Daftar Isi Internasional Angkasa News Global

Advertising

Lyngsat Network Intelsat Asia Sat Satbeams

Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Tampilkan postingan dengan label ABNS WAWANCARA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ABNS WAWANCARA. Tampilkan semua postingan

Wawancara Bersama Dosen Universitas Katolik Manila: Dialog Ulama Agama Perintis Pengetahuan dan Pemahaman Para Penganut Agama


Profesor Universitas Katolik Manila di Filipina, Pablito Baybado, menyerukan dialog antara para cendekiawan agama Islam dan Kristen untuk menghapus kesalahpahaman dan untuk membangun pemahaman antar para pengikut kedua agama ini.

Menurut laporan IQNA, Pablito Baybado Junior adalah profesor di Universitas Santo Thomas Manila, Filipina. Universitas ini berafiliasi dengan Vatikan dan ketuanya ditunjuk langsung oleh Paus.

Baybado mengajarkan filsafat dan teologi Kristen di universitas ini. Dia juga aktif di bidang Dialog Antar Agama, dan juga Direktur Agama untuk Perdamaian Asia, yang mana 25 negara Asia adalah anggotanya. Dia juga Direktur Jenderal Federasi Konferensi Para Uskup Asia (FABC), yang bertanggung jawab atas urusan para uskup Katolik di benua itu.

Dia telah bekerja dengan Republik Islam Iran di Manila selama bertahun-tahun dan sampai saat ini telah ke Iran sebanyak dua kali. Baybado baru-baru ini melakukan perjalanan ke Iran melalui program studi, atas prakarsa Direktorat Kerjasama Ilmiah dan Budaya dari Organisasi Budaya dan Hubungan Islam dan bekerja sama dengan Atase kebudayaan Iran di Filipina untuk menyempurnakan risetnya yang berjudul "Kedudukan Syiah di antara Agama dan Mazhab".


Dalam sebuah wawancara dengan IQNA, ia berbicara tentang pelbagai masalah, termasuk kegiatan antaragama.

Bagaimana Cara Mengenal

Pada tahun 2006, Paus Benediktus XVI memberikan pidato yang sangat kontroversial di Jerman, menyusul kesalahpahaman besar antara para cendekiawan Muslim dan Kristen. Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Iran di Manila menyelenggarakan tema pertemuan ini dengan dihadiri para ahli Iran dan Filipina, yang sangat sukses.

Dengan dialog, kami mencoba mencari titik-titik perbedaan. Ini adalah awal dari kerja sama saya dengan Atase Kebudayaan Republik Islam Iran di Manila. Sejak itu, persahabatan saya dengan pihak berwenang telah dimulai dan saya menjadi anggota Kelompok Atase Kebudayaan Iran di Filipina. Setiap tahun pada peringatan Revolusi Islam, dengan partisipasi para sarjana Iran dan Filipina, kami mengadakan konferensi ilmiah di Manila. Selain itu, Atase kebudayaan Iran adalah salah satu anggota aktif Dialog antar agama di Manila. Para intelektual dari semua agama berkumpul di pertemuan tahunan kelompok ini dan Atase kebudayaan Iran aktif dalam pelbagai program.


Propaganda Negatif

Pada semua konferensi yang diselenggarakan di Manila, nampak jelas bahwa ada opini negatif terhadap Iran dan ini karena pengaruh media. Saya pertama kali datang ke Iran pada tahun 2012 untuk menghadiri konferensi "Agama dan Etika" di Qom dan saya mempresentasikan makalah tentang moral-moral Kristen. Ketika saya ingin datang ke Iran, mereka bertanya kepada saya apakah Anda tidak takut pergi ke Iran? Bahkan mentalitas ini juga tercermin dalam pikiran para akademisi dan orang-orang religius. Di kalangan akademisi, ia membahas sikap-sikap Iran terhadap Israel dan Amerika Serikat.

Opini keliru ini disebabkan oleh dua masalah: yang pertama adalah ketidaktahuan dan yang kedua adalah predisposisi dan fanatisme. Untuk mengatasi masalah ketidaktahuan, atase kebudayaan mengundang para pakar Iran ke Filipina untuk menunjukkan pola pikir dan budaya Iran kepada masyarakat Filipina. Untuk menyelesaikan masalah prasangka dan mengoreksi kesalahpahaman, para pemikir Filipina harus pergi ke Iran untuk memberitahu orang lain tentang pengalaman mereka di negara ini.


Latar Belakang Komunikasi

Filipina mencakup tiga pulau utama Mindanao, Luzon dan Bisaya. Muslim tiba di Filipina dari abad ke-15 sebelum orang-orang Spanyol. Dengan kedatangan penjajah Spanyol pada abad ke-17, mereka masuk dengan memusuhi Muslim dan berusaha untuk melenyapkan mereka dan mendominasikan agama mereka. Mereka mampu menjajah dua pulau Bisaya dan Luzon, tetapi mereka tidak dapat menjajah kawasan Muslim.

Orang-orang Spanyol berusaha melemahkan kaum Muslim dengan perang dan propaganda negatif serta merusak citra Islam. Pada 1898, mereka menyerahkan negara itu kepada Amerika melalui perjanjian Paris dan 20 ribu dolar. Dalam perjanjian itu, ketiga pulau besar itu dinyatakan sebagai koloni di Amerika Serikat. Kaum Muslim keberatan dengan ini karena Mindanao adalah daerah yang didominasi muslim dan mereka menuntut otonomi dan masih menuntut hal ini, yang menyebabkan perang dan banyak pertumpahan darah. Amerika mendominasi Filipina melalui universitas, agama dan budaya mereka. Dua hal ini, yakni langkah-langkah politik dan ekonomi kolonialisme Spanyol dan kebijakan-kebijakan budaya Amerika disertai dengan upaya pemerintah-pemerintah Filipina yang berorientasi Barat untuk mewujudkan pemerataan agama dan budaya rakyat negeri ini, telah menyebabkan penghinaan terhadap saudara-saudara Muslim kita.


Minat untuk Mengenal

Dalam konferensi dan pertemuan kami mendengar pembahasan tentang Syiah, namun saya belum mendengar apa pun tentang ini. Apa yang mengesankan saya tentang Syiah adalah peran rasionalitas yang sangat menonjol dalam teologi Syiah. Karenanya, kemungkinan dialog antara Syiah dan ulama Katolik lebih besar. Sekarang, dengan bantuan Direktorat Kerjasama Ilmiah dan Budaya, Organisasi Budaya dan Komunikasi Islam dan dengan kerjasama Atase Kebudayaan Iran di Filipina, saya telah melakukan perjalanan ke Iran untuk menyelesaikan penelitian saya tentang Syiah dan mempelajarinya.


Mengenal Alquran

Sudah beberapa kali saya mendapatkan hadiah Alquran dari Atase kebudayaan Iran dan saya telah membaca sebagian darinya. Ada perbedaan antara Alquran dan Alkitab. Sebagai contoh, kisah-kisah Alquran telah diceritakan secara berbeda dengan Injil atau tentang Nabi Isa (as) yang disebut dalam Alquran sebagai seorang nabi tetapi orang Kristen menyebutnya sebagai Anak Tuhan. Maryam juga dianggap sebagai salah satu wanita paling penting dalam Alquran, tetapi perannya dalam Islam benar-benar berbeda dari agama Katolik. Oleh karena itu, beberapa orang Kristen menganggap Alquran sebagai bentuk Alkitab yang terdistorsi.

Namun, saya percaya bahwa opini negatif pada Alquran bukan karena Alquran itu sendiri, melainkan karena pandangan sejarah negatif kepada saudara-saudari Muslim kita.


Hubungan Kebudayaan

Salah satu kinerja Atase Kebudayaan Republik Islam Iran di Filipina adalah untuk memperkenalkan seni Islam - Iran kepada masyarakat negeri ini. Sebelum kunjungan saya ke Iran, pihak berwenang dan saya melakukan beberapa pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Gereja-Gereja Katolik Filipina. Di Filipina, kami memiliki 95 wilayah, masing-masing dengan seorang uskup, yang merupakan kepala gereja regional. Sekretaris jenderal sidang ini adalah kepala semua uskup dan Kardinal Manila. Mereka bertemu dua kali setahun, satu kali pada bulan Juli dan satu kali pada bulan Januari.

Dengan bertolak bahwa atase Iran memiliki hubungan baik dengan Sekretaris Jenderal Majelis ini, mereka bersepakat bahwa pada pertemuan 7 Juli Majelis ini, di mana Kardinal dan para uskup hadir, dua karya kaligrafi Iran dengan tema Maryam (as) dihadiahkan. Salah satu karya ini diberikan untuk Kardinal dan karya lainnya untuk Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Filipina. Hubungan Muslim dengan majelis ini telah lama terjadi dan bahkan kami memiliki beberapa pidato para ulama Islam dalam pertemuan-pertemuannya, yang telah membantu memperbaiki hubungan dan mengubah perspektif.

Saya ingat bahwa Kardinal mengatakan, jika Anda ingin memperbaiki hubungan Anda dengan saudara-saudara Muslim, maka berbicaralah dengan mereka, makan bersama dan berilah mereka hadiah. Tindakan-tindakan ini memainkan peran penting dalam hubungan antara Muslim dan Kristen di negara ini. Ini adalah contoh dari apa yang seharusnya kita lakukan. Kami ingin mengadakan dialog antara para pemimpin agama senior Iran dan para pemimpin Kristen di Filipina.


Pentingnya Peran Agama

Di Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar dan juga di Malaysia, agama terpisah dari pemerintah. Selama bertahun-tahun, agama Kristen dan agama-agama lain di Filipina telah mencoba mempengaruhi pemerintah. Mereka ingin pemerintah berperilaku etis dan konflik ini ada. Tetapi ini tidak terjadi di Iran dan agama dekat dengan pemerintah. Iran sangat menarik dalam hal bagaimana agama bekerja di ranah politik. Saya ingin belajar lebih banyak tentang hal itu karena (di negara lain) ada banyak masalah dengan pemerintah dan banyak kebijakan ditentang oleh komunitas agama. Di Filipina, karena kebijakan pemerintah terhadap umat Islam, gereja-gereja ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait hal ini ke pemerintah.

Di setiap tempat di Iran, saya melihat tanda-tanda pengaruh agama dalam kehidupan masyarakat, seperti gaya berpakaian dan berbicara, juga yang menarik adalah bahwa religiusitas bukan terkait pada masjid semata. Agama hadir di mana-mana dan merupakan bagian dari kehidupan sosial, suatu negara telah menciptakan hubungan antara aspek pribadi dan aspek sosial agama, maka perlu diperhatikan.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kenangan Perjalanan Pertama Masyhad Seorang Muallaf Fipilina: Saya Dapatkan Kebenaran Islam Dalam Tasayyu’ dan Mengakui Keabsahan Agama Islam Serta Beralih Memeluk Mazhab Syiah

Zeinab Havir asal Filipina

Zeinab Havir asal Filipina lahir di sebuah keluarga Kristen tetapi setelah penelitian dan studi yang luas ia mengakui keabsahan agama Islam dan beralih memeluk mazhab Syiah.

Menurut laporan IQNA, Zeinab Havir dari Filipina lahir di sebuah keluarga Kristen, tetapi setelah penelitian dan studi yang ekstensif, ia menjadi sadar akan kebenaran agama Islam dan beralih ke agama ini dan memeluk mazhab Syiah. Dia saat ini aktif di bidang memperkuat ikatan budaya antara kedua negara Iran dan Filipina, serta memperkenalkan agama Islam dan mazhab Syiah kepada masyarakat negara ini.

Zeinab Havir juga seorang sarjana Filipina. Dalam pembicaraannya dengan IQNA, menjelaskan bagaimana kemualafan dirinya, menjelaskan sejarah kehadiran Islam di negaranya dan hubungan antara dua bangsa Iran dan Filipina. “Saya dilahirkan di sebuah keluarga Kristen. Ayah saya seorang Katolik dan ibu saya seorang Protestan dan mereka memilihkan nama Maria Pamela untuk saya,” ucapnya.

Saya menghabiskan sekolah saya di sekolah Katolik di Filipina, tetapi di masa muda, saya belajar pelbagai agama dan setelah saya menemukan bahwa ajaran agama Kristen tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani saya, setelah penelitian panjang tentang Islam, saya beralih ke agama ini sekitar 30 tahun yang lalu.


Agama yang Percaya dengan Wahyu

Dia menambahkan: "Setelah belajar, saya menemukan bahwa Islam percaya dengan wahyu melalui sumber surgawi dan 124.000 nabi telah diutus oleh Allah untuk membimbing umat manusia dan agama ini mengakui agama samawi lainnya. Kemudian, saya berkenalan dengan para mubaligh Syiah dan saya ikut berdakwah.

Dia lebih lanjut mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya, yang telah mendukungnya untuk bebas memilih agama. "Alhamdulillah, sekarang empat dari delapan keluarga kami adalah muslim,” ucapnya.


Kegiatan Budaya

Zeinab Havir, seorang peneliti dan anggota Himpunan Persahabatan Perempuan Iran dan Filipina, dan markas "Perempuan Muslim untuk Perubahan", mengatakan: “Tujuan dari himpunan ini adalah untuk memperkuat ikatan budaya antara dua bangsa Filipina dan Iran; sejak tahun 1962 hubungan diplomatik telah dimulai di antara kedua negara, tetapi kami akan memperdalam hubungan ini dengan kedua himpunan ini melalui kerjasama budaya.”

Dia menambahkan, kedua lembaga tidak membatasi dirinya pada lingkup perempuan semata dan dalam aktifitas seperti simposium, seminar dan pameran, baik perempuan, serta laki-laki adalah audiennya dan mendapat sambutan dari kesemuanya.


Havir percaya bahwa baik masyarakat Iran dan Filipina percaya pada Allah dan ini adalah titik terbesar persamaan. Selain itu masyarakat Filipina, seperti orang Iran, peduli terhadap keluarga, menurutnya tujuan utama dari kedua lembaga ini adalah mengenalkan masyarakat kedua negara dengan kesamaan intelektual dan budaya satu sama lain.


Sejarah Islam di Filipina

Perempuan Filipina, dengan mengisyaratkan latar belakang sejarah Islam di negaranya, menekankan: secara historis, umat Islam telah hadir di Filipina sebelum orang-orang Spanyol datang ke Filipina pada abad ketujuh belas. Filipina dijajah oleh Spanyol dan Amerika Serikat dan dijajah sebentar oleh Jepang, tetapi Islam berakar di sini. Pada abad ke-15, ketika umat Islam tiba di negara itu, penduduk pribumi mengambil budaya mereka dan mampu menciptakan organisasi dan lembaga serta menjalin hubungan politik dengan negara lain, misalnya, dengan China dan Indonesia dalam hubungan politik dan bisnis, karenanya, saat orang-orang Spanyol datang ke negara ini, mereka kagum akan adanya organisasi-organisasi ini dan teringat dengan masa Islam di Spanyol. Dengan datangnya pendudukan Spanyol, orang memiliki dua pilihan, mereka dipaksa menganut Kristen dan atau terbunuh.

Dia menyatakan, Ada banyak kisah dimana mayoritas masyarakat bertaqiyah, tetapi masalahnya adalah generasi berikutnya tidaklah demikian.

Muslim yang tidak ingin berganti agama harus berjuang. Karenanya banyak yang terbunuh atau terpaksa pergi ke selatan untuk melanjutkan perlawanan. Ketika orang Amerika tiba di Filipina pada separuh pertama abad ke-20 dan orang-orang Spanyol menyerah kepada mereka, mereka takut akan perlawanan rakyat. Terjadi perang besar antara Muslim Selatan dan Amerika. Tetapi ketika kita melihat sejarah Filipina, pembahasan hanya ada di bagian utara negara dan tidak ada peristiwa-peristiwa tentang selatan. Dengan cara ini, para penjajah berusaha menjauhkan masyarakat satu sama lain.


Zeinab Havir mengatakan: “Padang Karbala" adalah sebuah wilayah di Marawi, di mana terjadi perang sengit antara muslim Moro dan Amerika, banyak pejuang muslim yang gugur dalam perang ini, tetapi tidak dalam tugu peringatan resmi, bahkan generasi baru tidak tahu banyak tentang hal ini. Mereka yang memegang kekuasaan menggunakan ketidaktahuan ini.”

Ironisnya, ada ungkapan yang marak di antara non-Muslim yang mengatakan bahwa Muslim yang baik adalah Muslim yang sudah mati; telah menyebarkan mentalitas ini di antara mereka. Orang-orang tidak tahu bahwa nenek moyang mereka adalah orang-orang yang beragama Islam.


Perjalanan Pertama ke Masyhad

Zeinab Havir memiliki kenangan yang mengesankan dari perjalanan pertamanya ke Masyhad. "Perjalanan pertama saya ke Masyhad adalah kebetulan, yaitu tanpa perencanaan sebelumnya," katanya. “Saya telah datang untuk berpartisipasi dalam konferensi Mahdisme. Konferensi itu di Teheran dan kami harus pergi ke Shiraz untuk menghadiri konferensi lain tentang Imam Mahdi (af). Ketika saya berada di bus, saya bertemu dengan keluarga Saudi yang berencana untuk melakukan perjalanan ke Masyhad, tetapi masih belum mendapatkan tiket untuk pergi ke Masyhad karena hari-hari sibuk pada bulan Syakban dan mereka sangat kesal. Sang ibu dari keluarga tersebut bertanya “Apakah kamu pernah pergi ke Masyhad?” Saya bilang belum. Ketika kami tiba di hotel, ia memberi salam kepada Imam Ridha (as) seusai salat Dhuhur. Saya berkata kepada diri sendiri bahwa ini adalah ketiga kalinya saya datang ke Iran dan saya tidak pergi menziarahi Imam (as).

Dia melanjutkan, "Setelah beberapa menit, ibu tersebut bergegas lari dan bergembira menemui saya dan berkata, " Kami akan ke Masyhad dan Anda harus datang." Saya bilang tidak, terima kasih saya tidak bisa datang. Mungkin saya akan pergi lain waktu. Dia bilang kamu harus datang! Sekarang putra saya menelepon dan mengatakan ada dua kursi kosong yang tersedia untuk Masyhad, dan jika Anda tidak berangkat, mungkin akan kehilangan tempat duduk. Dia mengatakan supaya tidak khawatir tentang pembayaran pesawat dan hotel. Di sisi lain, saya memberitahu dewan rombongan kalau kami juga ingin pergi ke Masyhad tetapi kami tidak menemukan hotel yang kosong. Saya menerima ini dan itu sangat menarik dan mirip sebuah keajaiban.


Kriteria Menarik Masyarakat Iran

Zeinab Havir di penghujung cerita menyebut cinta kepada Ahlulbait (as) merupakan kriteria paling menarik dari masyarakat Iran. “Kecintaan yang mendalam kepada Ahlulbait (as) adalah hadiah dari Allah kepada rakyat Iran; di Masyhad, saya melihat bahwa setiap orang dengan sukarela ingin mengabdi dan ini merupakan bukti cinta dan hasrat mereka kepada Ahlulbait (as). kalian memiliki Imam Khomeini (ra), kalian mencintai Alquran dan mencintai al-Qurba dan ini berdasarkan hadis Tsaqolain.”


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Sejarah Singkat MWCNU Riyadh


Oleh: Vinanda Febriani

Berawal dari keprihatinan seorang Abdul Malik An-Namiri atau yang sering disapa Guslik melihat para Exspatriat/WNI yang berada di Riyadh, yang mana mayoritas berlatar-belakang keagamaan Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah An-Nahdliyyah, namun banyak diantara mereka yang terjangkit virus ideologi wahabi sehingga Guslik merasa prihatin jika tidak ada solusi bagi saudara-saudara disana.

Tepat bulan Januari tahun 2016, Guslik beserta relawan NU Riyadh bergerak nyata dengan memberanikan diri meminta izin kepada PCINU Arab Saudi untuk mendirikan Majelis Wakil Cabang NU Riyadh. Setelah mendapat izin, para relawan bergerak sigap membentuk susunan lembaga kepengurusan.

Februari 2016, MWCNU Riyadh mendapat SK resmi dari PCINU Arab Saudi. Hal ini tentu saja menjadikan pengurus MWCNU Riyadh makin semangat mensosialisasikan bahwa NU memiliki prinsip mengayomi dan membimbing pada masyarakat luas, sehingga ritual-ritual ke-NU-an berjalan lancar.

Akan tetapi terbentuknya MWCNU Riyadh tak semulus apa yang diharapkan. Ada beberapa hambatan perjuangan yang harus dihadapi bersama, salah-satunya adalah munculnya kelompok tandingan yang mengaku bahwa mereka NU Garis Lurus/NU GL. Namun hal ini tentu tidak menyurutkan kobaran api semangat pengurus MWCNU Riyadh, semua hambatan itu disikapinya dengan bijak sehingga suasana tetap aman, nyaman dan kondusif.

Saat dihubungi melalui WA oleh penulis, Guslik menyatakan bahwasanya pengurus MWCNU Riyadh merasa bahagia dan bersyukur kepada Allah karena sampai saat ini, hubungannya dengan beberapa ormas di Riyadh sangat baik, bahkan dengan Islamic Center sangat terjaga keharmonisannya. Sehingga kegiatan-kegiatan keNUan MWCNU Riyadh seperti majlis ta’lim, tadarus Al-qur’an, istighastahan berjalan dengan lancar. Hampir setiap kegiatan MWCNU Riyadh, dihadiri oleh Dubes RI untuk Arab Saudi dan pejabat-pejabat KBRI Riyadh.

Sumber: Wawancara Guslik Via WA

(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Musibah Para Jamaah Haji Pakistan Pada Musim Haji


Qari Abdul Rahman, menunjukkan bahwa Haji bukan hanya ibadah pribadi. Ia mengatakan, Haji memiliki dampak pribadi dan sosial, tapi sayangnya di Pakistan sedikit sekali di perhatikan, karenanya Pakistan tidak memiliki perwakilan syar’i di Arab Saudi dan ini adalah salah satu masalah haji jamaah kami.

Qori Abdur Rahman, imam jamaah, cendekiawan Ahlusunah dan ketua agenda dan rombongan Pakistan saat wawancara dengan IQNA terkait kedudukan haji dalam Islam mengatakan, haji dalam agama Islam memiliki kedudukan yang sangat istimewa.

“Dalam hadis dan Alquran, telah ditekankan bahwa agama Islam didasarkan pada lima rukun, salah satunya adalah menunaikan haji dan karenanya umat Muslim Pakistan juga tertarik dengan haji,” imbuhnya.

Cendekiawan Pakistan menyatakan: “Menurut program dan kesepakatan antara Pakistan dan Arab Saudi, 180.000 jamaah haji dikirim ke Arab Saudi setiap tahunnya”.

Dia menekankan cara-cara memperkenalkan kedudukan haji kepada generasi mendatang. Kita harus memperkenalkan teks-teks haji supaya diketahui oleh generasi mendatang, tetapi sayangnya ini telah diabaikan.


Tidak Adanya Perwakilan Syar’i Haji di Arab Saudi

Qari Abdul Rahman menggambarkan Haji sebagai kesempatan untuk mempraktikkan pelepasan dari makhluk dan bergerak menuju haq dan mengatakan: Haji tidak hanya sekedar melakukan sa’i dan Shafa dan Mina semata, namun memiliki dampak individu dan sosial, tapi sayangnya di Pakistan masalah ini kurang terlihat. Oleh karena itu, Pakistan tidak memiliki perwakilan syar’i yang membimbing para Jamaah haji dan Departemen Agama hanya bertanggung jawab untuk mengirim haji, tidak lebih.



Hari-Hari Haji, Kesempatan Terbaik untuk Kebangkitan dan Persatuan Umat Islam

Mengacu pada dampak dan berkah haji, ia berkata: para jamaah Baitullah al-Haram harus menggunakan persatuan dan kebangkitan selama hari-hari ini, tetapi masalah ini terabaikan karena metode praktisi haji di Arab Saudi.

Qari Abdul Rahman melanjutkan, bahkan non-Muslim di Pakistan mengetahui bahwa kita tidak dapat menggunakan haji dengan benar, sementara Haji menyiapkan kesempatan terbaik bagi kita.

Menanggapi pertanyaan tentang bagaimana orang Pakistan merasa nyaman dengan haji, dia berkata: “Sayangnya, urusan haji tidak diatur dan tidak dilaksanakan dengan benar karena pihak berwenang tidak percaya pada perkara besar dan suci ini”.



Acara Sambutan Para Jamaah Haji/ Buah Tangan Jamaah Haji

Imam Jumat, terkait adat istiadat dan acara haji di Pakistan mengatakan: "Orang yang melaksanakan Haji dan Umrah adalah tamu Allah, jika mereka meminta, Allah akan mengabulkannya, jika mereka berdoa, Allah akan mengijabahkannya; karena itu, dalam menyambut para Jamaah haji, sanak famili, penduduk setempat dan kenalan Haji pergi ke rumahnya dengan buket bunga. Sebaliknya, para jamaah haji juga selain menyambut mereka juga mengadakan walimah, memberi air zamzam, tasbih dan korma kepada mereka.


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kisruh Data Kemiskinan: Kepala BPS Blak-blakan Buka Data


Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto blak-blakan soal data dan fakta angka kemiskinan di Indonesia. Angka kemiskinan di Indonesia saat ini sudah turun ke level 9,82% atau setara 25,95 juta orang.

Namun usai BPS merilis data kemiskinan per Maret 2018 tersebut banyak kalangan yang menilai bahwa angka tersebut tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Bahkan mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun menyebutkan orang miskin di Indonesia jumlahnya sekitar 100 juta orang.

Berikut petikan wawancara lengkap Suhariyanto dengan detikFinance, Jumat (10/8/2018).

BPS Suhariyanto Foto: Rengga Sancaya

Kemarin sempat heboh soal angka kemiskinan, kalau data BPS sendiri bagaimana?

BPS menghitung angka kemiskinan itu sudah lama sekali, tepatnya sudah sejak 1976, metodologi yang diterapkan tetap sama yaitu menggunakan basic needs approach yaitu metodologi kebutuhan masyarakat. Perlu dijadikan catatan metodologi ini bukan dibuat oleh BPS, kita mengacu dari manual internasional dalam hal ini bisa dilihat handbooks poverty inequality yang diterbitkan oleh world bank.

Jadi metodologinya sama sejak 1976 sampai sekarang, tetapi pada 1998 ketika terjadi krisis metode itu kita sempurnakan untuk cakupan komoditasnya, jadi metodologinya siapapun presidennya tidak pernah berubah.

Dengan menggunakan metodologi ini kalau kita lihat tahun 1976 persentase penduduk miskin itu tinggi sekali 40% kemudian turun pelan-pelan pada tahun 1996 sempat turun menjadi 11,3%, tetapi ketika terjadi krisis ekonomi inflasi sangat tinggi sekali, persentase orang miskin meningkat lagi menjadi 24%.

Sesudah itu pelan-pelan turun, lalu untuk beberapa tahun juga ada kenaikan, misalnya 2006, lalu turun lagi sampai terakhir BPS merilis datanya posisi Maret 2018 di mana angka kemiskinan persentasenya 9,82% atau 25,95 juta orang.

Yang kemarin kemungkinan menimbulkan debat, memang ini pertama kali persentasi kemiskinan memasuki satu digit. Sebelumnya selalu di atas 10%, untuk pertama kalinya persentase kemiskinan 9,82%.

Kepala BPS Suhariyanto Foto: Rengga Sancaya

Bagaimana BPS untuk meluruskan kritikan-kritikan yang ada, misalnya menyangkut kebenaraan data BPS?

Saya kira polemik itu timbul karena mereka kurang memahami metodologi yang kita gunakan, ketika kita mengintrepretasikan data seharusnya kita pahami dulu metodologinya kemudian bagaimana cara menghitungnya, seberapa banyak sample, jadi yang dilakukan BPS adalah berupaya menjelaskan kepada masyatakat lewat berbagai media, bisa dilihat teman-teman BPS aktif menulis entah di berbagai harian dalam bentuk opini berupaya menjelaskan. Saya juga sering muncul di mana-mana menjelaskan, mengklarifikasi apa yang dimaksud metode kebutuhan dasar. Tentunya ke depan sosialisasi itu perlu digencarkan.

Karena perlu dipahami, kemiskinan itu multidimensional masalah yang kompleks sekali, untuk mengukurnya juga banyak ukuran yang digunakan. Tetapi BPS memilih metode kebutuhan dasar karena itu mengacu guidance internasional juga digunakan di banyak negara berkembang, di Vietnam, India, Thailand menggunakan metode yang sama.


Apa perlu BPS menggunakan indikator baru, dan apakah ada indikator lain untuk menghitung angka kemiskinan?

Ada, kalau kita menghitung kemiskinan ada relatif dan ada kemiskinan absolut. Yang digunakan BPS atau World Bank itu adalah kemiskinan absolut, dalam hal ini kita mengukur garis kemiskinan, garis kemiskinan itu berbeda-beda, ada yang namanya kemiskinan relatif itu katakan bisa diambil dari rata-rata pendapatan per kapita kemudian ditentukan di bawah pendapatan per kapita tersebut, tetapi kalau itu dipilih berarti persentase kemiskinan itu selalu ada, jadi dia relatif bahwa negara ini maju pendapatan per kapitanya naik, penduduk miskinnya akan mengikuti ke sana.

Ada juga multi dimensional poverty indeks, di sini kemiskinan di ukur dari 3 sisi dari sisi pendidikan, sisi kesehatan, kemudian dari sisi hidup layak. Masing-masing sisi ini memiliki kelebihan dan kekurangan, apakah BPS mengukur dengan metode lain, kita pernah menerbitkan sebuah buku multi dimensional poverty ini, khusus untuk sektor pertanian, bisa di donwload di web BPS, tetapi bukan tidak ada kritikan kalau pakai metodologi tersebut, karena metodologi ini memiliki kelemahan, jadi masing-masing metodologi memiliki kelebihan dan kekurangan, yang jelas mengeluarkan data kemiskinan selama metodologi tidak pernah diubah sejak 1976, itu artinya siapapun presidennya sama, kecuali kalau misalnya di jaman Pak Jokowi mengubah metode, itu boleh saja secara akademis dipertanyakan, tapi kalau metodologi tetap sama harusnya bisa diterima semuanya, karena tidak ada yang berubah.


Kalau soal debat kemarin, ada yang bilang juga kalau 5 tahun terakhir angka kemiskinan meningkat, itu sebenarnya gimana angkanya?

Kalau kita lihat angka 5 tahun terakhir coba saya ambil posisi ketika Pak Jokowi menjadi Presiden itu adalah Oktober 2014, mungkin yang paling tepat adalah yang kita gunakan adalah angka kemiskinan pada Maret 2015, pada maret 2015 tersebut persentasi penduduk miskin itu sebesar 11,2% itu setara 28,06 juta, dari sana pelan-pelan turun, sehingga pada posisi Maret 2018 itu posisinya 9,82% jadi dari 11,2% ke 9,82%, dengan menggunakan data BPS ini persentase penduduk miskinnya turun, atau kalau menggunakan data World Bank juga menunjukkan kalau 5 tahun terakhir penduduk miskin di Indonesia turun.


Kalau secara garis lurus sejak 1976 itu sebetulnya turun, cara yang diterapkan pemerintah Jokowi apa?

Sebetulnya pemerintah sekarang membuat program kemiskinan itu dari berbagai sudut. Tadi saya sudah sebutkan bahwa yang namanya kemiskinan itu multi dimensional, harus disentuh dari berbagai sisi tidak bisa hanya satu kebijakan, karena itu Pak Jokowi menggunakan 3 pilar untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan. 3 pilarnya adalah di pilar 1 yang harus dikerjakan adalah pembangunan infrastruktur, pembangunan infra itu bukan hanya jalan tol dan sebagainya tetapi juga infrastruktur dasar misalnya sekolah, sanitasi, dan sebagainya itu menjadi keharusan, di pilar itu juga dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas artinya sektor yang banyak menyerap tenaga kerja seperti pertanian, industri idealnya tumbuh bagus sehingga dia bisa mengeluarkan orang dari kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja.

Di pilar 2 yang dikerjakan Bapak Presiden adalah sosial inklusi. Kita harus memberi kesempatan penduduk bawah, tidak hanya miskin tapi juga rentan miskin untuk memiliki kesempatan yang sama mengakses pendidikan, kesehatan, sanitasi dasar, bentuknya apa seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Satu lagi di pilar ketiga, itu adalah jaring pengaman sosial itu perlu, di negara seperti Amerika pun perlu jaring pengaman sosial, bentuknya apa seperti Rastra, atau PKH, masih ada tambahan lagi dengan mengucurkan dana desa dengan harapan dana desa itu digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga pemberdayaan. Jadi kalau dilihat sebetulnya skema kebijakan yang dilakukan pemerintah banyak sekali, dan itu langsung berinteraksi menyebabkan persentase penduduk miskinnya pelan-pelan turun sehingga menjadi 9,82%.

Kemiskinan di Indonesia Foto: Pradita Utama

Upaya ini apakah beda dengan pemerintahan sebelumnya?

Kalau dilihat beda, ada yang sama ada yang berbeda. Misalnya kalau orde baru ada yang namanya inpres desa tertinggal, pemberian dana kepada desa di mana di sana ditunjuk koordinator yang menggerakkan, dana desa mirip ke sana tetapi sekarang ini jauh lebih masih dalam bentuk jumlah desanya, jumlah dananya. Program Rastra sudah ada sejak jaman Pak SBY, sekarang juga ada tetapi sekarang ini banyak sentuhan baru, misalnya ada switching dari program rastra menjadi BNPT, BNPT ini diberikan dalam bentuk paket kombo di mana setiap keluarga diberikan uang Rp 110.000 untuk beli beras dan telur. Kenapa diubah menjadi BNPT agar yang diterima tetap utuh karena dia ditransfer langsung ke rekening masing-masing.

Kemudian sentuhan lain, penggunaan dana desa itu juga berbeda, kemudian ada penajaman program, jadi ada program yang mirip tetapi ada juga program yang baru.

Kemarin juga mantan presiden Pak SBY bilang kalau angka kemiskinan jumlahnya 100 juta orang, terakhir Maret 25 juta, sebenarnya bagaimana? Apakah 100 juta orang ini juga termasuk orang yang rentan miskin?
Saya tidak tahu persis data yang digunakan beliau itu dari mana, tetapi pada saat beliau menjadi presiden juga menggunakan data BPS, jadi kalau menggunakan data BPS persentasi penduduk miskin saat ini adalah 9,82% setara dengan 25,95 juta orang, kalau kita pakai data World Bank, perlu diketahui World Bank itu mengukur kemiskinan juga menggunakan garis kemiskinan, tetapi tujuannya berbeda, kalau world bank ingin membandingkan angka kemiskinan antar negara, seluruh negara diukur dengan garis kemiskinan yang sama untuk melihat progres di masing-masing negara.

Nah garis kemiskinan digunakan World Bank itu namanya US$ purchasing power parity (PPP) atau varitas daya beli, bukan nilai tukar yang resmi Rp 14.400. Jadi World Bank membuat metode mengukur itu kalau kita lihat pada 2016 US$ 1 PPP itu sebesar Rp 4.985 bisa dilihat, kalau saya estimasi 2018 itu setara dengan Rp 5.300 setara US$ 1 PPP. World Bank mennggunakan batasannya untuks ekstrem poverty itu adalah US$ 1,9 PPP, dengan menggunakan batsan ini bisa dicek di web World Bank persentase penduduk miskin di Indonesia yang berada di bawah US$ 1,9 purchasing power parity itu setara dengan 6,5%, itu kalau dikalikan dengan jumlah penduduk itu ada sekitar 17 juta.

Tetapi kalau yang dimaksud dengan 40% lapisan ke bawah ini perlu saya jelaskan bahwa World Bank membagi lapisan penduduk menjadi 3 lapisan, 40% lapisan bawah, 40% lapisan menengah, 20% lapisan ke atas. 40% lapisan ke bawah itu harus menjadi perhatian pemerintah di manapun, di Amerika harus, di Indonesia harus. Kenapa? Karena 40% ini dikategorikan rentan, kalau kita bicara 40% ya memang jumlahnya kalau dikalikan jumlah penduduk jumlahnya sekitar 105 juta, tetapi 40% itu bukan miskin, itu perlu mendapat perhatian iya, yang miskin ada di bawahnya lagi.

Nah apakah pemerintah memberikan perhatian kepada yang 40%, jawabannya iya, karena kalau kita lihat misalnya rastra itu tidak hanya dibagikan kepada penduduk miskin, tetapi penduduk yang hampir miskin, bisa dicek jumlah rastra itu awalnya 15,5 juta rumah tangga, kalau diambil rata-rata anggota rumah tangga 4 saja itu sudah 64 juta.


40% kelompok bawah itu berarti beda dengan garis kemiskinan?

Betul


Yang sekitar Rp 401 ribu itu, bisa dijelaskan? Karena kan kemarin juga sempat heboh, bahkan ada yang membaginya 30 hari sehingga dapat angka Rp 13.000?

Sebetulnya tidak begitu, tadi saya bilang bahwa metodologi yang digunakan BPS itu adalah metode kebutuhan dasar mengacu kepada. Handsbooknya World Bank, digunakan di mana saja di Vietnam digunakan, Thailand, Filipina, jadi dengan metode itu kita harus menghitung sebuah garis kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan yang lalu-lalu, kemudian dipertimbangkan garis inflasi.

Garis kemiskinan itu bisa dipilah menjadi dua, makanan dan non makanan, komoditasnya sudah ditentukan. Garis kemiskinan BPS terakhir itu adalah Rp 401.220 per kapita per bulan, bukan per rumah tangga. Kalau orang membagi 401 ribu di bagi 30 dapatnya 13.000, tapi bukan begitu.

Perlu disadari bahwa anggota rumah tangga miskin itu jauh lebih besar dibandingkan anggota rumah tangga yang tidak miskin. Biasanya kalau yang miskin anggotanya lebih banyak, jadi kalau saya ambil rata-rata untuk Indonesia itu rumah tangga miskin itu adalah 4,6, jadi anggota miskin punya anak 2-3 orang bahkan sampai 4. Dengan mengalikan itu kita bisa mendapatkan feelnya bahwa garis kemiskinan BPS 401 ribu per kapita per bulan kalau saya kalikan dengan jumlah anggota keluarga itu setara dengan Rp 1,8 juta per bulan. Itu saya ngomongin Indonesia secara rata-rata.

Tetapi perlu disadari bahwa garis kemiskinan itu dibuat berbeda-beda antar provinsi, di DKI itu termasuk yang tinggi, garis kemiskinan di DKI itu Rp 593.000 per kapita perbulan, kalau saya kalikan dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangganya garis kemiskinan adalah Rp 3 juta, Rp 3 juta bukan hal yang kecil karena untuk mencari penghasilan Rp 3 juta untuk lapisan bawah itu tidak mudah. Saya ambil contoh lagi di NTT, itu dengan garis kemiskinan yang ada dikalikan jumlah anggota keluarga yang ada itu batasannya adalah Rp 2,1 juta perbulan. Jadi bukan Rp 401 di bagi 30 hari tetapi coba dipikirkan kalau itu dikalikan anggota rumah tangga jadi lebih mudah membayangkannya, Rp 1,8 juta untuk Indonesia, Rp 3 juta untuk DKI, Rp 2,1 juta untuk NTT, bukannya kecil.

Kedua, bahwa angka Rp 401 ribu dikonversi ke metodologi World Bank yang US$ PPP Rp 401 ribu itu setara dengan US$ 2,5 Purchasing Power Parity, World Bank tadi menggunakan batasan ekstrem parity US$ 1,9 jadi kita lebih tinggi batasannya. Jadi kalau ada yang mengimpretasikan Rp 401 ribu dibagi 30, ya nggak begitu.

Perlu membayangkan kalau ini diangkat ke rumah tangga, di manapun garis kemiskinan itu selalu per kapita. Saya ingin memberikan feel bahwa kalau rumah tangga itu garis kemiskinannya Rp 3 juta itu kecil atau tidak.

Seperti saya bilang tadi pemerintah banyak sekali melakukan perubahan program, ada bansos, ada rastra, ada dana desa, ada KIS, KIP, BPS tidak bisa memilah ini disebabkan oleh apa, karena seluruh program ini saling berinteraksi saling memperkuat bersama akan menurunkan kemiskinan.

Ttapi memang salah satu indikator pada triwulan I ini karena Bansos atas instruksi presiden itu lebih di jaga penyalurannya, kalau dilihat pesejak Januari-Maret penyaluran atas instruksi presiden rastra itu harus dibagikan rata sampai Januari-Desember, kalau ada yang bilang Maret tidak begitu, bisa dicek di bulan maret, jadi idealnya bantuan itu tidak terlambat, bantuan rastra ini berupa 15 kg beras. Ini penting sekali, karena salahs atu faktor yang mempengaruhi garis kemiskinan salah satunya itu adalah harga beras, peran beras pada garis kemiskinan itu kalau dikota sekitar 21%, di desa itu 26%, jadi dengan bantuan rastra itu betul-betul bermanfaat, tapi kalau ditanya berapa manfaatnya berapa persen tidak bisa, karena ini saling.


Kalau untuk target angka kemiskinan sampai 2019 berapa?

Saya lupa, tapi sekitar 8-8,5%,


Selain bansos, ada upaya lain pak?

Itu tadi saya sampaikan pemerintah membangun infrastruktur dengan harapan konektivitas antar daerah akan terbuka, kalau konektivitas ini terbuka berarti perdagangan antar wilayah itu lebih gampang, cost of production akan turun, harga di konsumen akan turun, inflasi akan terjaga.

Pemerintah juga berupaya mensosialisasikan sosial inclution supaya penduduk yang di bawah, yang pendapatannya pas-pasan bisa menikmati pendidikan lewat KIP. Bisa menikmati kesehatan lewat KIS, pada saat yang sama dana desa digulirkan untuk menggerakkan supaya ekonomi di desa bergeliat dalam bentuk produktif, sehingga memberdayakan orang miskin, juga ada sosial safety net dalam bentuk rastra, dan bentuk lainnya.

(Detik-Finance/Fokus-Today/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Kader PKS Blak-blakan Ungkap Adanya “Operasi Intelijen” di Tubuh PKS


Mahfudz Siddiq, kader Partai Keadilan Sejahtera, blak-blakan kepada Tirto mengenai konflik internal di partainya. Muasalnya sejak Agustus 2015 ketika partai yang semula bernama Partai Keadilan ini mengganti Hilmi Aminuddin sebagai Ketua Majelis Syuro.

Upaya pembaharuan yang diinisiasi oleh Anis Matta menjadi bumerang. Ada upaya menyingkirkan Anis dan para loyalisnya menjelang pemilihan presiden 2019, menurut Mahfudz. Indikasinya, muncul surat edaran bertandatangan Presiden PKS Sohibul Iman dilampiri dua formulir yang meminta loyalitas legislator pada partai.

Dua formulir ini meminta para legislator, baik di parlemen daerah dan pusat, bersedia diganti sewaktu-waktu dan mengundurkan diri dengan tanggal kosong. Kedua surat ini mengikat karena harus ditandatangani dengan cap materai.

Pada saat konflik internal mencuat, beredar dokumen berjudul “Mewaspadai Gerakan Mengkudeta PKS” tanpa jelas siapa pembuatnya. Dokumen ini dibuat pada 25 Maret 2018 dan sudah menyebar ke para petinggi PKS. Dokumen ini berisi paparan modus kerja gerakan mengkudeta PKS oleh Anis Matta dan bagaimana menanggulangi gerakan tersebut.

“Orang-orang yang disebut sebagai loyalis Anis Matta ini banyak yang menjadi petahana di DPRD,” kata Mahfudz, yang juga lingkaran Anis Matta. “Kebanyakan basis sosialnya kuat, karena mungkin sudah dua kali masa jabatan.”

Mahfudz sendiri adalah kader potensial PKS yang akhirnya dicoret dari daftar caleg PKS yang diajukan ke Komisi Pemilihan Umum, Selasa kemarin. Ia sudah hampir 15 tahun menjadi anggota DPR. Nama Mahfudz tidak lagi tercatat sebagai caleg PKS meski ia tidak pernah menyatakan mengundurkan diri.

Menurutnya, pembersihan kelompok Anis Matta dilakukan oleh DPP PKS lewat unit intelijen PKS yang dikembangkan oleh Suripto, mantan anggota Badan Intelijen Negara didikan Benny Moerdani.

“Ustaz Hilmi Aminuddin memang memperkuat unit intelijen yang dibuat oleh Pak Suripto,” kata Mahfudz. “Kebetulan saya tujuh tahun di Komisi I, mitranya orang BIN, jadi paham.”

Berikut petikan wawancara Mahfudz Siddiq saat bertandang ke redaksi Tirto pada 17 Juli 2018. (Mahfudz datang ke Tirto saat bikin janji dengan reporter Tirto Mawa Kresna. Kresna menawarkannya sekalian datang ke kantor Tirto ketika Mahfudz berkata janjian wawancaranya di sekitar Kemang. Wawancara ini berselang bersama reporter Tirto Arbi Sumandoyo, Akbar Wijaya, dan Husein Abdulsalam.)


Ada yang ingin kami konfirmasi mengenai gejolak di internal PKS. Apa yang sesungguhnya terjadi?

PKS itu lahir dari tuntutan Reformasi 1998. Saya sejak 1997 sudah terlibat. Sebagai respons dari gelombang reformasi yang dimotori orang-orang muda. Ada Fahri Hamzah juga. Dan, semangatnya melawan otoritarianisme dan menyebarkan benih demokrasi.

Cuma dalam perjalanan PKS selama 20 tahun, PKS malah menjadi organisasi otoriter baru dan menurut saya, bukan hanya merugikan PKS . Dari segi partai politik, PKS termasuk partai papan atas dari partai-partai Islam lain. PKS tertinggi suaranya. Artinya PKS termasuk parpol papan tengah dan boleh dibilang tertinggi dan paling besar dari parpol Islam.

Ide kami adalah membangun partai—ide dengan beberapa teman seperti Fahri Hamzah dan Pak Anis Matta—begitu gerakan dakwah Islam tumbuh pada era 1980-an.

Ketika PKS muncul, semula bernama Partai Keadilan, parpol ini menjadi salah satu yang memimpin modernisasi Islam. Kira-kira pemikirannya: semua aspirasi Islam yang dimotori orang-orang muda, dimotori ide-ide Islam transnasional, punya kanalisasi institusi lewat PKS. Modernisasinya terletak di situ; mengadopsi demokrasi, mengadopsi negara dan seterusnya. Sehingga tidak ada yang namanya Hizbut Tahrir, garis demarkasi antara Islam dan negara. Tidak ada Salafi yang anti-demokrasi dan bahkan berpolitik itu haram.

Cuma memang tampaknya proses modernisasi di PKS tidak berjalan. Dan sekarang malah terjadi gejala-gejala kemunduran. Ini malah menarik bagi saya sendiri bahwa PKS mundur pada konservatisme. Tema ini memang terlalu berat untuk kader PKS.

Tapi bagi Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah PKS, pendekatannya bukan rasionalisasi pusat, tapi doktrin, harus taat. Kami akhirnya cuma cari calon yang taat, kok. Surat dari DPP beserta formulir ketaatan itu menunjukkannya: yang enggak mau taat, ya mundur. Maka, yang dilakukan adalah stigmatisasi: “Yang mundur adalah yang tidak taat kepada pimpinan, tidak taat kepada organisasi.”


Kami mengonfirmasi kepada caleg-caleg yang mundur, sebagian besar beralasan karena ini berkaca pada kasus Fahri Hamzah?

Motif mungkin. Mereka (DPP) mungkin punya pengalaman traumatis, misalnya bahkan diledekin sama Ruhut Sitompul, “PKS mau ganti presiden, ganti Fahri Hamzah aja enggak bisa.” Mungkin DPP belajar, jangan sampai ke depan ada preseden misalnya bahwa PKS itu terbelah antara kubu Pak Anis Matta dan yang bukan. Nah, orang-orang yang disebut sebagai loyalis Anis Matta ini banyak yang menjadi petahana di DPRD dan kebanyakan basis sosialnya kuat.

Saya berkata “mungkin”, baru dugaan, karena belum ada penjelasan dan lain sebagainya dari DPP. Ada preferensi atas kasus Fahri Hamzah dan DPP PKS. Surat pernyataan itu pun bisa menjadi novum, yang kalau digugat ke pengadilan, surat itu lemah.


Apakah tidak sayang dengan suara PKS pada 2019, mungkin akan anjlok?

Ini persoalan prinsip mengenai kebijakan mengelola organisasi. Kalau menyetujui dengan tandatangan formulir bersedia diganti sewaktu-waktu dan mengundurkan diri, artinya menjustifikasi kebijakan yang salah. Ini sama saja membuka kesalahan keempat, kelima, dan seterusnya. Ini secara moral politik lemah.

Ada juga perhitungan: konstituen mau dikemanakan? Contoh NTT, provinsi yang minoritas muslim, PKS bukan hanya punya basis massa, yang tercermin dalam kursi di DPRD, tapi mendapat penerimaan secara sosial dari kelompok-kelompok masyarakat Nasrani. Ini jadi pertimbangan bagi kader yang memilih mundur. Proses memelihara basis massa bukan setahun atau dua tahun, bukan sekali atau dua kali Pemilu. Konstituen ini memilih karena prinsip.


Bagaimana dengan Anis Matta?

Pak Anis memang tidak mau banyak bicara, ya. Dia tidak mau memberikan pernyataan di media. Karena apa? Akan direspons secara negatif oleh pimpinan PKS saat ini. Karena pernyataan Anis yang sedang ditunggu mereka. Sehingga saat ada satu saja statement dari Pak Anis, pimpinan PKS saat ini bisa berkata, “Tuh, aktor utamanya sudah bicara.” Membangun persepsi bahwa situasi konflik di PKS ini karena Anis Matta.


Bagaimana komunikasi Anis Matta di internal partai?

Saya berpandangan, biarkan dinamika ini dibicarakan langsung, dijelaskan langsung oleh pihak-pihak yang terlibat di lapangan. Caranya lewat data dan fakta, bukan penilaian, bukan opini.


Berarti, siap tenggelam bareng pada Pemilu 2019?

Saya sih tidak mau karena saya ikut membangun partai ini.


Caranya tenggelam bareng?

Ya tidak tenggelam bareng. Dalam Islam itu ada namanya ruqyah. Cuma kita belum tahu, yang sakti hantunya atau ayat kursinya (tertawa).


Sebenarnya, apakah ada musyawarah buat mengambil keputusan ini?

Di PKS itu ada namanya Musyawarah Majelis Syuro. Anggotanya 99 orang, 30 orang sekian itu adalah anggota yang diangkat atas tiga lembaga tinggi partai. Ada DPP, ada MPP (Majelis Pertimbangan Pusat). Mereka bisa mengusulkan dan keputusannya ada di Ketua Dewan Majelis Syuro.


Bukan di pengurus DPD?

Waktu Agustus 2015, saat musyawarah Majelis Syuro PKS setelah pemilu 2014, ada pergantian pertama kali Ketua Majelis Syuro, dari Hilmi Aminudin ke Salim Segaf Al-Jufri. Peristiwa Agustus 2015 ini menunjukkan 60 anggota Majelis Syuro menginginkan perubahan di PKS. Semua orang tahu yang mengusulkan ide perubahan itu adalah Anis Matta. Setelah keputusan Majelis Syuro, terjadilah pergantian sejumlah anggota.

Pada 2020 akan ada lagi pergantian Majelis Syuro, tapi sebelum itu ada penjaringan calon Majelis Syuro yang baru. Nah, sejak kira-kira dua bulan lalu, ada perubahan besar-besaran terhadap ketua kelompok pembinaan di PKS. Di PKS itu strukturnya begini: ada DPP (pusat), DPW (provinsi), ada DPD (kabupaten/kota), ada DPC (kecamatan), dan ada ranting (kelurahan atau desa). Di bawah ini ada kelompok pembinaan, biasa disebut tarbiyah. Itulah proses kaderisasi.

Secara struktur yang mirip dengan PKS itu adalah Partai Komunis. Nah, penjaringan calon Majelis Syuro itu ada di kelompok ini dan baru naik ke atas. Sejak dua bulan lalu, ketua kelompok pembinaan ini terjadi perubahan secara massal. Orang-orang yang terindikasi sebagai “osan” (“orang sana”) itu diganti semua.

Apa targetnya? Mengontrol Pemira (pemilihan raya) tahun 2020. Sehingga yang akan terjaring sebagai anggota Majelis Syuro 2020 adalah orang yang menurut istilahnya “osin” (“orang sini”). Jadi memang DPP PKS saat ini sedang melakukan tindakan yang sangat sistematik untuk memecah diri.


Soal bursa capres dan cawapres, ada 9 nama tapi yang dipublikasikan berbeda. Ada satu nama, Nur Mahmudi Ismail diganti Mardani Ali Sera. Apa yang sebenarnya terjadi?

Perintah buat melakukan penjaringan datang dari Majelis Syuro. Di Majelis Syuro ini ada namanya Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) berisi tujuh orang, yang memiliki kewenangan eksekutif, termasuk perubahan nama Nur Mahmudi Ismail atas perintah DPTP. Dan sebenarnya ada yang lebih serius dari sekadar nama Nur Mahmudi, yaitu peraturan yang disahkan DPTP sendiri soal penjaringan bakal capres & cawapres yang diajukan lima orang.

Kalau lima orang, berdasarkan suara terbanyak, pertama Ahmad Heryawan, kedua Hidayat Nurwahid, ketiga Anis Matta, keempat Irwan Prayitno, dan kelima Sohibul Iman. Tapi kemudian oleh DPTP, oleh Ketua Majelis Syuro, memerintahkan sembilan nama. Siapa nomor enam? Salim Segaf Al-Jufri, lalu Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera (yang menggantikan Nur Mahmudi).Mungkin Nur Mahmudi mau konsentrasi jadi PNS. Perubahan lima nama menjadi sembilan ini diresmikan.


Untuk mengakomodasi?

Ya tidak pernah ada penjelasan. Cuma kalau orang menganalisis, kan, tidak salah juga kalau mengarah ke sana…


Intervensi Majelis Syuro?

Dan sekarang beredar, informasi di lapangan dan disampaikan sendiri oleh pihak Gerindra, bahwa PKS sudah mengajukan dua nama sebagai bakal calon. Yang diajukan adalah Ahmad Heryawan dan Salim Segaf Al-Jufri. Kalau ditanya, di mana itu proses pengambilan keputusan dari sembilan menjadi dua nama? Tidak ada. Pasti mereka tidak bisa jawab.


Seharusnya ada?

Iya, dong. Minimal di Dewan Pimpinan Tingkat Pusat. Ada sembilan calon, tapi datang ke Prabowo Subianto, yang diajukan dua nama, yang tujuh nama bagaimana? Artinya ada mekanisme yang tidak ditaati. Ini menjelaskan paling tidak dua hal. Kenapa dari awal dibuat ada aturan main yang dibatasi? Punya capres kenapa dilarang sosialisasi, dilarang komunikasi dengan partai lain? Itu sih bukan capres. Yang kedua, kenapa kemudian ada tekanan terhadap Anis Matta ketika dia bikin tim sukses?


Kami mengonfirmasi kepada Fahri Hamzah. Ia berkata konfliknya ideologis antara kedua kubu di DPP saat ini. Pendapat Anda?

Memang memberikan gambaran secara sederhana tidak mudah. Kalau meloncat pada konklusi kok ada aspek ideologis, orang bingung. Tapi kita coba iris satu-satu. Dari mana mulanya? Kenapa ada orang-orang yang diistilahkan dengan “osin” (“orang sini”), kenapa ada istilah “orang sana” (loyalis Anis Matta)?


Kader tidak tahu ada pembelahan ini?

PKS mestinya sejak 98 menjadi organisasi terbuka, tapi sampai sekarang dia menjadi organisasi yang semi-terbuka. Proses PKS menjadi institusi politik yang terbuka, berintegrasi dengan negara, sedang mundur ke belakang. Karena persoalan ini sangat dilokasir di tingkat elite.

Pertanyaannya: ada apa dengan Anis Matta? Saya sih tidak suka menyebut loyalis Anis Matta karena ini bukan persoalan itu, bukan figuritas atas orang.

Jawaban paling sederhana ialah merujuk pada peristiwa Agustus 2015 di Majelis Syuro ketika Anis Matta dianggap yang memotori rencana pergantian Majelis Syuro-nya Hilmi Aminuddin. Ini suatu peristiwa yang di tubuh PKS jadi besar. Di PKS, Ketua Majelis Syuro baru berganti sejak 2015. Dipegang oleh sosok yang sama, Hilmi Aminuddin. Upaya untuk mengganti ada sejak tahun 2000, 2005, 2010.

Kenapa disebut peristiwa besar? Ketua Majelis Syuro dalam AD/RT (anggaran dasar) PKS punya kewenangan eksekutif dan kewenangan legislatif. Namanya presiden partai, ketua dewan pertimbangan partai, diangkat oleh Ketua Majelis Syuro. Posisi ini sangat kuat sekali. Karena Anis Matta dianggap sebagai orang yang menjadi pemicu pergantian ini, kemudian berdampak pada politik organisasi yang terjadi sampai sekarang.


Membuat khawatir Salim Segaf Al-Jufri dan Sohibul Iman?

Itu irisan pertamanya. Irisan keduanya lebih politis soal suksesi kepemimpinan demokrasi yang bisa gagal, kan? Irisan ketiga, kalau betul Anis Matta memotori pergantian kepemimpinan, apa sih alasannya? Nah, di sini akan masuk aspek ideologis.

Apa aspek lebih ideologis? Tahun 2004, PKS meraih suara yang luar biasa. Pada Pemilu 1999 (bernama Partai Keadilan) meraup 1,36% suara menjadi 7,34% pada Pemilu 2004. Di putaran kedua, kami masuk koalisi dengan SBY. Pada 2009 suara kami naik lagi menjadi 7,88%. Kursinya dari 45 bertambah menjadi 57 di DPR. Jadi sepuluh tahun PKS menikmati koalisi eksekutif. Fase sepuluh tahun itulah fase persoalan akar-akar ideologis.

Apa yang terjadi? Saat itu Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin punya kebijakan semua menteri-menteri langsung di bawah kontrol Majelis syuro. Dan bukan sekadar koordinasi tugas, tapi terkait pengelolaan sumber daya. Jadi pengelolaan sumber daya itu mulai didesentralisasi ke Majelis Syuro. Dan ini menjadi pembeda ketika Anis Matta menjadi Presiden PKS. Kalau PKS mau menjadi partai politik yang terbuka, maka kita harus mengembangkan pengelolaan organisasi dan sumber daya yang terbuka. Transparan dan akuntabel, sesuai negara yang modernlah.

Ini yang kemudian menjadi jarak: tadinya Hilmi Aminuddin dekat dengan Anis Matta kemudian berjarak. Pak Hilmi mulai mengembangkan kerja-kerja yang sifatnya sumber daya dan kontrol organisasi. Sampai setelah Pemilu 2009 diangkatlah Lutfhi Hasan Ishaaq sebagai presiden partai. Di masa Luthfi itulah menjadi klimaks, pengelolaan sumber daya terkontrol kuat. Pak Anis sudah semakin berjarak.

Sampai akhirnya muncullah kasus pada akhir Januari 2013, Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap di kantor DPP PKS saat memimpin rapat. Sore sebelum kejadian, Pak Anis sudah lihat karena ramai di media. Setelah Ahmad Fathanah ditangkap di Hotel Le Meredien, Pak Anis telepon Pak Luthfi, “Ini ada hubungannya dengan ente enggak? Dijawab: enggak… enggak.” Rapat berjalan terus. Setelah magrib, KPK datang, ternyata Pak Luthfi terjerat influence trading, memperdagangkan pengaruh, terlibat korupsi kuota impor daging.


Apakah ada gerakan pembaharuan?

Aspek ideologisnya begini: Sosok Hilmi Aminuddin, meskipun dia adalah pendiri, guru di PKS, dengan segala jasa-jasanya, tapi beliau ini punya akar geneologis dan akar ideologis dari bapaknya yang dulu lama di DI/TII.

Salah satu doktrin pemikiran di DI/TII, ada satu namanya doktrin fai’. Zaman Orde Baru, kan, banyak kasus fai’. Artinya, harta yang dimiliki orang lain menjadi halal untuk dirampas sebagai perjuangan. Kira-kira konsep dasar fai’ seperti itu. Analisis beberapa teman, sikap Hilmi Aminuddin pada saat itu ingin mengontrol penuh. Secara terpusat, pengelolaan sumber daya, kira-kira adalah rembesan dari pemikiran itu.

Jadi bahasa lebih sopannya: bisa mengelola dari tangan negara. Ini irisan aspek ideologis seperti itu.

Kedua, sejak 2004, Ustaz Hilmi memang memperkuat unit intelijen yang dibuat oleh Pak Suripto. Rekrutmen dan pelatihan masif sekali. Sebagai organisasi politik, kemampuan intelijen itu memang dibutuhkan dan kehadiran Pak Suripto sangat membantu. Kami, kan, harus mampu menganalisis segala macam. Ketika unit ini dibangun, fungsi intelijen justru dipakai ke dalam.

Model pengelolaan konflik di PKS sekarang ini model operasi intelijen. Maka, keluarlah “Dokumen Osan-Osin” di PKS—”Gerakan 30 Syaikh Pemimpin Kelompok Sebelah” (Dokumen “Mewaspadai Gerakan Mengkudeta PKS”). Jelas ini ciri khas cara kerja intelijen. Kebetulan saya tujuh tahun di Komisi I, mitranya orang BIN, jadi paham.

(Tirto/Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Melupakan Pandangan Al-Quran Dalam Menafsirkan Masalah Terimbas Dari Barat


Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islamologis Malaysia dalam pertemuan dengan atase kebudayaan Iran mengatakan: “Sebagian besar cendekiawan dunia muslim, menafsirkan masalah dan pandangan-pandangan Islam di bawah pengaruh pemikiran barat dan melupakan pandangan-pandangan Qurani dalam hal ini”.

Menurut laporan IQNA dilansir dari situs informasi organisasi kebudayaan dan komunikasi Islam, Ali Mohammad Sabeghi, atase kebudayaan Iran di Malaysia, melakukan pertemuan dan dialog dengan Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islamologis, filsuf Malaysia dan pendiri ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization).

Pada pertemuan ini, yang diadakan di rumah pemikir Malaysia ini, atase kebudayaan Iran dengan mengapresiasi upaya ilmiah dan kegiatan mendalam dari Syed Muhammad Naquib al-Attas, telah menyampaikan salam komunitas ilmiah Iran kepadanya.

Syed Muhammad Naquib al-Attas berusia 89 tahun, yang menghabiskan masa pensiunnya di rumah sebagai akibat dari usia lanjutnya. Dengan berterima kasih atas kecintaan orang-orang Iran terhadap dirinya mengatakan, selama bertahun-tahun kegiatan ilmiahnya di berbagai negara, hanya orang Iran yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang aktivitas dan upaya dirinya.

Dia kemudian mengisyaratkan sejumlah peringatan untuk dirinya oleh himpunan kebanggaan Iran Tehran pada tahun 2002, perjalanannya ke Isfahan, Qom dan mengunjungi perpustakaan Ayatullah Mar’asyi juga bertemu dengan para tokoh ilmiah Iran.

Syed Muhammad Naquib al-Attas terus lebih lanjut menyebutkan deskripsi singkat tentang kegiatan ilmiah terbaru dan buku terbarunya, berjudul "Keadilan dan Sifat Manusia", dan mengabarkan tentang penulisan buku barunya.

Dia demikian juga dengan mengisyaratkan diskusi ilmiah di antara para ulama Islam tentang agama, nabi, kreasi manusia dan isu-isu sejarah, mengatakan, sayangnya, sebagian besar ulama dunia muslim berada di bawah pengaruh doktrin-doktrin para cendekiawan Barat dan sosiologi dan antropologi Barat serta menafsirkan isu-isu dan pandangan Islam menurut interpretasi dan interpretasi mereka, dari sejarah penciptaan manusia dan sejarah para nabi juga telah melupakan pandangan Qurani dalam hal ini.


Kemudian, Syed Muhammad Naquib al-Attas dengan mengisyaratkan kegiatan ilmiahnya di ISTAC dan pencapaian prestasi ilmiah serta pelatihan para peneliti luar biasa dari institut ini dan perpustakaan besar yang telah ia sediakan dengan usaha-usahanya yang besar, juga menyayangkan kondisi institut saat ini, yang tidak digunakan dan tidak adanya keceriaan ilmiah seperti dulu lagi dan mengatakan, hasil keterlibatan politisi dalam masalah ilmiah dan masuknya politik ke dalam bidang pemikiran tak lain akan membuahkan ini.


Mengenal Syed Muhammad Naquib al-Attas

Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas, seorang Islamologis, filsuf dan pendiri ISTAC. Karya-karyanya yang terkenal terutama ditulis dalam pengasuhan generasi baru berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan kritik terhadap prinsip-prinsip pendidikan moral Barat. Teori-teorinya yang menarik adalah Islamisasi humaniora di universitas-universitas dunia Islam. Dia juga memiliki banyak penelitian tentang mistik dari kawasan Asia Tenggara dan pandangan mistis mereka, termasuk Hamzah al-Fansuri, Raniri, dan lain-lain.

Naquib al-Attas lahir di Indonesia tanggal 5 September tahun 1931 di kota Bogor, Indonesia, dan berasal dari para habaib (Alawi) Indonesia, yang nasabnya bersambung dengan Imam Ja'far al-Shadiq (as), dan generasi ketigapuluh tujuh dari keturunan Rasulullah (saw). Ketika berusia lima tahun, ia dikirim ke kota Johor untuk pendidikan dasar dan ia menghabiskan pendidikan dasarnya di sana. Setelah itu, ia kembali ke Jawa dan belajar bahasa Arab di sekolah ‘Urwah al-Wusqa di Sukabumi, Indonesia.

Setelah kembali ke kota Johor dan belajar bahasa Inggris dari tahun 1946 hingga 1951, ia berkenalan dengan manuskrip Islam dalam pelbagai disiplin ilmu. Selama waktu ini ia mampu belajar sastra klasik bahasa Inggris. Karena keberhasilannya di bidang pendidikan, anggota parlemen Inggris menunjuk Naquib al-Attas menjadi kandidat belajar di akadmi militer inggris dan dari tahun 1952-1955 ia terlibat dalam pendidikan ilmu militer di London.

Di akademi militer Inggris, Dr. Al-Attas berkenalan dengan karya-karya mistikus dan sarjana Iran seperti Jami. Buku Lawayih Jami sangat berpengaruh padanya. Dia, di bawah pengaruh pemikiran mistik, memutuskan untuk menulis buku tentang mistisisme Melayu dan pemikiran mistis mereka.


Dia kemudian diundang untuk melanjutkan belajar di Universitas McGill dan pada saat yang sama, ia menerima gelar master dalam menulis tentang Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century Aceh, mistik Melayu pada abad ketujuh belas. Setelah itu, ia menulis sebuah risalah tentang pemikiran mistik Hamzah al-Fansuri, seorang mistis Melayu kenamaan serta pemikirannya, dan menerima gelar doktornya dari East London School of Languages.

Banyak karya telah diterbitkan di bidang ilmu-ilmu Islam, yang mencakup lebih dari dua puluh lima jilid buku dan sejumlah besar artikel, berjudul "Penghasilan pada Kosmologi Islam" (Terjemahan Dr. Mehdi Mohaqiq), "Islam dan Keduniwian" (terjemahan oleh Ahmad Aram), "Tingkatan dan Derajat Wujud" (diterjemahkan oleh Seyyed Jalaluddin Mojtaba), termasuk yang diterbitkan dalam bahasa Persia.

Pada tahun 2002, dalam sebuah acara resmi, Profesor Naquib al-Attas mendapat penghormatan dari Asosiasi Kebudayaan di Teheran, dan membuat biografi dan menerjemahkan sejumlah artikelnya yang berjudul "Biografi dan Layanan Ilmiah dan Budaya dari seorang Guru dan ahli Islam Kenamaan, Profesor Dr. Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas" diterbitkan oleh Asosiasi Mafakhir.

Salah satu kegiatan yang paling bertahan lama dari pemikir besar Melayu ini adalah pembentukan Institut ISTAC Malaysia, markas besar untuk mendidik generasi intelektual dan pemikir di dunia Islam. Pusat itu memiliki perpustakaan fasilitas yang kaya dan dibangun dengan corak arsitektur Islam Andalusia, dalam beberapa tahun terakhir, dengan melihat kebijakan-kebijakan pemerintah sebelumnya di Malaysia dan pensiunnya lebih awal Profesor Al-Attas, terlepas dari banyaknya sumber daya dan fasilitas ilmiahnya yang kaya, iapun melewati masa terlupakannya.

Lembaga ini didirikan oleh Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas pada tahun 1991 di ibukota Kuala Lumpur, Malaysia, dan bertujuan untuk mempromosikan studi Islam, penelitian, mendidik generasi muda dan menciptakan tempat sentral untuk penerbitan, penelitian dan telaah dalam bidang peradaban Islam.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Dari Baitutah di Mina Sampai Terjemahan Al-Quran/Kelalaian Hadiah Global Dengan Pengabaian Pihak Pengurus


Rasul Ismaelzadeh Duzal, penerjemah Alquran dalam bahasa Azerbaijan, mengatakan: "Terjemahan Alquran ke dalam bahasa Turki Azerbaijan adalah cerita yang menarik dari saya dan itu kembali ke beberapa tahun yang lalu (awal 1370-an) dan manasik haji di Mina.

Rasul Ismaelzadeh Duzal, penerjemah Alquran dalam bahasa Turki Azerbaijan dan kepala Pusat Pengorganisasian Penerjemahan dan Penerbitan Ilmu Islam dan Kemanusiaan, saat ini pada Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam, dalam sebuah wawancara dengan IQNA mengisahkan tentang perjalanan terjemahan Alquran, motivasi dan tujuannya serta pengabaian terjemahan di dalam negara dan kurangnya pengenalan dia pada komunitas Alquran dan masyarakat umum.

Rasul Ismaelzadeh menyatakan, terjemahan ini dimulai pada tahun 1993, dan selesai pada tahun 1998 setelah lima tahun. Terjemahan saya telah berulang kali dicetak ulang dan dicetak di pelbagai pasar dan telah dianugerahi World Book of the Year Award pada tahun 2007.

Dia menambahkan, terjemahan Alquran saya memiliki sebuah cerita yang menarik, dan kembali pada beberapa tahun yang lalu (1991) dan haji, pada manasik haji di Mina. Kisahnya adalah bahwa pada tahun 1991 saya melakukan perjalanan ke Baku. Suatu hari, Hujjatul Islam wal Muslimin Ocaqnejad saat kontak via telepon dengan suara terburu-buru mengatakan agar saya menemani para peziarah haji Azerbaijan. Saya pun terkejut. Saya memberitahunya kapan kita berangkat. Mereka mengatakan besok. Tidak ada waktu untuk melakukan prosedur yang diperlukan, seperti mendapatkan paspor. Sungguh menakjubkan semua berjalan lancar dan saya pergi ke Arab Saudi.


Kehilangan Bekal

Ismailzadeh mengatakan, kami menuju Mekah, selain berpartisipasi dalam program ziarah Mekah dan manasik haji, saya juga menemani para jamaah Azerbaijan. Hari-haripun berlalu, kami hadir di Masy’ar al-Haram memasuki Mina. Saya melakukan manasik yang ada di Mina seperti Baitutah dan berkorban. Saya hendak melaksanakan salat Zuhur dan Asar pada hari ketiga dan saya pun pergi ke Mekah. Di pertengahan salat, bekal (uang) saya terjatuh. Sayapun bergegas kembali dan menaiki kendaraan. Saya bergegas meninggalkan tenda. Di pertengahan jalan saya menyadari bekal saya telah hilang. Sayapun mengabarkan kepada rombongan bahwa bekal saya hilang. Saya sangat gelisah, sampai pada akhirnya di Masjidil Haram secara kebetulan saya bertemu dengan Ayatullah Sayyid Jawad Golpaighani (putra Ayutullah al-Udzma Golpaighani).


Dia melanjutkan, saya bertemu dengannya dari tahun-tahun sebelumnya. Karena bertepatan dengan insiden pembunuhan berdarah muslim Azerbaijan oleh Mikhail Gorbachev (pemimpin terakhir Uni Soviet) pada 20 Januari Hitam (1990) di Baku, Ayatullah Golpaighani telah memublikasikan pesan dan Ayatullah Sayyid Jawad Golpagani meminta saya untuk menerjemahkannya. Dari sinilah saya kenal dengannya. Dia pun menanyakan tentang kondisi saya yang khawatir. Dan sayapun mengkisahkan perihal yang terjadi. Ia menjawab dengan sedikit bergurau: "Semua datang ke sini dan melupakan perihal duniawi dan menggapai spiritualitas, Anda telah kehilangan perkara-perkara ini, namun anda juga masih ingin kehilangan urusan spiritualitas? Entah kenapa tanpa basa basi sayapun ingin meminjam uang darinya. Ia pun mengatakan, Anda adalah seorang ibnu sabil, bagaimana engkau hendak mengembalikan hutangmu? Kemudian terpikir oleh saya, jika saya tidak mampu mengembalikan, maka saya akan menerjemahkan risalah Ayatullah Golpaighani dalam Bahasa Turki Azerbaijan. Iapun akhirnya menyetujuinya.

Penulis dan penerjemah dari negara kami menyatakan: "Saya pergi ke kantor mereka pada hari yang sama, meminjam 1200 Rials Arab Saudi dan kembali ke hotel." Saya melihat bahwa saya telah dialokasikan 600 Rial dari Presidensi Haji Iran. Saya kehilangan 1000 Rials, tetapi saya memperoleh 1800 Rials. Saya membeli keperluan dan kembali ke Iran. Saya akan menyembunyikan perihal kehilangan tersebut. Saya tidak memberi tahu kepada siapa pun cerita ini. Tanpa berpikir untuk mengembalikan uang ke Haji Sayyid Jawad dan mencoba untuk melakukan ini, saya mulai menerjemahkan risalah Ayatullah Golpaighani karena saya tahu saya tidak dapat mengembalikan jumlah itu, saya mencoba menyelesaikan terjemahan siang dan malam, empat bulan lamanya tugas itu selesai. Itu untuk pertama kalinya bahwa risalah almarhum Ayatullah Agung Golpaighani diterjemahkan ke dalam Turki Azerbaijan dan dipublikasikan dengan huruf Sirilik (Rusia) dan Persia.


Langkah di Jalan Quran

Rasul Esmailzadeh mengatakan, setelah selesai, terjemahan saya bawa ke kantor Ayatullah Golpaighani. Selain Ayatullah menganggap lunas hutang saya, juga memberikan jerih payah terjemahan dan mengatakan, uang ini saya berikan dengan syarat Anda memulai terjemahan Alquran. Ini adalah saran yang berat, saya tidak berpikir sama sekali bahwa saya akan melakukan sesuatu tentang itu suatu hari nanti. Saya gemetar ketika saya mendengar tawaran ini. Saat itu masih muda dan kebanggaan muda saya tidak memungkinkan menolak tawaran dan di sisi lain, saya takut jika tidak mampu untuk melakukannya.


Penerjemah ini menyatakan: Saya pulang ke rumah dan memikirkan saran penerjemahan Alquran, dan saya berkonsultasi dengan sejumlah teman-teman saya, termasuk ustad Javad Heyat, seorang ahli bedah dan seorang dokter terkemuka, seorang Turkologist dan spesialis dalam bahasa dan sastra Turki Azerbaijan, yang merupakan ilmuwan sastra dan medis Iran yang terkemuka. Dia menyemangati saya. Saya juga berbicara dengan Ebad Mimizadeh, seorang penerjemah dan ahli bahasa dari bahasa Turki Azerbaijan dan dari para profesor terkemuka bahasa dan sastra Azerbaijan yang sekarang berada di Ardabil. Keduanya berjanji untuk membantu. Mereka membimbing dan mensuport.


Al-Baqarah, Awal Perjalanan

Ismailzadeh juga mengatakan: "Dengan melangkah pada terjemahan Alquran, saya pertama kali menerjemahkan surah al-Baqarah dan atas rekomendasi Ayatullah Sayyid Jawad Golpighani, saya menyodorkannya ke pusat terjemahan Alquran dalam berbagai bahasa (Transfiguration Institute), yang baru didirikan. Hujjatul Islam wal Muslimin Mohammad Naghdi, direktur pusat, menilai terjemahan melalui para ulama seperti Ayatullah al-Udzma Ja’far Subhani Tabrizi dan Hujjatul Islam Mehdipour, yang pada akhirnya terjemahan tersebut ditolak.


Ia melanjutkan, dengan ditolaknya terjemahan, saya sangat putus asa dan gelisah dan memutuskan untuk berhenti menerjemahkan, namun Hujjatul Islam Naghdi menganggp wajar dan menjelaskan pertama untuk terjemahan ini anda harus memilih metode sahihnya dan kemudian mengevaluasi sejumlah terjemahan-terjemahan yang ada. Iapun menyerahkan sejumlah metode terjemahan Alquran dan demikian juga seluruh terjemahaan yang ada di yayasan terjemahan wahyu, yang ada sekitar 200 macam. Hampir seluruh terjemaah sudah saya kaji dan saya pilah mana poin lemah dan kuatnya terjemahan tersebut dan dengan studi dan pengunaan riset Alquran, sayapun memulai terjemahan kembali dan saya sodorkan lagi dan pada akhirnya saya pun disuport. Ayatullah Hadi Marifat juga bekerjasama dalam hal ini dan dengan bantuan sejumlah ustad, saya akhirnya dapat merampungkan terjemahan sekitar lima tahun dan dipublikasikan.

Semua terjemahan telah dibaca dan ditelaah, terjemahan istimewa dipisahkan dan poin-poin lemah dan kuat seluruh telah saya tentukan dan dengan studi serta dengan bantuan kajian-kajian Alquran dan wawasan pengetahuan seluk beluk gaya dari berbagai terjemahan teks klasik dan buku referensi, akhirnya saya mulai program penerjemah tersebut dan setelah saya sodorkan bagian-bagian yang saya terjemahkan itu saya mendapat dorongan dan suport dari beberapa ustad. Hojatul Islam Mehdipour terpilih sebagai editor konten, bersamaan dengan Javad Heyat, penasihat sastra dan Ubad Mimyzadeh sebagai editor sastra terjemahan, Almarhum Ayatollah Mohammad Hadi Ma’rifat juga dalam bidang ini pernah bekerja sama dan dengan bantuan para ustad ini saya berhasil menyesaikan terjemahan ini selama 5 tahun dan kemudian saya publikasikan.


Pengabaian Lembaga Penyiaran

Dia juga mengisyaratkan kurangnya sambutan terjemahan di dalam negeri: Di dalam negeri, terlepas dari misi lembaga penyiaran negara kita dan pusat dakwah Alquran di bidang publikasi dan pengembangan ilmu Alquran, meskipun audien antusias dan menyambut, sayangnya untuk terjemahan ini di dalam negeri belum dilakukan. Lembaga-lembaga penyiaran sekuler semakin lebih banyak dan lebih khusus daripada lembaga-lembaga negara kita, yang memberikan informasi tentang perkembangan baru di bidang penerjemahan dan publikasi Alquran dalam berbagai bahasa dan interpretasi. Lembaga kita tampaknya asing dengan kegiatan semacam ini.


Rasul Esmailzadeh melanjutkan: Sayangnya, masalah distribusi karya ini juga terbengkalai dan terjemahan ini tidak didapatkan di lembaga-lembaga lainnya kecuali hanya lembaga terjemahan wahyu. Tidak ada satupun penerbit dan lembaga yang mendistribusikannya dengan baik, dan bahkan markas publikasi dan toko buku organisasi dakwah Islam. Karya ini tidak sampai ke para audien. Lembaga penyiaran seolah-olah tidak setuju dengan pemaparan terjemahan Alquran khusus terjemahan bahasa Turki sang penulis. Padahal sudah dilakukan surat menyurat dengan lembaga tersebut, namun belum ada tindakan apapun.

Ada beberapa alasan dalam hal ini: pertama, biaya penerbitan tinggi; oleh karena itu, tidak ada insentif bagi distributor dan penerbit untuk mendistribusikannya," kata penerjemah Alquran dalam bahasa Turki, menunjukkan alasan untuk ini. Kedua, penerbit bersedia untuk mencetak terjemahan Alquran dengan nama mereka sendiri dan sayangnya, untuk perealisasian ini, sangat disayangkan markas terjemahan wahyu tidak menyetujuinya. Ketiga, terjemahan Alquran ke dalam bahasa Azerbaijan Turki tidak didukung oleh institusi manapun. Satu-satunya Organisasi Budaya dan Komunikasi Islam mendedikasikan untuk penyebaran luas terjemahan Alquran dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Turki, tetapi tidak memiliki dukungan di dalam negeri. Alasan utama lainnya adalah kurangnya informasi melalui media suara dan informasi. Kami mengirim terjemahan ini ke pusat provinsi, tetapi hanya diberikan waktu dua menit untuk memperkenalkannya.


Rasul Ismaelzadeh menekankan, surat-surat telah dikirim ke lembaga-lembaga yang bertanggung jawab seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Azerbaijan Timur, sebagai tanggapan terhadap surat-surat ini kepada Pusat Penerjemahan Wahyu, dan demi kemaslahatan saya tidak perlu untuk menyebutkannya. CD telah dihasilkan dari terjemahan untuk anak-anak, tetapi tidak diterima oleh Departemen Pendidikan di provinsi Azerbaijan Timur, bahkan kami mengumumkan sedang mempersiapkan untuk mengirim CD secara gratis untuk perpustakaan negara.


Terjemahan Wahyu, Pusat Ilmiah

Peneliti Alquran di bagian lain dari wawancara dengan menyatakan bahwa lembaga terjemahan telah setuju, mengatakan ruang untuk terjemahan Quran di berbagai negara, terutama di Eropa Timur, negara Turki dan Rusia sangat tepat; tetapi satu-satunya pusat dalam terjemahan dari urutan diterima, diinginkan dan ilmiah adalah lembaga terjemahan wahyu yang memiliki struktur ilmiah dan pokok dan perbendaharaan Hujjatul Islam Mohamad Reza Naghdi (direktur Institut juru wahyu) telah dikumpulkan dan disediakan di lembaga ini, adalah hal yang luar biasa di dunia dan tidak kita temukan di manapun semisalnya, karena minatnya pribadi dan subjektif, maka beliau ditunjuk untuk hal ini. Pusat ini harus memberi perhatian lebih.


Ismailzadeh melanjutkan, "Terjemahan di pusat ini tidak memiliki kecepatan di masa lalu dalam beberapa tahun terakhir, dan perlu untuk memperkuat institusi secara finansial dan secara komprehensif, dukungan semua aspek, koordinasi, informasi dan berkonsultasi. Perlu diberikan perhatian khusus untuk pengembangan administratif dan ilmiah terhadap pusat ini. Perhatian khusus harus diberikan pada kegiatan pusat di media. Sekarang, di dunia ruang untuk mengenalkan Alquran sudah tersedia, kesempatan ini harus digunakan. Pusat-pusat dan orang-orang hukum dan perorangan yang memiliki terjemahan lama harus bekerja sama dengan Pusat Terjemahan Wahyu.





(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Aktivis Irak: Penulisan Al-Quran Terpanjang Dunia di Najaf


Akram Nasser Hakkak menyatakan bahwa penulisan manuskrip terpanjang sepanjang 12.000 meter di pusat penulisan, dokumentasi, dan penerbitan Najaf sedang berlangsung dan sejauh ini penulisan 6.000 meter telah selesai.

Akram Nasser Hakkak, aktivis budaya Irak, seorang anggota Pusat Kompilasi, Dokumentasi, dan Publikasi Najaf, saat wawancara dengan IQNA, mengatakan: “Saat ini, sebuah penulisan naskah Alquran setinggi 12.000 meter sedang berlangsung di pusat itu, 6 ribu meter sudah selesai.”

“Naskah tulisan tangan Alquran ini sedang digarap oleh para kaligrafer Najaf al-Asyraf dan diputuskan akan dicatat dalam Guinness Book of Records,” imbuhnya.

Akram Nasser Hakkak mengungkapkan, selain naskah tulisan tangan 12.000 meter ini, juga terdapat satu naskah Alquran yang ditulis oleh sejumlah kaligrafer Najaf al-Asyraf, yang penulisannya telah selesai dan sekarang siap untuk diterbitkan.


Aktivis budaya Irak mengatakan: Alquran dengan khat kuno Kufi, 50 CD yang berisi 14.000 manuskrip, dokumen linier berharga yang berisi fatwa dan surat ijin para maraji, surat para pemimpin dan sejumlah tokoh, dan lain-lain dan juga gambar tertua Imam Khomeini (ra) di Najaf dan koleksi banyak gambar lama makam-makam suci Irak, termasuk karya-karya lain dari pusat ini.


Desain Patung Para Ulama dengan Lilin

Seorang anggota Pusat Dokumentasi dan Penerbitan Najaf mengatakan bahwa sejumlah seniman pusat ini telah mampu merancang sebuah patung 85 tokoh dan ulama, termasuk Ayatullah al-Udzma Khu’i (marja besar Syiah), dengan lilin, yang termasuk kinerja yang unik di tingkat negara-negara Islam.

Hakkak mengatakan, pusat itu juga memproduksi CD yang berisikan karakter Imam Ali (as) dan fadilah-fadilah beliau, doa, ziarah dan tartil Alquran.


Pendirian Markas

Di bagian lain dari wawancara, ia mengisyaratkan bahwa markas penulisan, dokumentasi dan publikasi Najaf al-Asyraf dimulai secara resmi pada tahun 2010. Dia berkata: "Pengumpulan dokumen, gambar dan sumber-sumber agama, sejarah serta manuskrip dan kompilasi Ensiklopedia dalam pelbagai bidang agama dan ilmiah termasuk aktivitas dari markas ini.


Hakkak menambahkan, sekarang ini, markas ini memiliki jutaan dokumen yang berkaitan dengan Najaf, sejarah Ottoman, sejarah Qajar, sejarah Iran, surat-surat, fatwa dan berbagai izin dari para ulama dan maraji, dokumen pembelian dan penjualan, dan lusinan ensiklopedia di pelbagai bidang logis, filosofis, fikih, historis, agama, ushul serta para ulama Najaf, ulama Isfahan dan Khansar di Najaf.

Aktivis budaya Irak menjelaskan bahwa kompilasi ensiklopedia di pelbagai bidang ilmu Ulumul Quran, ilmu agama, persatuan Islam, masalah Palestina, sejarah politik kontemporer Najaf, dan lain-lain adalah salah satu kinerja yang dilakukan para penulis dan peneliti markas ini, serta terdapat juga album gambar para pelajar, makam suci, sekolah Najaf di markas ini, yang sangat berharga dan penting.


“Syaikh Muhammad Karbasi adalah Direktur Markas Najaf untuk Kompilasi, Dokumentasi dan Publikasi Najaf al-Asyraf serta Syaikh Ali Mirza juga mengemban kepemimpinannya dan markas besar lembaga ini terletak di kota Najaf al-Asyraf,” ucap Hakkak.


Kerjasama dengan Hauzah Ilmiah Najaf

Lebih lanjut dia mengisyaratkan kerjasama markas ini dengan hauzah Najaf dan berkata: "Markas ini memiliki pelbagai kegiatan dan sejumlah program untuk menghidupkan nama-nama para cendekiawan hauzah ilmiah Najaf dan semua ulama yang telah belajar di kota ini, oleh karenanya, ada hubungan kuat dan erat antara lembaga ini.

Aktivis budaya Irak di penghujung menyatakan tentang pengenalan markas ini di luar Irak. Markas ini memiliki beberapa proyek untuk memperkenalkan dirinya di luar negeri, yang memiliki partisipasi luas dalam festival dan program internasional serta pengenalan sejarah Najaf untuk non-Irak, termasuk program markas ini.

Perlu dicatat bahwa markas Penulisan, Pendokumentasian dan Penerbitan Najaf al-Asyraf telah ikut hadir di Bagian Internasional Pameran Internasional Alquran ke-26 di Musholla Imam Khomeini (ra) dan mempresentasikan beberapa karyanya kepada publik.


(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: