Turkish Foreign Minister Mevlüt Çavuşoğlu with Iranian President Hassan Rouahni's special envoy, Mahmoud Vaezi.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Cavusoglu mengatakan negaranya memutuskan untuk memperluas hubungan dengan Iran meski ada ancaman AS untuk menghukum pemerintah yang melanggar sanksi ekonomi yang baru-baru ini dipulihkan terhadap Republik Islam.
"Berulang kali kami telah menegaskan bahwa kami tidak akan menerapkan sanksi AS terhadap Iran," kata Cvusoglu ketika dia bertemu dengan utusan khusus Presiden Iran Hassan Rouhani, Mahmoud Vaezi, di Ankara pada Kamis (9/8).
Sebelum pertemuan mereka, Vaezi bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menyampaikan pesan dari Rouhani.
Trump memutuskan pada bulan Mei untuk meninggalkan Rencana Komprehensif Aksi Bersama (JCPOA), sebuah perjanjian nuklir penting yang ditandatangani pada tahun 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia - AS, Inggris, Perancis, Rusia, China dan Jerman.
Pada hari Senin (6/8), presiden Amerika memerintahkan semua sanksi terkait nuklir yang dihapusnya berdasarkan kesepakatan untuk segera dipulihkan.
Tahap pertama dari sanksi sepihak mulai berlaku pada hari Selasa (7/8), menargetkan pembelian Iran atas dolar AS, perdagangan emas dan logam mulia lainnya serta sektor otomotifnya.
Larangan kedua larangan akan diberlakukan kembali pada bulan November dengan tujuan untuk membatasi ekspor minyak Iran dan sektor pengiriman.
Presiden AS juga telah mengancam tindakan hukuman terhadap penandatangan yang tersisa dalam hal mereka menjaga hubungan bisnis mereka dengan Iran.
Çavuşoğlu memuji keputusan Iran untuk tetap dalam kesepakatan setelah penarikan Trump.
(Islam-Times/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar