Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa
Uni Eropa yang memiliki tiga negara besar; Jerman, Perancis dan Inggris sekaligus anggota kelompok 5 + 1, telah berkomitmen untuk menangkal tindakan AS menggagalkan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), selain menyatakan dukungannya akan kesepakatan nuklir tersebut dan benar-benar telah mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan ini.
Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan, kerja kami dengan negara-negara anggota Uni Eropa dan mitra-mitra lainnya di dunia akan terus berlangsung, sehingga kami memastikan bahwa Iran dan warga Iran mendapat keuntungan dari hubungan ekonomi dengan negara-negara Uni Eropa dan negara-negara lainnya di dunia.
Dalam hal ini, Troika Eropa yang terdiri dari Jerman, Perancis dan Inggris mencoba membangun lembaga keuangan yang terpisah dari Amerika Serikat hingga November 2018 dengan tujuan dapat mempertahankan hubungan perdagangannya dengan Iran. Olaf Scholz, Menteri Keuangan Jerman bersama rekan-rekan sejawatnya dari Inggris dan Perancis tengah berusaha mendirikan lembaga keuangan ini dan pemerintah Italia juga telah menyatakan kesiapannya bekerjasama mendirikan lembaga tersebut.
Rencananya, lembaga baru ini tidak berbentuk bank, tapi bekerja secara legal dan independen. Tujuan lembaga keuangan ini adalah untuk melakukan transaksi keuangan dengan Iran tanpa melewati saluran transfer bank yang biasa. Lembaga keuangan baru ini bukan bank, tetapi sebagai badan hukum untuk "entitas tujuan khusus". Semua negara anggota UE seharusnya mendapat manfaat dari lembaga keuangan ini.
Lembaga perantara ini, seperti transaksi bursa, sebenarnya memeriksa klaim timbal balik perusahaan Eropa dan Iran. Misalnya, ketika Iran mengekspor minyak ke Spanyol dan sebuah perusahaan manufaktur mobil Jerman menjual peralatan dan perangkat untuk mendirikan pabrik di Iran, ia bertindak sebagai perantara dan uang yang akan dibayarkan Spanyol untuk minyak Iran digunakan untuk membayar tagihan perusahaan Jerman yang menjual peralatannya ke Iran.
Dengan cara ini, banyak perdagangan, industri dan bahkan kelanjutan penjualan minyak Iran ke Eropa akan dimungkinkan. Namun, mengingat penolakan global terhadap pengulangan sanksi nuklir AS terhadap Iran dan munculnya kesulitan besar untuk menerapkannya, khususnya di sektor embargo minyak Iran, tampaknya ada resistensi di dalam Amerika Serikat sendiri terkait implementasi sanksi ini.
Hari ini, hubungan dua samudra Atlantik sangat tegang dan perbedaan sangat serius karena kebijakan dan tindakan Trump. Memang, sanksi Amerika Serikat terhadap Iran, dimana Eropa sangat menentangnya, dapat mengobarkan api perselisihan di kedua pihak dan berujung rusaknya hubungan Eropa dan Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, beberapa pejabat AS percaya bahwa langkah Washington untuk memutuskan hubungan bank-bank Iran dengan sistem keuangan global SWIFT akan semakin merusak hubungan AS-Eropa. Surat kabar Amerika, Washington Post mengutip sejumlah pejabat pemerintah Amerika Serikat menurunkan laporan bahwa Steven Mnuchin, Menteri Keuangan Amerika Serikat dengan mengambil tindakan seperti menunda presentasi dokumen yang diminta Gedung Putih menyebabkan lambatnya proses pengambilan keputusan terhadap Iran dan menolak strategi "tekanan maksimum".
Menyusul penarikan sepihak AS dari kesepakatan JCPOA dan pengembalian sanksi nuklirnya terhadap Iran, negara-negara Eropa, selain menentang langkah Washington ini, terus mencari cara untuk mempertahankan JCPOA. Dalam konteks ini, Uni Eropa beberapa waktu lalu menerapkan undang-undang "blocking statute" guna mendukung perusahaan-perusahaan Eropa yang melakukan transaksi dengan Iran dalam menghadapi sanksi Amerika Serikat. Republik Islam Iran telah menekankan bahwa akan tetap dalam JCPOA selama pihak lain dapat memenuhi kepentingannya menghadapi sanksi nuklir Amerika Serikat.
(Parstoday/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar