Arsip, pertemuan Dewan Kerjasama Teluk Persia dan Amerika Serikat
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengkonfirmasikan skenario baru dari keputusan kementerian ini untuk menutup konsulat AS di Irak selatan.
Amerika Serikat menjustifikasi keputusannya dengan menyinggung "bahaya yang dihadapi anggota komunitas diplomatik Amerika di Basrah" dan mengklaim bahwa ancaman terhadap staf konsulernya telah meningkat di Basrah.
Bersamaan dengan klaim Kemenlu AS, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir di Sidang Majelis Umum PBB menyatakan bahwa Iran menciptakan instabilitas di Timur Tengah. Ia mengatakan, Arab Saudi mendukung strategi baru Amerika Serikat untuk menghadapi Iran.
Adel al-Jubeir
Sabah Zangeneh, mantan Wakil Iran di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menjelaskan skenario baru Arab Saudi untuk menciptakan kekacauan di Iran dan Irak. Zanganeh mengatakan, ada bukti dan dokumen yang menunjukkan bahwa Arab Saudi berusaha mendorong beberapa kelompok yang tidak dikenal dan berkoordinasi dengan Washington untuk mengintensifkan pergerakan terhadap Iran. Masalah ini sampai batas tertentu sangat penting bagi mereka dan tidak puas hanya dengan meneriakkan yel-yel anti-Tehran.
Keputusan untuk menutup konsulat Amerika Serikat di Basrah dapat dianalisa dari beberapa sisi. Pertama, pemerintah Trump di pekan-pekan terakhir telah memulai kampanye baru yang menarget kegiatan militer Iran. Kedua, di bulan Agustus dan September, sejumlah demonstrasi dilakukan oleh warga setempat di Basrah yang berujung pada pembakaran konsulat Iran. Ketiga dan kemungkinan yang paling penting bagi alasan penutupan konsulat AS. Sebenarnya, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat sejak setahun lalu telah membahas serius upaya pengurangan biaya konsulatnya di Basrah, sehingga berujung pada penutupan konsulat mereka.
Konsulat Amerika Serikat di Basrah memiliki sekitar 1.000 karyawan dan termasuk konsulat terbesar di Irak yang dibangun pada 2011. Surat kabar New York Times dalam laporannya menulis, perintah pengosongan konsulat AS di Basrah telah dikeluarkan sejak setahun lalu, ketika menurut tiga mantan pejabat Kemenlu AS pembicaraan soal penutupan konsulat ini demi mengurangi pembiayaan. Aktivitas konsulat AS di Basrah membutuhkan biaya setidaknya 200 juta dolar per tahun, sementara sebagian memprediksi aktivitas konsulat AS ini menelan biaya sebesar 350 juta dolar pertahun.
Wall Street Journal menilai penutupan konsulat AS di Basrah sebuah langkah politik dan menulis, pada puncak perang Irak, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad berkali-kali menjadi sasaran serangan, tapi tidak pernah ditutup.
Itulah mengapa, Bahram Ghassemi, Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran mengingatkan serangan terbaru ke konsulat Iran seraya mengatakan, justifikasi kekanak-kanakan yang disampaikan para pejabat Amerika Serikat dengan baik menunjukkan mereka ingin melakukan petualangan baru, meyakinkan opini publik bahwa Irak tidak aman dan upaya untuk menekan pemerintah Irak.
Jelas, Amerika Serikat di kawasan berusaha meraih kepentingannya sendiri dan tidak ragu-ragu untuk mengambil tindakan apa pun untuk mencampuri urusan dalam negeri negara-negara di kawasan. Republik Islam Iran mengecam setiap serangan terhadap diplomat dan gedung-gedung diplomatik dan pembenaran konyol soal penutupan konsulat AS di Basrah. Karena itu dilakukan setelah melakukan propaganda dan tuduhan palsu terhadap Iran dan pasukan Irak. Semua tindakan AS dianggap Iran sebagai aksi kontroversi dan tidak proporsional serta mencurigakan.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar