Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Shahifah Mahdiah - BAB IX: Istikharah

Shahifah Mahdiah - BAB IX: Istikharah

Written By Unknown on Minggu, 21 Oktober 2018 | Oktober 21, 2018


Istikharah Pertama

Sayyid Ali Ibn Thawus berkata :
Salah satu doa yang kuperoleh dari Rasulullah Saw dan para Imam Maksum as tentang istikharah, adalah doa yang di dalamnya terdapat inayah dan perhatian mereka as. Dalam doa tersebut, terlantun shalawat dan kemulian. Sehingga kudapati istikharah ini menjadi rahasia Tuhan yang diajarkan kepada Rasulullah Saw pada malam mi'raj, sebagai rahasia paling penting. Doa istikharah adalah perintah terakhir dari Maulana Imam Mahdi af. Inilah dalil yang memadai bagi para uraf a. [1]

Dalam sebagian buku-buku klasik, disebutkan bahwa doa istikharah juga dinisbahkan kepada Imam Mahdi as. Adapun caranya sebagai berikut: Membaca permulaan surah al-Fatihah sampai Ihdina as-Shirat al-Mustaqim, setelah itu kirimkanlah shalawat sebanyak tiga kali, lalu ucapkanlah sebanyak tiga kali ya man ya'lam ihdi man la ya'lam (wahai yang mengetahui, bimbinglah bagi yang tidak mengetahui). Kemudian ambillah tasbih dan hitunglah satu per satu, apabila bilangannya ganjil, hal itu menandakan baik. Apabila genap berarti kurang baik, jangan dikerjakan. Bila hendak beristikharah suatu kebutuhan baik atau sebaliknya, setelah istikharah di atas, beristikharahlah yang lain dengan niat meninggalkan pekerjaan yang dimaksudkan. Hasilnya, bila sesuatu tersebut asalnya baik, maka pada istikharah kedua yang dilakukan dengan niat meninggalkannya juga ternyata negatif (yakni yang muncul adalah bilangan genap). Maka hal ini menunjukan bahwa pekerjaan tersebut baik. Apabila dalam niat meninggalkannya juga diketahui bahwa mengerjakan atau meninggalkannya sama saja. Dari satu sisi, bila istikharah untuk sesuatu yang pada asalnya adalah buruk, dan istikharah untuk meninggalkan sesuatu yang baik, sesuatu itu harus ditinggalkan dan dipertimbangkan kembali secara sungguh-sungguh. Tapi, jika mengerjakan atau meninggalkan keduanya buruk, maka melakukannya pun buruk. Hal ini tidak seperti istikharah sebelumnya.


Istikharah Kedua

Faqih alim, penulis buku Jawahir al-Kalam, dalam buku ini menulis: "Terdapat istikharah lainnya, yang oleh para ulama zaman kami digunakan. Istikharah ini juga dinisbahkan kepada Imam Zaman as." Adapun caranya sebagai berikut:
Setelah ayat dan doa dibaca, ambillah tasbih dan hitunglah delapan per delapan, bila hanya satu biji yang tertinggal, berarti ada sedikit kebaikan didalamnya. Apabila dua biji yang tertinggal, berarti melakukannya adalah buruk Bila tiga biji, berarti pilihannya tergantung kepada orang yang melakukan istikharah, karena melakukan atau meninggalkannya sama saja. Apabila tiga biji yang tertinggal, sebagian berpendapat terdapat kesulitan dalam melakukannya, sebagian lagi meyakini buruknya sesuatu tersebut ketika dilakukan. Apabila yang tertinggal adalah enam biji, maka kebaikan sempurna terdapat di dalamnya, dan harus dikerjakan secepatnya. Jika yang tertinggal sebanyak tujuh biji, maka hasilnya sama dengan lima yang tertinggal, hal ini menandakan di dalamnyaterdapat dua pilihan. Apabila tersisa delapan, akhir sesuatu yang diistikhrahkan adalah buruk, terdapat empat larangan di dalamnya. [2]


Catatan Kaki:

[1] Path al-Abwab hal.192.
[2] al-Baqiyat as-Shalihat (khasiyah buku Mafatih al-Jinan) hal. 411.

(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: