Pertemuan pendidikan agama ke-6 tentang "Dimensi pendidikan dan pentingnya keluarga di Asyura dan sirah pendidikan Imam Zainal Abidin (as)" diadakan untuk masyarakat Iran yang bermukim di New Delhi, di aula pertemuan Atase Kebudayaan Iran di India.
Menurut laporan IQNA dilansir dari situs lembaga budaya dan komunikasi Islam, pertemuan ini terselenggara atas prakarsa Atase Kebudayaan Iran dan dengan pidato Hujjatul Islam Mohammad Reza Saleh, Kepala Jamiah al-Mustafa al-Alamiah di India dan dengan dihadiri pejabat dan staf lembaga, mahasiswa dan keluarga mereka.
Hujjatul Islam Saleh berbicara dalam pertemuan ini tentang dimensi pendidikan dan pentingnya keluarga di Asyura dan demikian juga sirah pendidikan Imam Zainal Abidin (as) dan berkata: Islam didirikan oleh Nabi (saw), tetapi kelanggengannya di tangan Imam Husain (as).
“Imam Husain (as) tidak meninggalkan keluarga dikarenakan tanggung jawab sosial yang besar, tetapi bersama dengan keluarganya membentuk keluarga jihad. Seperti halnya satu kaki di lapangan dan satu kaki berada di samping keluarga, hal itu memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus dapat menggabungkan di antara tanggung jawab dan keluarga, sebagaimana Rahbar (af) selalu mengingatkan perhatian keluarga kepada para pejabat,” imbuhnya.
Memuliakan keluarga, memberikan peran kepada anak, keluarga satu tujuan, saling pengertian dalam keluarga, pendampingan dan membantu keluarga dalam masalah, partisipasi sosial dan partisipasi perempuan serta kehadiran perempuan di kancah dan elemen kasih sayang, termasuk judul pidato Hujjatul Islam Saleh pada pertemuan tersebut.
Di bagian lain dari pidatonya, ia menjabarkan pelajaran-pelajaran kehidupan dari sirah pendidikan Imam Zainal Abidin (as) terkait cara dan kualitas salat, menyantuni orang-orang yang membutuhkan dan tidak mampu, memperkuat kekuatan iman dan tawakal kepada Allah di tengah-tengah orang miskin, intensitas rasa hormat dan beradab terhadap posisi ibu, tidak bangga dengan sanjungan dan pujian orang lain, berbelas kasihan dan berkasih sayang terhadap hewan, berbelas kasihan dan berkasih sayang terhadap sesama, santun dan sabar dalam berurusan dengan para pencaci, apresiasi dan sikap mulia dengan ahli ilmu, merawat anak-anak yatim dan satu jamuan dengan anak yatim serta orang miskin dan kedukaan yang lama dalam menangisi ayahnya, Imam Husain (as).
(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar