Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Imam Khamenei: “Di Medan Pengabdian Harus Berbuat Lebih Banyak dan Lebih Baik”

Imam Khamenei: “Di Medan Pengabdian Harus Berbuat Lebih Banyak dan Lebih Baik”

Written By Unknown on Senin, 09 Juli 2018 | Juli 09, 2018


Satu soal terlontar dari sebuah pandangan: Apakah semua hukum Allah dan prinsip iman serta ibadah adalah agar manusia mengabdi kepada sesama? Menurutnya, iman harus dimiliki dan ibadah kepada Allah harus dilakukan, agar dengan demikian kita dapat mengabdi dengan lebih baik kepada umat. Bahwa, semua aturan agama dan dari para pemuka merupakan pengantar pengabdian kepada makhluk Tuhan. Namun menurut Syahid Mutahari berlawanan dengan pandangan itu.

Beliau mengatakan bahwa Iman dan ibadah bukanlah mukadimah pengabdian kepada manusia. Tetapi sebaliknya, pengabdian lah sebagai mukadimah iman dan ibadah. Pengabdian adalah pendahuluan menjadi orang yang berakal dan bagi semua nilai kemanusiaan. Yakni, mengabdi kepada umat agar mereka dapat digiring di jalan iman dan ibadah serta nilai kemanusiaan.

Syahid menegaskan bahwa pengabdian kepada manusia adalah mukadimah dan wadah bagi iman, bukan sebaliknya dan bukan mukadimah bagi satu sama lain. Demikianlah ajaran Islam, dan konsep inilah yang kita dapati darinya. Konsekuensi dari selain makna ini ialah bahwa semua manusia harus dipandang terpisah dari kemanusiaan mereka.

Kemudian beliau melihat sebagian orang ketika ingin mendefinisikan “irfan” (gnostik Islam), mengatakan: “Kaum ‘arif kita melontarkan perkataan yang sangat agung”

“Apa yang mereka katakan?”, tanya beliau.

“Irfan pada ujungnya sampai pada pengabdian kepada makhluk”

“Tidak!”, tegas beliau. “Tetapi di tengah perjalanan, bahkan di awal perjalanan, irfan berangkat dari pengabdian kepada makhluk. Di dalam irfan terdapat -dan harus ada- pengabdian. Tetapi pengabdian bukanlah puncak irfan, dan adalah bagian dari mukadimah Irfan. Dengan kata lain dalam syar’iat, dekat dengan Allah bukanlah mukadimah pengabdian kepada makhluk, tetapi adalah sebaliknya.

Singkatnya dari penjelasan Syahid Mutahari, dikatakan bahwa cinta adalah nilai dan puncak insaniyah. Dengan kata lain, akhir perjalanan insaniyah adalah pengabdian dan cinta. Namun Islam menolak perkataan itu. Cinta dan pengabdian kepada makhluk diapresiasi dan dipandang sebagai nilai oleh Islam. Tetapi nilai terdapat di awal perjalanan, bukan di akhir. Perjalanan tidak berujung pada pengabdian kepada makhluk. Memang dari pengabdian lah harus berangkat, namun tujuan yang utama adalah hal lain.


Spirit Pengabdian

Dalam penerapannya, pengabdian memerlukan spirit untuk menjadi berarti dan bernilai. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Khamenei baru-baru ini. Tepatnya, kemaren lusa, Rabu pagi 30/03/1397 (20 Juni 2018), di hadapan hadirin Majlis Syura beliau menyampaikan bahwa: “Spirit pengabdian adalah taqarub kepada Allah. Semua yang kalian kerjakan jika karena Allah dan di jalan-Nya, itulah pengabdian yang sejati dan modal taqarub kepada Allah.

Pada hakikatnya, sedikit ibadah (meski seberapapun banyaknya ibadah yang hamba Allah kerjakan) sebanding dengan pengabdian yang dilakukan karena Allah. Apabila spirit ini meliputi semua aktifitas dan pengabdian kita, gerak dan diam kita, akan berdampak meninggikan masyarakat dan mengantarkan umat manusia kepada hakikat diri mereka sebagaimana yang diserukan para nabi as.”

. (Bila) Kita menjadi tawanan materi, dikarenakan hanya penampakan-penampakannya yang kita pandang, hati menjadi terikat dengannya dan diri kita terpikat oleh keindahan-keindahan material. Mata kita takkan melihat selain itu bila kita terperangkap dalam lingkaran material.

Namun jika spiritualitas kita tingkatkan dan kebersihan hati kita pentingkan; bersungguh-sungguh dalam taqarub kepada Allah, melatih diri bekerja untuk Allah dan melangkah di jalan-Nya, maka spirit yang ada pada kita akan membuka mata kita pada pemandangan-pemandangan yang lebih indah, lebih tinggi dari semua keindahan dan kesenangan duniawi yang kita lihat di dunia.

Kekuasaan, selain di akhirat juga terdapat di dunia ini. Namun orang-orang yang melihat hakikat di dunia ini dengan pandangan spiritual dan menjalani hidup bahagia dengan melihat karunia-karunia ilahi yang lebih utama, mereka takkan berpaling pada semua keduniaan itu.

Bukanlah jalan yang sulit, kita semua dapat bergerak dan melangkah di jalan (ilahiah) ini. Hal ini bila kita perhatikan dalam semua urusan; apa yang ingin kita sampaikan dan kerjakan, aturan yang ingin kita benahi dan pandangan yang ingin kita diskusikan, semua pengabdian yang kita lakukan adalah karena Allah, berbuat demi keridhaan Allah. Janganlah kita melakukan apa yang kita rasa tidak diridhai Allah. Atensi ini muncul dari –dan berlaku bagi- kita semua. Pengabdian yang kita lakukan meningkatkan kualitas dan kejernihan diri kita.

Kita harus berusaha mencapai hal yang lebih dari sebelumnya, lebih baik dan lebih berkualitas. Caranya ialah berbuat lebih banyak dan lebih baik. Beginilah medan pengabdian.


Referensi:

Insan Kamil/Syahid Mutahari

(Khamenei/Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: