang berupaya menempuh perjalanan spiritual menuju Tuhan. Yaitu, berupa titik penting yang ditulis Syekh pada bagian akhir bukunya.
Syekh Hasanali pada akhir bukunya menuliskan: "Andai saja dzikir, wirid dan seluruh jerih payah itu kujalani untuk mendekatkan diri pada Imam Zaman af."
Mari kita renungkan! Seorang tokoh penting yang namanya dikenal baik hingga saat ini, pada akhir hidupnya, setelah melampaui berbagai kesulitan berharap jika saja tujuan kerja kerasnya, dalam rangka mendekatkan diri pada Imam Zaman af .
Tidak diragukan lagi, al-Marhum Haji Syekh Hasanali Isfahani memiliki kemampan serta kekuatan spiritual yang luar biasa dan sulit tertandingi.
Dengan seluruh kelebihan yang dimiliknya, dia berharap, seandainya saja kerja kerasnya dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Imam Zaman af. Bukan hanya untuk menyembuhkan berbagai penyakit maupun menyelesaikan permasalahan lainnya.
Pelajaran berharga bagi manusia ketika mampu menuai hikmah di sepanjang hayatnya, dari pengalaman tokoh-tokoh besar serta menghayati perjalanan panjang yang dilaluinya. Terutama, perlu sekali menggali serta mengamalkan kesimpulan yang diperoleh tokoh tersebut pada akhir kehidupannya. Memperlajari pengalaman berharga tokoh-tokoh besar dapat meningkatkan secara optimal nilai kehidupan. Maka, cobalah kita kesampingkan berbagai tujuan sementara. Berusahalah untuk mempelajari pengalaman al-Marhum Haji Syekh Hasanali Isfahani serta mengamalkan kesimpulan yang beliau petik. Ketika doa, ziarah serta ibadah lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Imam Zaman af. Maka siapa saja yang mengamalkannya, akan menuai hasil dalam kehidupannya.
Majelis Do'a untuk Imam Zaman af.
Sebagaimana seseorang dapat berdoa untuk kemunculan Imam Zaman af secara perorangan. Ia juga bisa melakukannya secara berkelompok dengan membentuk majelis do'a. Hal tersebut, selain mendapat pahala do'a, juga membuahkan kebaikan lainnya seperti mengenang kembali perjuangan para Imam as, membahas hadits ahlul bait dan sebagainya.
Penulis buku berharga Mikyal al-Makarim menyebutkan bahwa membentuk majelis doa merupakan kewajiban umat pada masa keghaiban Imam Zaman af. Sebuah majelis yang dengan ikhlas dibentuk dalam rangka mengingat nama Imam Zaman af, membacakan sejarah dan keutamaan beliau serta menghadiahkan do'a untuknya. Beliau juga menjelaskan bahwa membentuk majelis semacam ini dapat menyebarkan agama Tuhan, mengangkat kebaikan dan ketakwaan, mengagungkan seruan Tuhan serta menolong sesama dalam kebaikan. Beliau menambahkan bahwa majelis demikian menjadi penting pada beberapa situasi. Misalnya, ketika masyarakat berada dalam penyimpangan. Dengan adanya majelis doa, dapat mencegah mereka dari kerusakan serta menerangi mereka menuju jalan yang benar. [13]
Memahami Kewajiban pada Masa Keghaiban
Dalam buku ini, dengan izin serta pertolongan Imam Zaman af, kami berupaya mengenalkan salah satu kewajiban pada masa keghaiban, yaitu berdo'a untuk kemunculan Imam af. Tetapi, tidak ada salahnya, jika kami pun menyebutkan beberapa kewajiban lainnya pada masa keghaiban. Meskipun, kita berharap semoga sekarang adalah akhir masa keghaiban, mengingat berbagai riwayat dari para Imam as yang menjelaskan bahwa setiap pagi dan petang kita harus senantiasa menantikan kedatangan Imam Zaman af .
Amat disayangkan sampai saat ini, belum ada buku yang secara khusus dan mendetail, mengupas berbagai kewajiban pada masa ghaib. Kalaupun ada, tidak mengupas seluruh kewajiban pada masa keghaiban. Andai saja, sejak masa permulan keghaiban, masyarakat memahami kerusakannya, barangkali masa keghaiban seperti ini tidak akan berkepanjangan.
Bagaimanapun, masyarakat, terutama berbagai pihak yang memiliki kewajiban untuk menjelaskan permasalahan ini, seringkali lalai mengungkapkannya.
Marilah kita pertanyakan pada diri masing-masing, pantaskah kita melupakan pemimpin alam yang sangat dinanti-nantikan oleh segenap alam ini? Layakkah jika sel-sel otak milyaran manusia karena tersembunyi dari cahaya Tuhan harus berada dalam kegelapan ? Layakkah milyaran manusia yang diciptakan dengan hatinya masing-masing, melalaikan kehadiran dirinya sendiri?
Kapankah saatnya seluruh manusia bangkit dari kelalaiannya, keluar dari kegelapan dan penindasan, digantikan dengan pemerintahan ilahi yang mengumandangkan keadilan dunia?
Tidakkah semua ini terwujud dalam pemerintahan imam Zaman as ? Lalu mengapa keagungan masa itu tidak pernah kita pikirkan? [14] Mengapa kita tidak mengamalkan kewajiban masing-masing selama masa keghaiban ini ?
Larut Dalam Keghaiban, Lalai dari Kehadiran
Jawaban dari berbagai pertanyaan di atas, karena kita larut dalam masa keghaiban dan mabuk dalam kegelapanya yang telah menjadi candu bagi kehidupan. Kecanduan merupakan kekuatan di luar kesadaran manusia yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan maupun keburukan.
Kecanduan seseorang terhadap sesuatu, seperti halnya persoalan fitrah dan natural yang mampu menyihir manusia, sehingga ia kehilangan kesadaran dan pilihannya sendiri. Tuhan menganugerahkan kekuatan tersebut kepada manusia untuk menggiringnya ke jalan kebaikan serta menghindari dari keburukan, tanpa kesulitan dan di luar kesadarannya. Imam Ali bin Abi Thalib as dalam hal ini menjelaskan:
Kebiasaan adalah aspek natural kedua manusia [15]
Penggalan kalimat tersebut, mengandung pesan kebenaran yang sedemikian dalam. Menurut riwayat di atas, sebagaimana seseorang terdorong ke arah fitrah naturalnya, ia juga dapat bergerak ke arah sifat "kebiasan".
Manusia seharusnya dapat memanfaatkan kekuatan besar ini secara benar serta menghindari dari segala pencemaran yang menjerumuskan kepada kebiasaan buruk.
Amat disayangkan, masyarakat dunia kini, karena tidak adanya pemimpin yang mumpuni yang memberikan petunjuk, alih-alih dapat sampai kepada sifat terpuji, malah terjangkit berbagai kebiasaan buruk, baik secara individu maupun masyarakat.
Kecanduan masyarakat memiliki dampak yang lebih besar ketimbang kecanduan individu. Sebab ia dapat dengan mudah menggiring manusia kepada kecendurangan apa pun yang diinginkannya.
Salah satu kebiasaan buruk masyarakat yang demikian menyiksa serta menyeret pada penghambaan diri sendiri adalah larut dalam kondisi kini serta melupakan kehidupan mendatang.
Nabi Muhammad Saw. serta ahlul bait mengajarkan penantian, yang mengajak manusia untuk memahami kesalahan kecanduannya tersebut serta bergerak ke arah masa depan yang gemilang.
Tetapi sayangnya, orang yang memiliki kapasitas untuk menyampaikan persoalan ini kepada mesyarakat, seringkali bersikap lalai. Sehingga masyarakat tetap dalam kondisi kecanduan serta tidak bersungguh-sungguh untuk menuju kehidupan mendatang. Inilah yang menyebabkan keghaiban Imam Zaman af terus berlangsung.
Benar, sampai saat ini masyarakat masih larut melupakan persoalan munculnya Imam Zaman af. Kondisi demikian merupakan warisan budaya sebelumnya. Kesimpulannya, sampai saat ini, masyarakat kita berada pada kemunduran.
Padahal, jika saja manusia dapat mengesampingkan kebiasaan buruknya, mereka akan sampai pada kedudukan terbaik. Sebagaimana disampaikan oleh Imam Ali as: Kedudukan yang paling tinggi dapat diperoleh dengan cara mengalahkan kebiasaan (buruk) [16]
Masyarakat seharusnya memerangi kecanduan untuk melupakan Imam Zaman af, serta memohon kepada Tuhan untuk merasakan pemerintahan adil, dengan cara mewujudkan kondisi penantian serta berdoa untuk kedatangan beliau.
Rubahlah Pola Pikir !
Melalui lompatan spiritual serta transformasi pemikiran, lakukanlah perubahan berarti dalam diri. Pisahkan jalan dengan orang yang tidak memperdulikan Imam Zaman af, pemimpin kita. Percayalah! Sebagaimana kita akan berdosa, jika tidak memperdulikan dan melalaikan ayah biologis. Demikian pula ketika kita tidak memperdulikan dan melupakan ayah spiritual, tentu saja dosanya lebih besar. Karena hal tersebut dapat melahirkan kegelapan dalam kehidupan manusia.Jika sampai saat ini, kita masih melalaikan Imam Zaman af serta tidak memikirkan kedatangan beliau. Dan kita bukan termasuk orang-orang yang memohon datangnya hari penuh keagungan itu. Jika sampai detik ini, kita tidak mengerti tugas serta tanggung jawab khusus terhadap Imam Zaman af, pemimpin serta wali kita. Kini, ketika kita telah memahami sebuah kebenaran bahwa pada masa keghaiban, berbagai tugas berat syar'i lebih banyak dilimpahkan pada masyarakat. Maka, selamatkan diri kita dari kelalaian, tebuslah masa lalu dengan keinginan kuat serta tekad yang bulat. Mulailah melangkah di jalan penantian Imam af dengan segenap kesungguhan. Ketahuilah! Kebaikan serta kasih sayang Imam Zaman af kepada para pecinta makam wilayah menyebabkan dimaafkannya kekhilafan masa lalu. Dengan segala kelembutan hatinya, beliau melupakan berbagai kesalahan kita. Sebagaimana nabi Yusuf as. yang memaafkan kesalahan dan kezaliman yang diperbuat saudara-saudaranya, al-Quran mengabadikanya peristiwa tersebut, Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia maha penyayang di antara para penyayang. [17]
Yakinlah ! Ruh agung manusia, tidak diciptakan untuk terikat dengan materi serta berbagai hal yang tak bernilai. Sebaliknya, untuk menuju pada jalan Ilahi melalui dimensi spiritual, dengan mengenal Tuhan khalifah-Nya dan hal-hal spiritual.
Pantaskah manusia yang seharusnya dapat menjadi seperti Sayyid Bahrul Ulum dan al-marhum Syekh Anshari serta ratusan sosok tulus dan membina dirinya, yang memiliki hubungan dekat dengan Imam Zaman af, justeru menenggelamkan jiwanya dalam kubangan materi serta membelenggu tubuhnya dengan kelalaian? Pantaskah manusia yang seharusnya dapat terbang di atas cakrawala pengetahuan bersama keluarga Nabi, justeru melucuti kedua sayap dan bulu- bulunya serta menyerahkan diri menjadi tawanan setan dalam penjara dunia. Pantaskah manusia yang berjumlah lebih dari tujuh miliar dari seluruh penduduk dunia ini, hanya sebagian kecil saja yang memahami berbagai kerusakan besar pada masa keghaiban.
Mengapa tidak semua manusia mengetahui nilai kemanusiaan dirinya. Padahal dengan kekuatan mulia tersebut, manusia dapat menghadapkan dirinya kepada Tuhan dan khalifah-Nya, di dunia yang terlihat penuh sepintas lalu pesona ini? Jika semua orang tidak menempati kedudukan demikian yang hanya dimiliki oleh orang- orang tertentu saja, mengapa kita tidak termasuk dari mereka? Kafilah pergi saat kau tertidur, padahal Sahara menanti di hadapan kemana kau akan beranjak? Pada siapa bertanya arah? Apa yang akan kau lakukan? Seperti apa jadinya ?
Menuju Pemimpin Alam
Yakinlah, jika kita jujur dalam mengkaji Imam Zaman af, berkhidmat di jalannya serta berupaya keras mengharapkan kehadirannya, jalan menuju ke arahnya akan terbuka. Maka, janganlah berhenti berkhidmat dan membantu Imam Zaman af, yang selama masa ghaib berada dalam cengkraman musuh. Berupayalah melepaskan belenggu itu, demi kemunculannya. Percayalah! Jika seseorang memberikan pertolongan di jalan Imam af tanpa pamrih sedikit pun. Maka, ia akan dapat merasakan kehadiran beliau dan memperoleh pengalaman batin yang menakjubkan baik melalui bisikan, pesan atau pun berjumpa langsung dengannya. Karena seseorang yang tengah mencari kebenaran serta berupaya di jalannya, ia akan sampai pada tujuannya. Paling tidak, ia akan memperoleh sebagian darinya.
Dalam hal ini, Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda: Barang siapa yang berupaya mencari sesuatu, maka ia akan memperoleh seluruhnya atau sebagian darinya. [18]
Anda tentunya meyakini sepenuh hati, meskipun saat ini Imam Zaman af berada pada masa keghaiban dan kemunculannya pemerintahannya belum tiba. Walau pun dalam kondisi demikian, beliau tetap menjadi neraca pusaran semesta serta pemimpin alam, Kepemimpinan absolutnya meliputi seluruh alam. Sebagaimana kita membaca dalam ziarah, as-Salamu a'laika ya Qutb al- Alarum, Salam bagimu wahai neraca alam semesta.
Seluruh alam semesta, pada masa kegelapan keghaiban Imam af. maupun periode cemerlang kehadirannya, melangsungkan kehidupan di bawah naungan serta kepemimpinan beliau. Tidak hanya atom pembentuk bumi yang menjadi pengikut Imam Zaman af . Bahkan, seorang tokoh yang dipuja kaum kristiani seperti Nabi Isa as sekalipun, bermakmum kepada beliau.
Tidak hanya pada masa kemunculannya, saat ini pun al-Masih berada di bawah bendera kepemimpinan Imam Zaman af serta tengah menjalankan perintahnya. Sebagaimana kita membaca dalam ziarah, as-Salam a'laika ya imam al-Masih , Salam bagimu wahai pemimpin al-Masih.
Kepemimpinan ini, tidak hanya dikhususkan pada masa kemunculan Imam Zaman af. Tetapi saat ini pun, Nabi Isa as. dengan kedudukannya yang agung, menjadi pengikut Imam Zaman af. Seluruh pembesar agama dan para kekasih Tuhan yang sungguh-sungguh, karena posisinya yang mulia di sisi-Nya, memperoleh jalan untuk menuju ke arah kedudukan gemilang di alam semesta, pada masa ini. Imam Zaman af menggantikan kesendirian dan keterasingan beliau melalui keberadaan orang-orang pilihan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat: Dengan keberadaan tiga puluh orang (sahabat dekat) Imam Zaman af, tidak merasa sendirian [19]
Maksud penjelasan di atas, tidak berarti pada masa keghaiban, Imam Zaman af. tidak memberikan pertolongannya. Pada masa itu pun, senantiasa ada yang merintanginya. Maka hal tersebut tidak pula bermakna membiarkan seseorang yang tengah menuju ke arah kebenaran tanpa memberikan petunjuk. Tetapi, sebagaimana yang telah dijelaskan: "Siapa saja yang sepenuh hati berupaya mencapai cahaya Imam af dan senantiasa menanti kehadiran beliau, dengan mengarungi lautan pengetahuannya yang tanpa batas. Maka, beliau akan menambahkan kekuatan pada hati-hati mereka, melalui pesan maupun perjumpaan langsung dengannya".
Benar, orang yang demikian tidak mengalami ganjalan. Sebagaimana pesan al-Qur'an kepada kita: Maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah suci, Thuwa [20] .
Amat disayangkan, sebagian dari kita, tidak saja enggan melepaskan kenistaan dalam diri, bahkan melontarkannya untuk menyakiti sesama. Manusia seperti ini, dengan lidahnya yang tajam, melukai hati sesama saudara seiman dan melalui bisikannya menghalangi kemajuan orang lain. Nampaknya, mereka tidak menyadari bahwa memusuhi perjalanan Imam Zaman af. serta menentang teman sejatinya, berarti memusuhi Imam itu sendiri. Sebagaimana sabda Imam Ali bin Abi Thalib as: Temanmu terbagi dalam tiga kelompok, demikian pula musuhmu. Adapun temanmu itu adalah: Temanmu sendiri, teman dari temanmu serta musuh dari musuhmu. Sedang musuhmu adalah: Musuh kamu sendiri, musuh dari temanmu dan teman musuhmu. [21]
Maka, bukankah memusuhi para sahabat Imam Zaman af, berarti menentang Imam Zaman itu sendiri?
Menghadap Imam Zaman af.
Ketika kita menghadap Imam Zaman af, pada dasarnya tengah mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha mulia. Sebagaimana menghadap kepada para Imam lainnya, kita pun sedang mencurahkan segenap perhatian mendekatkan diri kepada Allah Swt. Maka, ziarah serta tawasul kepada Imam as merupakan sarana mendekatkan diri kepada Tuhan yang Mulia. Maka barang siapa yang berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, secara otomatis akan menghadap para Imam yang suci. Dalam ziarah Jamiah al- Kabirah , kita membaca: "wa man Qashadahu tawajaha bikum", siapa yang memiliki tujuan kepada Allah Swt, tentu akan datang melalui kalian.
Perhatian manusia kepada para Imam as, selain dapat membuahkan kesuksesan serta keberhasilan, juga mampu menghilangkan berbagai dosa yang menghalangi perjalanan manusia untuk sampai pada kedudukan tinggi. Karena, dengan jalan memusatkan perhatian kepada Imam Zaman af serta para Imam lainnya, pintu rahmat serta ampunan Tuhan akan terbuka untuk manusia. Sementara kegelapan jiwa akan sirna dari hati. Imam Bagir as, dalam penjelasan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as "aku adalah pintu (menuju) Tuhan" bersabda: Maksudnya adalah siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah melaluiku, maka baginya pengampunan . [22]
Maka, dengan mengerahkan segenap perhatian kepada babullah, manusia akan memperoleh ampunan dan hilangnya berbagai dosa serta penghalang jiwa. Empat belas manusia suci memiliki "kedudukan gemilang" pada setiap masa, sehingga seluruh manusia pada setiap zaman harus mengerahkan segenap perhatian kapada mereka semua as. Namun, berdasarkan urutan waktu, setiap manusia pada masa kehidupannya, harus memberikan perhatian lebih kepada Imam pada masanya. Perlu kiranya, merenungkan riwayat Abdullah bin Qudamah at- Turmudzi yang menyebutkan bahwa Abi al-Hasan as bersabda sebagai berikut: Barang siapa yang ragu terhadap empat perkara, sesungguhnya ia telah mengingkari seluruh yang Tuhan turunkan. Salah satu diantaranya adalah mengenal Imam as pada setiap masa. Yaitu mengenali pribadi Imam as, dengan berbagai sifat yang dimilikinya [23]
Maka, pada setiap masa harus mengenal Imam zamannya. Bagimana mungkin seseorang yang mengenal Imam Zamannya serta mengetahui keagungan beliau, tetapi tidak menaruh perhatian kepadanya? Lalai terhadap Imam Zaman af dan tidak mengenal sifat serta karakteristik beliau yang mulia, merupakan tindakan keliru. Meskipun manusia memberikan perhatian kepada para Imam yang lain. Maka, kewajiban kita pada masa kini adalah memusatkan perhatian penuh pada Imam Zaman af. Al-Marhum Mula Qasim Rasyti, seorang ulama terkemuka mengisahkan: Salah seorang aulia Tuhan, mengajarkan doa kepadaku. Beliau berpesan: Ajarkan pula do'a ini kepada yang lain. Apabila ada seorang mu'min yang terkena musibah, bacakanlah doa ini sehingga memberikan pengaruh positifnya. Kemudian, beliau membaca doa tersebut: Ya Muhammad, ya AH Ya Fatimah, ya Shahib az -Zaman adrikni wa la tuhlikni.
Aku sedikit merenung, saat doa dibacakan. Lalu beliau bertanya: "Apa menurutmu, bacaan ini salah?" Aku pun menjawab: "Nampaknya demikian. Karena, khitab tersebut ditujukkan kepada empat orang, semestinya kata kerja yang digunakan adalah jamak"
Beliau menjelaskan: "Engkau keliru, karena pada zaman ini, yang mengelola alam adalah Imam Zaman af. Kita menyebutkan kata Muhammad, Ali dan Fatimah sebagai pemberi syafaat di sisinya. Tetapi, pada dasarnya kita hanya sedang memohon pertolongan dari Imam Zaman af" [24]
Sebagaimana pada masa Nabi Muhammad Saw. dan Imam Ali as, para sahabat seperti Salman, Abu Dzar, Miqdad serta beberapa aulia Tuhan lainnya, mencurahkan segenap perhatian kepada manusia suci. Demikian pula, para kekasih Tuhan pada masa Imam Hasan as, Imam Husain dan seterusnya, memberikan perhatian mendalam kepada para Imam as dan mereka pun tidak pernah melalaikannya.
Pada zaman sekarang pun, mereka yang tengah menapaki perjalanan spiritual sejati, tidak pernah melalaikan Imam Zaman af. Sebagaimana kita membacanya dalam doa Nudbah:
"aina wajh allah aladzi ilaihi yatawajjahu al-Auliya," kemana wajah Ilahi, tempat para kekasih menghadap ?
Kini, para aulia Tuhan memusatkan perhatian kepada Imam di zamannya. Meskipun, mereka tidak dikenal di tengah-tengah masyarakat, tetapi mereka senantiasa berhubungan dengan Imam Zaman af serta menerima berbagai pesan dari beliau. Sebagaimana kita membacanya dalam ziarah Ali Yasin:
"as-Salam a'laika hina taqra wa tubayinu", salam atasmu, ketika membaca (al-Qur'an) serta menjelaskan (rahasia di dalamnya) .
Maka, pada setiap zaman, manusia seharusnya memberikan perhatian khusus kepada Imam Zamannya. Kini, marilah kita renungkan riwayat dari Imam Ridha as berikut: Imam Ridha as meriwayatkan dari para datuknya yang suci bahwa Rasul Saw. yang mulia, memberikan penjelasan berkenaan de ngan firman Tuhan, "(Ingatlah) suatu hari (ketika) Kami panggil seluruh manusia beserta pemimpinnya" [25]
Maksud dari ayat ini, setiap kelompok akan dipanggil beserta imam pada zamannya, kitab Tuhan serta sunnah Nabi Muhammad Saw.
Setiap manusia pada hari Kiamat akan dimintai pertanggungjawaban mengenai masalah pokok, "Apakah kita telah menunaikan kewajiban pada Imam Zaman af, sebagaimana mengamalkan al-Qur'an dan Sunnah?"
Pada hari pembalasan, manusia ditanya tentang persoalan penting Imamah, pengetahuan serta perhatian terhadap Imam zamannya.
Salah satu metode terpenting untuk memusatkan perhatian kepada Imam Zaman af adalah dengan menunaikan shalat, membaca berbagai doa serta ziarah yang telah diajarkan oleh Imam Mahdi as. sendiri maupun para Imam Maksum lainnnya. Salah satu saran yang dianjurkan, pernah dikemukakan oleh yang mulia Maulana Muhammad bin Utsman, wakil khusus kedua Imam Zaman af. Hal ini beliau sampaikan ketika menjawab pertanyaan Ahmad bin Ibrahim: Pusatkan segenap perhatian kepadanya melalui ziarah [26]
Dalam petikan kalimat di atas, terkandung pesan bahwa melalui ziarah serta berbagai doa lainnya yang berfungsi untuk menghubungkan dengan Imam af, seseorang dapat memusatkan perhatian kepada beliau. Sehingga, hati dan batin akan terpanggil menghadap Imam Zaman af. Masalah seputar penantian kepada sosok agung Imam Zaman af serta kesedihan berpisah darinya, tidak hanya menjadi perbincangan pada masa keghaiban. Di zaman hadirnya para Imam as sekalipun, ahlul bait yang suci mengisyaratkannya. Para Imam Maksum as. menjelaskan kemuliaan kedudukan serta sosok Imam Zaman af. dan amat menyayangkan perpisahannya dengan alam.
Ahlul bait as. tidak hanya sekedar menjelaskan kepada masyarakat untuk senantiasa mengingat pemimpin alam serta bersedih saat berpisah darinya. Namun, mereka sendiri mengungkapnya dengan linangan air mata dan ratapan kepedihan. Semua menanti kehadirannya dari keghaiban nan panjang. Amat disayangkan kiranya, para pengikut Syi'ah melalaikan dan hanya sedikit mencurahkan segenap perhatian pada masalah mendasar tersebut. Inilah persoalan yang memberikan pengaruh besar bagi seluruh dimensi kehidupan, baik dunia maupun akhirat.
Para tokoh mengabaikan tugasnya untuk menyampaikan masalah yang memiliki pengaruh luar biasa di alam semesta ini. Komunitas Syi'ah menjalaninya dengan kealpaan. Kini, ketika persoalan penting dan mendasar inilah kurang mendapat perhatian, dunia kehilangan anugerah hadirnya Imam Zaman af. Maka alam semesta tidak lagi menebarkan kesempurnaan nikmatnya dalam berbagai bidang, baik keilmuan maupun spiritual. Kekerasan dan makar terus-menerus menguasai dunia. Keberlangsungan pemerintahan keji ala rezim Habtari, telah menggiring milyaran manusia dari kaum muslim maupun non muslim, pada arena pertumpahan darah. Masyarakat kita saat ini telah tenggelam dalam kenikmatan dunia dan terpikat oleh beragam sarananya yang mempesona, akhirnya melupakan pencipta dari berbagai sarana tersebut. Benar, dunia memang perantara yang diperlukan untuk mencapai kebajikan. Namun kita tidak boleh melalaikan penyebab utama penciptaan, sebagai kausa prima dari segala sebab sementara tersebut. Masyarakat kita, melalaikan Tuhan yang menjadi penyebab utama penciptaan, demikian pula melupakan wali-Nya. Salah satu penyebab utama masyarakat melupakan Imam Zaman af, minimnya pengetahuan tentang sosok besar beliau, sebagaimana telah dijelaskan oleh para Imam as dalam berbagai riwayat. Nampaknya banyak orang-orang yang bertugas menyampaikan kebenaran ini kepada masyarakat, serta mengantarkan mereka kepada pemimpin alam, belum berhasil menunaikannya dengan baik. Kini, permintaan maaf yang diajukan saudara-saudara Yusuf kepada ayahnya, kita sampaikan pula kepada Imam Zaman af. Dengan jalan ini, kita menyampaikan permohonan maaf: Wahai ayah kami, maafkanlah dosa-dosa kami. Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang bersalah. [27]
Sebuah harapan, semoga dengan pemberian maaf dari Imam af, kita mendapatkan balasannya di kemudian hari. Kita akan senantiasa mengingat beliau. Dengan segenap kemampuan mengajak sesama, memusatkan perhatian kepada sosok sucinya.
Menanti Kemunculan atau sekedar Meyakininya
Penantian tidak anya bermakna persiapan menerima kedatangan seseorang. Tetapi juga berarti, selalu memikirkan kedatangannya dengan harapan yang dipenuhi rasa optimis. Barangkali, banyak orang yang mempersiapkan berbagai fasilitas untuk menerima tamu. Tetapi ia tidak mengundang siapa pun, tidak juga menanti kedatangannya. Orang yang demikian, tidak dapat dikatagorikan sebagai orang yang siap menerima tamu. Karena ia tidak memikirkan kedatangan tamu tersebut, tidak pula kecewa dengan ketidakhadirannya. Melalui penuturan di atas, jelaslah bahwa upaya penyucian diri, tanpa disertai perhatian terhadap masalah penantian, tidak akan berhasil. Karena ia melalaikan salah satu tugas besarnya, yaitu menanti kedatangan hari "penyucian dunia" serta bergerak ke arahnya. Dalam terminologi lain, tingkatan penyucian diri akan berhasil, ketika seseorang selalu berharap serta menanti kesucian seluruh dunia. Tidak hanya berpikir untuk menyucikan diri sendiri. Maka, seseorang yang berupaya keras memperbaiki kondisi dirinya, semestinya juga selalu menanti perbaikan dunia.
Catatan penting yang kiranya perlu mendapat perhatian adalah terdapat perbedaan besar antara menanti kedatangan dengan sekedar meyakininya. Seluruh pengikut Syi'ah serta sebagian besar bangsa- bangsa di dunia, meyakini kedatangan juru selamat yang akan memenuhi dunia dengan keadilan. Tetapi, tidak semua yang meyakini kebenaran ini, menanti kedatangannya. Seseorang yang senantiasa menanti kedatangan Imam Zaman af, selain meyakininya, juga memiliki harapan serta penantian untuk berjumpa dengannya. Maka, berdasarkan penantian serta harapan tersebut, ia senantiasa berbuat kebajikan. Seluruh riwayat yang menjelaskan masalah penantian, merupakan argumentasi perlunya bersikap mengharap serta merasakan kedatangan Imam Zaman af. Karena, jika manusia tidak menanti serta mengharap, sebaliknya putus asa akan tibanya hari kemunculan beliau, bagaimana mungkin ia dapat merealisasikan berbagai riwayat yang mengajarkan kepada manusia untuk selalu memiliki harapan.
Oleh karena itu, selain meyakini masalah kemunculan serta persiapan menjumpai hari tersebut, berdasarkan riwayat yang mengajarkan pada kita tentang penantian, setiap manusia berkewajiban selalu memikirkan kedatangan beliau serta berharap dapat berjumpa dengannya. Ia juga harus meyakini hari kemunculannya yang akan tiba, dan senantiasa berdoa agar dapat merasakan zaman kemunculan beliau.
Kemuliaan Imam Zaman af. Dari Lisan Ahlul Bait as.
Mengenal kemuliaan Imam Zaman af, merupakan sarana yang paling efektif untuk memasuki jalan "penantian".
Riwayat ahlul bait yang menyebutkan sosok serta kemuliaan Imam Zaman af. sedemikian penting dan berharga, hingga mengundang kekaguman dari banyak kalangan. Lalu bagaimana mungkin, dengan mutiara hikmah yang menggoncangkan hati- hati manusia tersebut, masyarakat kita belum juga memiliki keterikatan dengan Imam Zaman af . Mengapa semua kelalaian ini terjadi ? Dari manakah semua kekhilafan ini? Apakah para ulama serta tokoh agama telah menjalankan langkah-langkah yang sesuai di jalan ini? Apakah para pemimpin yang mengaku menggantungkan hidupnya untuk Imam Zaman af, telah memberikan pengkhidmatan kepadanya? Apakah para hartawan syi'ah telah berupaya keras membantu persoalan mendasar agama ini? Apakah masyarakat umum telah merubah takdir duka dengan jalan mengerahkan segenap perhatian kepada Imam Zaman af? Nampaknya seluruh lapisan masyarakat, sedikit banyak turut memberikan sumbangsih terjadinya berbagai kelalaian ini. Meskipun, ada sebagian orang, baik dari kalangan ulama maupun bukan, bak bunga nan mekar di dalam hati, dengan segenap kemampuannya menghidupkan perintah ini.
Kini, akan disampaikan penuturan dari keluarga Rasulullah Saw. Dengan bahasa apa, mereka mengungkapkan hadits-hadits tentang Imam Zaman af? Bagaimana mengajak masyarakat untuk memusatkan perhatian kepada Imam Zaman af? Serta bagaimana pula mereka menyampaikan pelajaran berharga tentang beliau kepada kita?
1. Nabi Muhammad Saw bersabda:
Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusannya, dia memiliki noma sepertiku dan paras wajahnya mirip denganku. Potongan hadist di atas, disampaikan Nabi Saw kepada Imam Ali bin Abi Thalib as, ketika menjelaskan sebuah masa yang menyedihkan, yang terjadi pada masa keghaiban Imam Zaman af.
Rasulullah Saw bersabda:
Sebuah fitnah yang teramat sulit akan terjadi sepeninggalku. Saat itu, orang-orang pilihan dan terpercaya akan dijatuhkan. Saat itu pula terjadi masa kekosongan syi'ahmu yang kelima dari putramu ketujuh. Para penghuni langit dan bumi berduka, karena kehilangannya. Apalagi para mukmin dan mukminah, sedemikian bersedih atas kepergiannya. Lalu, Nabi Saw. yang mulia perlahan menundukkan kepalanya. Tidak lama kemudian, beliau kembali mengangkatnya seraya bersabda: Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusannya. Dia memiliki nama sepertiku dan paras wajahnya mirip denganku, juga seperti Musa bin Imran. Ia mengenakan pakaian cahaya yang sinarnya memancar dari kesucian" [28]
2. Imam Ali bin Abi Thalib as. bersabda:
Demi Jiwaku yang menjadi tebusannya Allamah Majlisi, menisbatkan penuturan ini kepada Imam Ali bin Abi Thalib as.
Kemudian setelah itu (pasca tumbangnya pemerintahan zalim) salah seorang dari kalian akan bangkit menegakkan kebenaran. Dia akan menghadiahkan kebenaran itu pada kalian, sekaligus merealisasikannya . Ia memiliki nama serta paras wajah seperti Nabi Muhammad Saw. Jiwaku menjadi tebusannya. Maka, jangan pernah berhenti menolongnya, wahai putraku! Berlarilah untuk menjumpainya!" [29]
3. Imam Ali bin Abi Thalib as. bersabda:
jiwaku menjadi tebusan putra dari wanita terbaik. [30]
Imam Ali bin Abi Thalib, orang yang teraniaya pertama di dunia, setelah menjelaskan sifat-sifat lahiriah Imam Zaman af, menunjukkan kerinduan hatinya yang mendalam lewat ungkapan kalimat di atas.
Hadits ini, diriwayatkan oleh Jabir bin Ja'fi, merupakan pembesar serta salah seorang sahabat terkemuka Imam Baqir as dan Imam Shadiq as.
Imam Ali bin Abi Thalib as dalam riwayat ini, hanya menjelaskan sifat-sifat lahiriah Imam Zaman af. Dalam pembicaraan tersebut, beliau tidak mengupas seputar kualitas spiritual serta kekuatan Imam Zaman as.
Karena Imam Ali as, tengah berhadapan seseorang yang memiliki sumbangsih besar terhadap kerusakan dunia. Riwayat tersebut disampaikan Jabir Ja'fi yang mendengar dari Imam Baqir as, beliau bersabda: Umar bin Khatab pergi menghadap Imam Ali bin Abi Thalib as, lalu ia berkata kepadanya: "Sampaikan padaku kabar tentang nama al- Mahdi!"
Imam Ali as menjawab: Kekasihku, Rasulullah Saw, memintaku berjanji untuk tidak menyebutkan namanya, sampai tiba pada suatu masa saat Tuhan memilihnya. Umar kembali berkata: "Kabarkan pula padaku tentang sifat- sifatnya!"
Imam Ali as menjelaskan: Dialah seorang pemuda yang tegap, parasnya elok, rambut indahnya tergerai hingga ke bahu. Pancaran wajahnya terlihat bercahaya diantara rambutnya yang hitam. Ayahku menjadi tebusan putra dari wanita terbaik . [31]
4. Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:
Ayahku menjadi tebusan putra dari wanita terbaik.
Pernyataan ini kembali diungkapkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as. Kali ini, Harits bin Hamdani yang meriwayatkannya dari beliau. Imam as dalam riwayat ini menjelaskan bahwa akhir dari kezaliman yang dilakukan para penindas, akan dibalas dengan pedang yang berada pada di tangan Imam Zaman af. Imam Ali as menambahkan:
"Dialah seseorang yang akan menuangkan cawan racun yang pahit ke dalam mulut para durjana di dunia." Kini, lihatlah pernyataan menggembirakan beliau untuk orang - orang yang kehilangan hak-haknya: Semoga ayahku menjadi tebusan putra dari wanita terbaik, -maksudnya adalah Qaim, putra beliau-. Ia akan melimpahkan kehinaan kepada mereka (orang-orang zalim). lajuga akan menuangkan cawan yang pahit dan getir kepada para durjana serta mengalungkan pedang kematian dan fitnah kepada mereka. [32]
5. Imam Ali bin Abi Thalib as. bersabda: Ayahku menjadi tebusan putra wanita terbaik.
Imam Ali bin Abi Thalib as mengulangi kembali pernyataan tersebut dalam salah satu khutbah beliau:
Pandanglah keluarga Nabi kalian! Jika mereka tenang, kalian pun akan tenang. Jika mereka meminta bantuan, maka tolonglah! Tuhan pasti akan mengutus seorang lelaki dari ahlul baitku. Ayahku menjadi tebusan putra dari wanita terbaik. Tidak akan diberikan kepadanya, kecuali pedang. kekacauan! Kekacauan! Begitu dasyat. Beliau memanggul senjata selama delapan bulan (menumpas kekacauan) [33] "
Imam Ali bin Abi Thalib as, dalam khutbah ini memberikan kabar gembira tentang kedamaian serta ketertiban dunia dari keberadaan orang-orang culas. Imam Zaman af berperang melawan kelaliman dalam peperangan dunia selama delapan bulan. Barulah kedamaian akan terwujud di seluruh penjuru dunia.
6. Imam Ali bin Abi Thali as bersabda:
Oh, betapa aku rindu untuk melihatnya ! Ucapan Imam Ali as ini setelah mengutarakan berbagai fitnah dan malapetaka yang menimpa serta mengingat karakter Imam Zaman as, beliau bersabda: Oh,-sambil mengisyaratkan pada dada mulia beliau - betapa aku rindu untuk melihatnya! [34]
Dengan segenap ilmunya yang luas membentang, beliau mengetahui berbagai fitnah yang terjadi sejak peristiwa Saqifah hingga kejadian lainnya yang silih berganti menebarkan api dan asap hitam ke segenap penjuru dunia, mengisi catatan hitam sejarah hingga masa yang sangat jauh ke depan. Kehidupan seluruh penghuni alam semesta dilanda kehancuran. Kezaliman dan kebiadaban ini terus menerus terjadi, hingga datangnya keluarga Nabi yang mulia Imam Mahdi as bersama dengan tiga ratus tiga belas orang pengikut setianya - yang perintah wilayah telah terbenam menghunjam dalam diri mereka - bangkit beserta beberapa kaum mukminin yang berada di sekitar Baitullah. Mereka membalas penindasan yng dilakukan para penguasa zalim terhadap kaum tertindas. Jika dalam masa kegelapan Saqifah, para pengikut setia berada disamping Ali bin Abi Thalib as, musuh tidak akan mampu membakar rumah wahyu dengan api kedengkian dan wajah rembulan pun takan tertutup awan tebal.
Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as dalam salah satu khutbahnya bersabda: Setelah wafatnya Rasulullah Saw, para pengikutnya sudah tidak loyal, melihat sekitar tiada yang membantu kecuali ahlul baitku sendiri. Jika mereka meninggal dunia, aku tidak meridhainya, tiada kuasa menahan luapan air mata ini berlinang, tulang rusukku telah patah, getirnya peristiwa telah aku telan, kemarahanku telah meluap, pahitnya telah aku telan dengan kesabaran . [35]
Benar, orang yang paling tertindas hidupnya di dunia setelah semua kezaliman menimpa dirinya, ketika ia pun juga mengetahui berbagai fitnah pada masa mendatang dan menyebutkan nama orang yang akan menumpas tuntas segala kezaliman dan penindasan, seraya bersabda, "betapa aku rindu untuk melihatnya".
7. Imam Muhammad Baqir as bersabda;
Jika aku berada pada masa itu, akan kujaga jiwaku untuk pemilik urusan ini Pernyataan ini berangkat dari pandangan seseorang yang berupaya mengembangkan berbagai bidang keilmuan serta pengetahuan ke seluruh penjuru dunia. Beliau juga memahami berbagai rahasia penciptaan alam. Seseorang yang menghadapi manusia masa depan maupun terdahulu, seakan-akan mereka tengah hadir di hadapannya. Ketika tengah menyampaikan peristiwa masa depan serta menjelaskan berbagai gerakan yang terjadi sebelum kedatangan Imam Zaman af, beliau bersabda: Ketahuilah! Jika aku berada pada masa itu, akan kujagajiwaku untuk pemilik urusan ini. [36]
Al-Marhum Ayatullah Syekh Muhammad Javad Kashani dalam bukunya menjelaskan bahwa maksud kalimat Imam af "masa itu" adalah masa ketika sebuah kelompok dari Syaila bergerak untuk menegakkan kebenaran.
8. Imam Muhammad Baqir as bersabda:
Ayah dan ibuku menjadi tebusannya. Dia mirip denganku serta memiliki gelar sepertiku. Semoga ayahku menjadi tebusan seseorang yang akan memenuhi dunia dengan keadilan. Sebagaimana sebelumnya dipenuhi kezaliman.
Riwayat ini, disampaikan oleh Abu Hamzah Tsumali yang merupakan salah seorang sahabat terkemuka Imam Baqir as. Ia menuturkan: Suatu hari, aku menghadap Imam Baqir as. Ketika orang-orang telah undur diri dari hadapannya, beliau bersabda: "Wahai Abu Hamzah! Diantara yang telah Tuhan tetapkan secara jelas adalah gerakan al-Qaim. Barang siapa yang meragukannya, Tuhan akan menemuinya, yang berada dalam keadaan kafir. Ayah dan ibuku menjadi tebusan seseorang yang namanya mirip denganku dan gelarnya sepertiku. Dia adalah putra ketujuh dari keturunanku. Ayahku menjadi tebusan seseorang yang akan memenuhi seluruh dunia dengan keadilan, sebagaimana sebelumnya telah dipenuhi dengan kezaliman. Wahai Abu Hamzah, setiap orang yang mematuhi perintahnya, soma halnya mematuhi Nabi Muhammad SAW dan Ali as, syurga wajib baginya. Sebaliknya, siapa saja yang menentang perintahnya, Tuh an mengharamkan syurga baginya. Tempatnya adalah neraka jahanam. Betapa buruk kedudukan bagi orang-orang yang berbuat zalim ". [37]
9. Imam Ja'f ar Shadiq as bersabda: Jika aku berada pada masanya, akan kubaktikan hidupku untuknya sepanjang masa. Pernyataan Imam Shadiq as ini, disampaikan pada saat beliau mendapatkan pertanyaan seputar Imam zaman af:
"Apakah al-Qaim sudah terlahir?". Imam menjawab/'Belum, jika aku berjumpa dengannya, akan kubaktikan seluruh hidupku untuknya" [38]
10. Imam Ja'f ar Shadiq as bersabda:
Aku berdoa untuk cahaya keluarga Muhammad Saw. Ibad bin Muhammad Madayani menuturkan bahwa Imam Shadiq as, selepas menunaikan shalat magrib, menengadahkan kedua tangannya, seraya berdoa:
Aku berdoa untuk cahaya keluarga Muhammad saw, keghaibannya serta siapa saja yang membalas kejahatan musuh Imam af? [39]
Seluruh para Imam as, merupakan keluarga cahaya. Tetapi, berdasarkan penjelasan Imam Shadiq as dalam riwayat di atas, maksudnya adalah Imam Zaman af yang merupakan cahaya dari segala cahaya.
11. Imam Musa Kazhim as bersabda:
Ayahku menjadi tebusan orang yang di jalan Tuhan tidak terpengaruh oleh cacian para pencaci. Semoga ayahku menjadi tebusan orang yang berjuang di jalan Tuhan.
Yahya bin Fadhal Nufali berkata:
Imam Musa bin Ja'far as, selepas menunaikan shalat Ashar, mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa. Aku bertanya pada beliau: "Untuk siapa Anda berdoa?
"Beliau menjawab: Untuk al-Mahdi, keluarga Muhammad Saw.
Kemudian beliau menambahkan:
Ayahku menjadi tebusan seseorang yang perutnya kuat, badannya tegap memiliki alis bersambung, karena seringnya bangun di tengah malam, wajahnya terlihat pucat. Ayahku menjadi tebusan seseorang yang menanti tenggelamnya gemintang pada malam dalam sujud dan ruku. Ayahku menjadi tebusan seseorang yang di jalan -Nya, tak terpengaruh oleh cacian para pencaci. Dialah lentera hidayah dalam kegelapan nan pekat. [40]
12. Imam Ridha as bersabda:
Ayah dan ibuku menjadi tebusannya!
Dia seperti kakekku, Rasulullah Saw, mirip denganku serta Musa bin Imran as Pernyataan ini disampaikan Imam Ridha as, setelah menyebutkan berbagai fitnah teramat sulit yang terjadi pada masa Imam Zaman af. Fitnah-fitnah tersebut sedemikian sulit hingga orang-orang besar serta cerdik pandai pun banyak yang termakan hasutannya.
Meskipun, mereka mengklaim sebagai orang yang beragama, tetapi karena kesesatannya menyebabkan keghaiban Imam af terus berlangsung. Keghaiban yang menumpahkan air mata penduduk langit dan bumi serta setiap manusia yang bebas. Berikut, pernyataan Imam Ridha as. secara lengkap:
Fitnah yang teramat sulit pun terjadi, hingga hari itu, manusia terpercaya dan terpilih akan turun. Inilah masa, saat syi'ahku menyembunyikan keturunanku yang ketiga. Penduduk langit dan bumi menumpahkan air mata, pria dan wanita merasa kehilangan dan setiap orang berduka untuknya. [41]
Kemudian, beliau melanjutkan: Ayah dan ibuku menjadi tebusannya. Dia memiliki noma seperti kakekku, Rasulullah Saw, juga memiliki kemiripan denganku dan Musa bin Imran as. la mengenakan pakaian bercahaya yang memancar dari sinar kesucian. [42]
Dikisahkan dari Imam Ridha as, saat beliau tengah berada di majlisnya, Khurasan. Ketika menyebutkan kata "Qaim", beliau berdiri dan meletakkan kedua tangannya di atas kepala seraya berdoa: "alhuma a'jjil farajahu wasahil makhrajah" , semoga Allah SWT menyegerakan kemunculannya serta memudahkan kehadirannya.
Pada saat itu pula, beliau menyampaikan berbagai karakteristik pemerintahan Imam Zaman af. Al-Marhum Muhadits Nuri, dalam bukunya Najm Tsaqib menjelaskan:
Pada saat mendengar noma Imam Zaman af, teru tama gelar khusus beliau, masyarakat Berdiri serta memberi penghormatan. Hal ini merupakan metode seluruh pengikut Syi'ah di berbagai tempat. Baik Arab, maupun non - Arab, seperti India Turki dan berbagaitempat lainnya. Bahkan, Ahli Sunnah sekali pun menjalankan cara yang baik ini. [43]
Al-Marhum Allamah Amini, dalam bukunya " al-Ghadir" menuliskan: Dikisahkan, pada saat dibacakan qasidah untuk Imam Ridha as, beliau teringat kepada Imam Zaman. Lalu Imam Ridha as meletakkan kedua tangannya di atas kepala, memberikan penghormatan seraya berdoa untuk kemunculannya. [44]
Pengantar ini, akan ditutup dengan penjelasan sebuah riwayat yang terdapat dalam buku Tanziah Khathir. Ketika Imam Shadiq as ditanya tentang alasan seseorang berdiri pada saat disebutkan kata "Qaim" yang merupakan gelar Imam Zaman af .,
Imam Shadiq as menjawab:
(Karena) bagi beliau, ini merupakan keghaiban yang panjang. Mengingat begitu sayangnya, beliau menyarankan kepada para sahabatnya, siapa saja yang memanggil dengan gelar tersebut, al- Qaim, menunjukkan kesedihan pada keterasingan dan pemerintahannya. Sebagai sebuah penghormatan mendalam seorang hamba pada tuannya, ketika pandangan mata tuannya yang mulia tertuju padanya, ia hams berdiri. Maka, setiap orang yang menyebutkan noma beliau, seharusnya berdiri serta bermohon kepada Tuhan agar menyegerakan kedatangannya. [45]
Semoga Allah Swt menjadikan kita pengikut syiah ahlul bait sejati, yang tercermin dalam seluruh kehidupan baik dari pemikiran, perkataan maupun perbuatan.
Referensi:
[1] Habtar, terma yang digunakan untuk menyebut pihak yang merampas kekhilafahan dari para maksum as. lihat. Bihar al-Anwar jilid 35 hal.336.
[2] Bihar al-Anwar jilid 95 hal. 306.
[3] QS. 89 : 4.
[4] Bihar al-Anwar jilid 24 hal. 78.
[5] Bihar al- Anwar jilid 94 hal. 155.
[6] QS. Yusuf, 12: 78
[7] Jamal al-Usbu' hal.307.
[8] Falah as-Sail hal. 44.
[9] Mekyal al-Makarim, jilid 1 hal 438.
[10] Bustan wilayah jilid 2 hal.18.
[11] Perintah membaca ayat ini dari Rasulullah Saw. Hal ini disampaikan kembali oleh al-Marhum Ayatullah haji syeikh Ali Akbar Nahawandi dalam bukunya, Golzar Akbari.
[12] Almarhum Ayatullah haji sayyid Ali Ridhawi , salah seorang ulama besar Mashad dan Ayatullah Walid Muazham memiliki kedekatan khusus dengan Haji Syekh Hasanali Isfahani.
[13] Mikyal al-Makarim jilid 2 hal 169.
[14] Rujuk buku penulis dalam bahasa Farsi, Pemerintahan Imam Zaman af. 15 Syarah Ghurar al-Hikam jilid 1 hal. 185.
[16] Syarah Ghurar al-Hikam jilid 3 hal. 229
[17] Qs. Yusuf, 12:92
[18] Syarah Ghurar al-Hikam jilid 5 hal. 305
[19] Bihar al- Anwar jilid 52 hal. 153
[20] QS. Thaha, 20: 12.
[21] Nahj al-Balaghah, Hikmah 295.
[22] Bihar al- Anwar jilid 39 hal. 349.
[23] Ibid jilid 72 hal. 135.
[24] al-Marhum 'Iraqi Darul Islam hal. 314, peristiwa lengkapnya dapat dilihat pada Shahifah Mahdiah
[25] Qs. Isra, 17: 71
[26] Bihar al-Anwar Jilid 53 hal.174. Maksudnya adalah ziarah Nudbah yang akan disampaikan pada bab Ziarah
[27] QS. Yusuf, 12:97
[28] Kifayah Atsar hal. 158, Bihar al- Anwar jilid 36 hal. 337 dan jilid 51 hal. 109.
[29] Bihar al- Anwar jilid 51 hal. 131
[30] Dia adalah Sayyidah Nargis Khatun sa, putri dari Raja besar Romawi. Karena keinginannya untuk memiliki hubungan dengan keluarga wahyu, ia pergi ke tengah -tengah mereka dengan menyamar sebagai pelayan. Menjadi sebuah kebanggaan sepanjang masa, akhirnya ia menjadi ibu Imam Zaman af .
[31] Bihar al- Anwar jilid 51 hal. 36
[32] Bihar al- Anwar jilid 51 hal. 115.
[33] Ibid jilid 51 hal. 121
[34] Bihar al-Anwar jilid 51 hal 115.
[35] Nahj al-Balaghah Faidh, al-Islam khutbah 26 hal. 92
[36] Al-Marhum Nu'mani, Al-Ghaibah, hal.273.
[37] Bihar al-Anwar 51: 139, 24 :241, 36 :394.
[38] Al-Marhum Nu'mani, Al-Ghaibah, hal.273. Bihar al-Amvar jilid 51 hal. 148. Aqd ad-darar, menuturkan bahwa riwayat ini -juga riwayat lainnya- yang berasal dari Imam Shadiq as, dinisbatkan kepada Imam Husein as. Terjadinya kekeliruan ini, karena kedua Imam as, memiliki nama panggilan yang sama.
[39] Falah as-Saail hal. 170.
[40] Bihar al-Anwar jilid 86 hal 81.
[41] Al-Marhum Nu'mani, Al-Ghaibah, hal.180. kamal ad-Din, hal 370. Bihar al-Anwar jilid 51 hal. 152, al-Izam an-Nashib jilid 1 hal.221.
[42] Riwayat serupa dari Rasulullah Saw telah kami nukil.
[43] Ilzam an-Nashab jilid 1 hal. 271.
[44] Al-Ghadir jilid 2 hal 361 , hampir senada dengan riwayat ini, diungkapkan oleh Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar jilid 51 hal.154.
[45] Ilzam an-Nashab jilid 1 hal. 271.
(Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar