Cina Vs Amerika Serikat
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dalam kerangka kebijakan proteksi ekonomi meningkatkan tarif bea masuk atas bahan dasar dan produk impor ke Amerika praktis telah memasuki perang dagang dengan kebanyakan negara-negara ekonomi besar dunia. Trump menetapkan tarif bea masuk baru dalam perdagangan dengan Cina, negara saingan terbesar Amerika Serikat di sektor perdagangan dan telah memulai perang dagang dengan negara ini sejak bulan Juni 2018.
Pada tahapan ini, Amerika Serikat menerapkan tarif bea masuk 25 persen atas produk-produk Cina seharga 50 miliar dolar. Sementara pada tahap kedua, perang dagang dimulai di akhir bulan September 2018. Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat akan menerapkan lagi 10 persen bea masuk atas sekitar 200 miliar dolar dari produk-produk yang diimpor dari Cina. Amerika ingin menaikkan tarif tersebut sampai 25 persen hingga akhir 2018.
Namun, langkah-langkah AS menaikkan tarif bea masuk menghadapi reaksi tajam Cina dan Beijing mengumumkan bahwa akan meningkatkan tarif atas produk-produk impor dari Amerika Serikat senilai 60 miliar dolar.
Langkah setimpal Beijing Beijing telah memprovokasi kemarahan Trump yang menyebabkan reaksi berat dan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. Presiden Amerika Serikat memperingatkan Cina bahwa sebelum terlibat dalam perang dagang dengan negara ini hendaknya berpikir lebih banyak. Karena menurut klaim Trump, Washington dalam perang ini memiliki lebih banyak amunisi. Trump menyebut bahwa Amerika Serikat sedang menghadapi langkah-langkah perdagangan Cina yang tidak adil dan mengklaim bahwa Amerika telah membuat Cina kaya, tapi kondisi saat ini harus berubah.
Trump bertekad untuk berhadap-hadapan serius dengan China di sektor perdagangan, sementara Beijing tetap berusaha untuk membalas aksi-aksi Washington. Cina dengan kemampuan ekonominya yang menjadi dua kekuatan ekonomi dunia akan menekan Washington dengan memanfaatkan titik lemah perdagangan dan ekonomi Amerika Serikat. Sekalipun Trump mengklaim punya banyak kartu untuk menekan lebih besar terhadap Beijing agar mengikuti tuntutan dagang Amerika.
Cina memiliki cadangan devisa sekitar 2 triliun dolar dalam bentuk surat berharga, saham dan utang Amerika Serikat. Dengan memanfaatkan itu, Cina dapat menekan keras ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat. Cina berinvestasi di Amerika serikat dengan membeli surat-surat utang pemerintah negara ini dan membuat nasib kedua negara ini saling terkait erat. Bagi Cina, kebijakan proteksi Trump tidak dapat diterima, karena berkonfrontasi langsung dengan kebijakan dagang Cina.
Sejatinya, kelanjutan dari kebijakan perdagangan Trump saat ini akan meningkatkan harga barang dan produk Cina di pasar AS dan akhirnya mengurangi permintaan, dimana efeknya sangat negatif terhadap produksi dan pasokan di Cina. Sementara itu, banyak produsen dan sektor jasa di Amerika Serikat, seperti pelabuhan akan menghadapi kerugian besar dalam perang antara Washington dan Beijing. Kementerian Keuangan Cina di situsnya mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, Cina harus membalas kebijakan proteksionis dan unilateralisme Amerika Serikat dan tidak punya pilihan lain, kecuali dengan menaikkan tarif bea masuk yang sama.
Cina ternyata menyeret Amerika Serikat tidak hanya konfrontasi ekonomi tapi ke bidang yang lain. Dengan mencermati langkah permusuhan baru pemerintah Trump yang menjatuhkan sanksi terhadap satu lembaga penting yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan Cina karena membeli persenjataan militer dari Rusia, Beijing menunjukkan reaksi keras terhadap masalah ini. Beijing menuntut Washington segera membatalkan sanksi tersebut dan bila tidak akan menerima dampaknya.
Hubungan AS-Cina tampaknya seperti model hubungan AS-Rusia sedang mengarah pada eskalasi tensi di pelbagai bidang. Itu artinya, upaya Trump untuk mengetes kekuatannya menghadapi kekuatan-kekuatan global lainnya tidak diragukan berdampak serius bagi struktur dan sistem internasional.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar