Oleh: Ust Muhammad Taufiq Ali Yahya
Biografi Singkat
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. Perjuangannya,
40 Mutiara Hikmahnya, dan Ziarah kepadanya.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabi'ul Awal 83 H.
Ayahnya adalah Imam Muhammad Baqir a.s. dan ibunya adalah Ummu Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar.
Namanya adalah Ja'far, julukannya adalah Ash-Shadiq dan panggilannya adalah Abu Abdillah.
Ia syahid di Madinah diracun oleh Manshur Ad-Dawaniqi
pada tanggal 25 Syawal 148 H. dalam usianya yang ke-65 tahun.
Ia dikuburkan di pekuburan Baqi' (Madinah)
Perjuangannya
Program-program Imam Shadiq a.s. (dalam Menyebarkan Islam)
Imam Shadiq a.s. telah memusatkan seluruh tenaga dan pikirannya dalam bidang keilmuan, dan hasilnya, ia berhasil membentuk sebuah "hauzah" pemikiran yang telah berhasil mendidik fuqaha` dan para pemikir kaliber dunia. Dengan demikian, ia telah meninggalkan warisan ilmu yang sangat berharga bagi umat manusia.
Di antara murid-muridnya yang ternama adalah
Hisyam bin Hakam,
Mukmin Ath-Thaaq,
Muhammad bin Muslim,
Zurarah bin A'yan dan lain sebagainya.
Gebrakan ilmiah Imam Shadiq a.s. telah berhasil menguasai seluruh penjuru negeri Islam sehingga keluasan ilmunya dikenal di seluruh penjuru negara dan menjadi buah bibir masyarakat.
Abu Bahar Al-Jaahizh berkata: "Imam Shadiq telah berhasil menyingkap sumber-sumber ilmu di muka bumi ini dan membuka pintu ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dengan ini, ilmu pengetahuannya menguasai seluruh dunia".
Tujuan utama kegiatan ilmiah dan budaya Imam Shadiq a.s. adalah menyelamatkan umat manusia dari jurang kebodohan, menguatkan keyakinan mereka terhadap Islam, mempersiapkan mereka untuk melawan arus kafir dan syubhah yang menyesatkan dan menangani segala problema yang muncul dari ulah penguasa waktu itu.
Usaha Imam Shadiq a.s. tersebut --dari satu sisi-- adalah untuk melawan arus rusak akibat situasi politik yang terjadi pada masa dinasti Bani Umaiyah dan Bani Abasiyah.
Penyelewengan akidah yang terjadi pada masa itu banyak difaktori oleh penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia dan India, dan bermunculannya aliran-aliran berbahaya seperti Ghulat, kaum zindiq, pemalsu hadis, ahlur raiy dan tasawuf. Aliran-aliran inilah yang telah menyiapkan lapangan bagi tumbuhnya banyak penyelewengan saat itu.
Imam Shadiq a.s. melawan mereka, dan dalam bidang keilmuan, ia mengadakan dialog terbuka dengan mereka sehingga alur pemikiran mereka diketahui oleh khalayak ramai.
Dan dari sisi lain, ia juga --dengan usahanya tang tak kenal lelah-- telah berhasil menyebarkan akidah yang benar dan hukum-hukum syariat, memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan mempersiapkan para ilmuwan guna mendidik masyarakat.
Imam Shadiq a.s. menjadikan masjid Rasulullah SAW. di Madinah sebagai pusat kegiatan. Masyarakat datang berbondong-bondong dari berbagai penjuru untuk menanyakan berbagai masalah dan mereka tidak pulang dengan tangan kosong.
Di antara "figur-figur" yang pernah menimba ilmu dari Imam Shadiq a.s. adalah
Malik bin Anas,
Abu Hanifah,
Muhammad bin Hasan Asa-Syaibani,
Sufyan Ats-Tsauri,
Ibnu 'Uyainah,
Yahya bin Sa'id,
Ayub As-Sijistani,
Syu'bah bin Hajjaj,
Abdul Malik bin Juraij dan lain-lain.
Imam Shadiq a.s. memerintahkan kepada para pengikutnya untuk tidak berlindung kepada penguasa zalim dan melarang mereka untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk apa pun dengannya.
Ia juga mewasiatkan kepada mereka untuk melakukan taqiyah supaya para musuh tidak menyoroti gerak-gerik mereka.
Imam Shadiq a.s. menganjurkan kepada semua masyarakat untuk mendukung perlawanan yang dipelopori oleh Zaid bin Ali melawan dinasti Bani Umaiyah.
Ketika berita kematian Zaid bin Ali sampai ke telinganya, ia sangat terpukul dan sedih. Ia memberikan santunan kepada setiap keluarga yang suaminya ikut berperang bersama Zaid bin Ali sebesar 1000 Dinar.
Begitu juga, ketika pemberontakan Banil Hasan a.s. mengalami kekalahan total, ia sangat sedih dan menyayangkan ketidakikutsertaan masyarakat dalam pemberontakan tersebut. Meskipun demikian, ia enggan untuk merebut kekuasaan. Hal ini ditangguhkannya sehingga umat betul-betul siap untuk mengadakan sebuah perombakan besar-besaran, ia dapat menyetir alur pemikiran yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan dapat memperbaiki realita politik dan sosial yang sudah betul-betul bobrok.
Keberhasilan Imam Shadiq a.s. dalam Membentuk Sebuah Tatanan Masyarakat Baru di Balik Berkecamuknya Situasi Politik
Masa Imam Shadiq a.s. adalah masa melemahnya pemerintahan Bani Umaiyah dan menguatnya kekuatan Bani Abasiyah. Dua kelompok ini saling tarik-menarik kekuatan dan berperang demi merebut dan mempertahankan kekuasaan.
Sejak Hisyam bin Abdul Malik berkuasa, perang politik Bani Abasiyah sudah dimulai.
Pada tahun 129 H. mereka mulai mengadakan pemberontakan bersenjata, dan akhirnya, pada tahun 132 H. mereka mencapai kemenangan. Pada masa-masa itu Bani Umaiyah sedang menghadapi berbagai problema politik sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengadakan penekanan serius terhadap Syi'ah.
Bani Abasiyah pun karena mereka ingin merebut kekuasaan atas nama membela keluarga Rasulullah SAW. dan membalas dendam atas darah mereka yang sudah terteteskan, mereka tidak berani menga-dakan penekanan terhadap para pengikut Ahlul Bayt a.s.
Atas dasar ini, periode tersebut adalah sebuah periode tenang bagi Imam Shadiq a.s. dan para pengikutnya meskipun sangat relatif. Ia menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dengan memulai sebuah gebrakan kebudayaan yang tidak tanggung-tanggung. Karena ia yang berhasil menyebarkan fiqih dan ilmu Ahlul Bayt a.s. dengan pesat serta mempermantap hukum dan teologi Syi'ah, akhirnya mazhab Syi'ah dikenal dengan nama mazhab Ja'fari.
Imam Shadiq a.s. menghadapi segala aliran pemikiran dan akidah yang berkembang pada waktu itu. Dengan segala upaya ia telah menjelaskan Islam dan tasyayyu' di hadapan mereka dan berhasil membuktikan keunggulan pemikiran Syi'ah dibandingkan dengan aliran-aliran pemikiran tersebut.
Imam Shadiq a.s. mendidik murid-muridnya sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Hasilnya, setiap orang dari mereka memiliki spesialisasi dalam ilmu-ilmu tertentu, seperti hadis, tafsir, fiqih dan kalam.
Hisyam bin Salim bercerita bahwa pada suatu hari kami duduk di hadapan Imam Shadiq a.s. Tidak lama kemudian seseorang yang berkewarganegaraan Syam minta izin untuk masuk.
Setelah ia masuk, Imam berkata kepadanya: "Duduklah! Apa yang kau inginkan?".
Ia menjawab: "Saya mendengar bahwa engkau menjawab semua pertanyaan orang. Aku datang untuk berdebat denganmu".
"Dalam bidang apa?",
tanya Imam kembali.
"Dalam bidang bacaan Al Quran", jawabnya pendek.
Imam Shadiq a.s. menoleh kepada Hamran seraya berkata: "Hamran, orang ini adalah milikmu!"
Orang Syam itu kembali berkata: "Aku ingin berdebat denganmu, bukan dengan Hamran".
"Jika engkau dapat mengalahkan Hamran, berarti engkau telah mengalahkanku", ia menimpali.
Dengan terpaksa ia menerima untuk berdebat dengan Hamran. Setiap pertanyaan yang dilontarkan dijawab dengan tegas dan berdalil oleh Hamran hingga akhirnya ia merasa kalah dan kecapaian.
"Bagaimana engkau melihat Hamran?", tanya Imam a.s.
"Sungguh Hamran sangat cerdik. Setiap pertanyaan yang kulontarkan, dijawabnya dengan tepat", jawabnya.
Setelah itu ia berkata kembali: "Saya ingin berdebat denganmu berkenaan dengan bahasa dan sastra Arab".
Imam a.s. menoleh kepada Aban bin Taghlib seraya berkata: "Berdebatlah dengannya!"
Aban pun tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengelak dan berdalih serta akhirnya ia menyerah.
"Aku ingin berdebat mengenai fiqih denganmu", lanjutnya.
Imam a.s. menoleh kepada Zurarah seraya berkata: "Berdebatlah dengannya!" Ia pun mengalami nasib yang sama.
"Aku ingin berdebat denganmu berkenaan dengan ilmu kalam", katanya lagi.
Imam a.s. menunjuk Mukmin Ath-Thaaq untuk melayaninya. Dan tidak lama kemudian ia pun mengalami nasib yang sama.
Begitulah seterusnya ketika ia meminta untuk berdebat berkenaan dengan masalah kemampuan (seseorang) untuk melakukan kebaikan dan keburukan, tauhid dan imamah, Imam a.s. menunjuk Hamzah Ath-Thayyar, Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Hakam untuk melayaninya. Dan mereka dapat melaksanakan tugas mereka masing-masing dengan baik.
Melihat peristiwa yang sangat menyenangkan itu Imam Shadiq a.s. tersenyum bahagia.
Mutiara Hikmah Imam Ja’far Ash-Shodiq a.s.
1. Mengecek diri setiap hari : "Seyogianya setiap muslim yang mengenal kami (Ahlul Bayt) untuk mengecek setiap amalannya setiap hari dan malam. Dengan demikian ia telah mengontrol dirinya. Jika ia merasa berbuat kebaikan, maka berusahalah untuk menambahnya, dan jika ia merasa mengerjakan keburukan, maka beristigfarlah supaya ia tidak hina di hari kiamat".
2. Istiqamah : "Jika Syi'ah kami mau beristiqamah, niscaya malaikat akan bersalaman dengan mereka, awan akan menjadi pelindung mereka (dari terik panas matahari), bercahaya di siang hari, rezekinya akan dijamin dan mereka tidak akan meminta apa pun kepada Allah kecuali Ia akan mengabulkannya".
3. Akibat menipu dan dengki : "Barang siapa yang menipu, menghina dan memusuhi saudaranya (seiman), maka Allah akan menjadikan neraka sebagai tempat kembalinya. Dan barang siapa merasa dengki terhadap saudaranya, maka imannya akan meleleh sebagaimana garam meleleh (di dalam air)".
4.Wara', usaha dan menolong mukminin : "Janganlah kalian terbawa arus mazhab dan aliran! Demi Allah, berwilayah kepada kami tidak akan dapat digapai kecuali dengan wara`, usaha yang keras di dunia, dan menolong saudara-saudara seiman. Dan tidak termasuk Syi'ah kami orang yang menzalimi orang lain".
5. Hasil percaya kepada Allah : "Barang siapa yang percaya kepada Allah, maka Ia akan menjamin segala yang diinginkannya, baik yang berkenaan dengan urusan dunia maupun akhiratnya, dan akan menjaga baginya apa yang sekarang tidak ada di tangannya. Sungguh lemah orang yang enggan membekali diri dengan kesabaran untuk menghadapi sebuah bala`, tidak mensyukuri nikmat dan tidak mengharapkan kelapangan di balik sebuah kesulitan".
6. Praktek akhlak : "Bersilaturahmilah kepada orang yang memutus tali hubungan denganmu, berikanlah orang yang enggan memberimu, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat jahat kepadamu, ucapkanlah salam kepada orang yang mencelamu, berbuat adillah kepada orang yang memusuhimu, maafkanlah orang yang menzalimimu sebagaimana engkau juga ingin diperbuat demikian. Ambillah pelajaran dari pengampunan Allah yang telah mengampunimu. Apakah engkau tidak melihat matahari-Nya menyinari orang yang baik dan orang yang jahat dan air hujan-Nya turun kepada orang-orang yang saleh dan bersalah?".
7. Pelan-pelan! : "Pelankanlah suaramu, karena Allah yang mengetahui segala yang kau simpan dan tampakkan. Ia telah mengetahui segala yang engkau inginkan sebelum kalian meminta kepada-Nya".
8. Surga dan neraka adalah kebaikan dan keburukan sejati : "Segala kebaikan ada di depan matamu dan segala keburukan juga ada di depan matamu. Engkau tidak akan melihat kebaikan dan keburukan (sejati) kecuali di akhirat. Karena Allah azza wa jalla telah menempatkan semua kebaikan di surga dan semua keburukan di neraka. Hal itu dikarenakan surga dan nerakalah yang akan kekal".
9. Wajah Islam : Islam itu telanjang. Bajunya adalah rasa malu, hiasannya adalah kewibawaan, harga dirinya adalah amal saleh dan tonggaknya adalah wara`. Segala sesuatu memiliki asas, dan asas Islam adalah kecintaan kepada kami Ahlul Bayt".
10. Beramal untuk akhirat : "Beramallah sekarang di dunia demi kebahagiaan yang kau harapkan di akhirat".
11. Pahala membantu para pengikut Ahlul Bayt a.s. : "Tidak ada seorang pun yang membantu salah seorang pengikut kami walaupun dengan satu kalimat kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab".
12. Jauhilah riya`, berdebat dan permusuhan : "Jauhilah riya`, karena sifat riya` akan memusnahkan amalanmu, jauhilah berdebat, karena berdebat itu akan menjeru-muskanmu ke dalam jurang kehancuran dan jauhilah permusuhan, karena permusuhan itu akan menjauhkanmu dari Allah".
13. Kebersihan jiwa adalah tolak ukur penentu seorang mukmin : "Jika Allah menghendaki kebaikan atas seorang hamba, maka Ia akan membersihkan jiwanya. Dengan itu, ia tidak akan mendengar kebaikan kecuali ia akan mengenalnya dan tidak melihat kemungkaran kecuali ia akan mengingkarinya. Kemudian Ia akan mengilhamkan di hatinya sebuah kalimat yang akan mempermudah segala urusannya".
14. Meminta afiat kepada Allah : "Mintalah afiat kepada Tuhan kalian. Bersikaplah wibawa, tenang dan milikilah rasa malu".
15. Jiwa doa adalah amal : "Perbanyaklah doa, karena Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Ia telah menjanjikan kepada mereka untuk mengabulkan (doa-doa mereka). Pada hari kiamat Ia akan menghitung doa-doa mereka sebagai sebuah amalan yang pahalanya adalah surga".
16. Cinta orang-orang miskin : "Cintailah orang-orang miskin yang muslim, karena orang yang menghina dan bertindak sombong terhadap mereka, ia telah menyimpang dari agama Allah dan Ia akan menghinakannya dan murka atasnya. Kakek kami SAW. pernah bersabda: "Tuhanku telah memerintahkanku untuk mencintai orang-orang miskin yang muslim".
17. Akar kekufuran : "Jangan menghasut orang lain, karena akar kekufuran adalah hasud dan iri dengki".
18. Amalan penumbuh benih kecintaan : "Tiga amalan dapat menumbuhkan benih kecintaan: memberi hutang, rendah diri dan berinfak".
19. Amalan penumbuh benih permusuhan : "Tiga amalan penimbul benih permusuhan: kemunafikan, kezaliman dan kesombongan".
20. Tiga tanda untuk tiga orang : "Tiga hal tidak dapat diketahui kecuali dalam tiga kondisi: penyabar tidak akan dikenal kecuali dalam kondisi marah, pemberani tidak akan diketahui kecuali ketika perang dan saudara tidak akan diketahui kecuali ketika (kita) membutuhkan".
21. Waspadalah terhadap tiga orang : "Waspadalah terhadap tiga orang; pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu, dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu, juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu".
22. Tiga manusia sebagai sumber kebaikan : "Tiga manusia sebagai sumber kebaikan; manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berdzikir kepada Allah".
23. Puncak Keteguhan : "Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu". Salah seorang bertanya kepada Imam, ”Apakah tanda-tanda tawadhu itu?" Beliau menjawab: hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran".
24. Hakekat seorang lelaki : ”Hakekat seorang lelaki ada pada akal budinya, kehormatannya ada pada agamanya, kemuliannya ada pada ketakwaannya, dan semua manusia sama-sama sebagai bani Adam".
25. Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya : "Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan terangkat sampai ke langit".
26. Kepercayaan Rasul : "Ulama adalah kepercayaan para rasul. Dan bila kau temukan mereka telah percaya pada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka".
27. Tiga perkara yang mengeruhkan kehidupan : "Tiga perkara yang mengeruhkan kehidupan; penguasa zalim, tetangga yang buruk, dan perempuan pencarut. Dan tiga perkara yang tidak akan damai dunia ini tanpanya, yaitu keamanan, keadilan dan kemakmuran".
28. Menghianati saudaranya : “Barangsiapa yang melihat saudaranya berbuat kejelekan lalu dia tidak mencegahnya padahal dia mampu melakukannya maka bererti dia telah menghianati saudaranya”.
29. Pengikut kami : “Pengikut kami adalah mereka bila dalam kesunyiannya banyak berzikir kepada Allah”.
30. Tidak memperoleh syafaat : “Sesungguhnya syafaat kami tidak akan diperoleh oleh orang yang meremehkan shalatnya”.
31. Meninggalkan bangun malam : “Janganlah engkau meninggalkan bangun malam, sesungguhnya orang yang tertipu adalah orang yang tidak diberi (perkenan) melakukan shalat malam.
32. Kebanggaan orang mukmin : “Tiga perkara kebanggaan orang mukmin dan hiasannya di dunia dan di akherat. Shalat di akhir malam, tidak mengharap sesuatu dari manusia, dan berwilayah kepada keluarga Muhammad as.
33. Tafsir Attaqwa : Imam As-Shadiq ketika ditanya tafsir Attaqwa beliau berkata: “Hendaknya engkau tidak absen dalam segala yang diperintahkan padamu dan Ia tidak melihatmu dalam apa yang dilarang padamu”.
34. Doa terhalang di langit : “Setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah (Azza wajalla) terhalang di langit sehingga diikuti oleh shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya a.s.”
35. Sedekah dan doa : “Obatilah orang-orang sakitmu dengan sedekah, dan tolaklah bala’ dengan do’a.”
36. Mendesak dalam doa : “Mintalah (kepada Allah) hajatmu dan mendesaklah dalam meminta, sesungguhnya Allah suka terhadap desakan atau yang mendesaknya dalam meminta, dari kalangan hamba-Nya yang mukmin.”
37. Duduk di sebuah majlis maksiat : “Tidak patut bagi seorang mukmin duduk di sebuah majlis maksiat kepada Allah, sedang ia tak mampu untuk merubahnya.
38. Amal perbuatan di hadapkan kepada Rasulullah : “Tidakkah engkau mengetahui bahwa amal perbuatanmu di hadapkan kepada Rasulullah, bila beliau melihatnya mengandung maksiat, terganggulah beliau, maka janganlah engkau berbuat jahat pada Rasulullah dan senangkanlah hatinya”.
39. Perhatikanlah ilmumu : “Perhatikanlah ilmumu dari siapa engkau memperolehnya”.
40. Saudara yang paling aku cintai : “Saudara yang paling aku cintai adalah orang yang menunjukkan kepadaku aibku”.
الزيارة الجامعة الأولى (المختصرة)
بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
[السَّلامُ عَلَىٰ أَوْلياءِ اللهِ وَأَصْفِيائِهِ، السَّلامُ عَلَىٰ أُمَناءِ اللهِ وَأَحِبَّائِهِ،
السَّلامُ عَلَىٰ أَنْصارِ اللهِ وَخُلَفائِهَ،
السَّلامُ عَلَىٰ مَحالِّ مَعْرِفَةِ اللهِ،
السَّلامُ عَلَىٰ مَساكِنِ ذِكْرِ اللهِ،
السَّلامُ عَلَىٰ مُظْهِرِي أَمْرِ اللهِ وَنَهْيِهِ، السَّلامُ عَلَىٰ الدُّعاةِ إِلَىٰ اللهِ،
السَّلامُ عَلَىٰ المُسْتَقِرِّينَ فِي مَرْضَاةِ اللهِ، السَّلامُ عَلَىٰ المُخْلِصِينَ فِي طاعَةِ اللهِ، السَّلامُ عَلَىٰ الأَدِلَّاءِ عَلَىٰ اللهِ،
السَّلامُ عَلَىٰ الَّذِينَ
مَنْ وَالاهُمْ فَقَدْ وَالَىٰ اللهَ،
وَمَنْ عَادَاهُمْ فَقَدْ عَادَىٰ اللهَ،
وَمَنْ عَرَفَهُمْ فَقَدْ عَرَفَ اللهَ،
وَمَنْ جَهِلَهُمْ فَقَدْ جَهِلَ اللهَ،
وَمَنْ اعْتَصَمَ بِهِمْ فَقَدْ اعْتَصَمَ بِاللهِ،
وَمَنْ تَخَلَّىٰ مِنْهُمْ فَقَدْ تَخَلَّىٰ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
وَأُشْهِدُ اللهَ، أَنِّي سِلْمٌ لِمِنْ سالَمْتُمْ، وَحَرْبٌ لِمَنْ حارَبْتُمْ، مُؤْمِنٌ بِسِرِّكُمْ وَعَلانِيَّتِكُمْ، وَمُفَوِّضٌ فِي ذلِكَ كُلِّهِ إِلَيْكُمْ.
لَعَنَ اللهُ عَدُوَّ آلِ مُحَمَّدٍ مِنَ الجِنِّ وَالإِنْسِ، وَأَبْرَأُ إِلَىٰ اللهِ مِنْهُمْ، وَصَلَّىٰ اللهُ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ].
يا اَبا عَبْدِ اللهِ يا جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّد،
اَيُّهَا الصّادِقُ يَا بْنَ رَسُولِ اللهِ
يا حُجَّةَ اللهِ عَلى خَلْقِهِ
يا سَيِّدَنا وَمَوْلانا
اِنّا تَوَجَّهْنا وَاسْتَشْفَعْنا
وَتَوَسَّلْنا بِكَ اِلَى اللهِ
وَقَدَّمْناكَ بَيْنَ يَدَيْ حاجاتِنا،
يا وَجيهاً عِنْدَ اللهِ اِشْفَعْ لَنا عِنْدَ اللهِ،
(Karimah-Ahlul-Bait/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar