Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Arab Saudi Zaman Now, Mulai Moderatisasi Hingga Peringati Maulid Nabi

Arab Saudi Zaman Now, Mulai Moderatisasi Hingga Peringati Maulid Nabi

Written By Unknown on Kamis, 23 November 2017 | November 23, 2017


Arab Saudi tidak sedang mencari sensasi, negara yang dikenal dengan markas para penganut paham Wahabi itu sedang berbenah diri dari eksklusifisme pemahaman menuju era moderatisasi (Islam Wasatiy). Wajah Islam yang selalu menebar kedamaian dan penuh toleransi. Tak main-main, melalui putera mahkota Kerajaan, Muhammad bin Salman, gagasan itu benar-benar akan diterapkan di Arab Saudi.

Mungkin ini bisa dibilang sebuah langkah revolusi Arab Saudi. Bagaimana tidak, negara yang selama ini dikenal paling produktif melahirkan lulusan yang hobby membit-bit’ahkan (tindakan yang tidak pernah dilakukan Nabi), tiba-tiba di bulan Rabi’ul Awal berencana akan memperingati Maulid Nabi bahkan negeri tempat kelahiran Islam itu akan menjadikan hari libur nasional tepat di hari lahir Nabi Muhammad tahun ini. Untuk menghormati dan memeriahkannya, semua karyawan, baik negeri maupun swasta diimbau untuk memperingati dan merayakan.

Kabar yang cukup mengejutkan ini terungkap setelah salah satu media timur tengah, Thaqfny.com, Senin (13/11/2017) mengabarkan bahwa pada Kamis, 30 November 2017 (12 Robiul Awal 1439) akan menjadi hari libur resmi bagi semua pegawai Arab di sektor swasta dan pemerintah pada saat kelahiran Nabi.


Menurut media itu, perayaan kelahiran nabi merupakan salah satu adat istiadat yang diwariskan antar generasi beberapa negara. Dimana, hari itu menjadi libur nasional. Umat Islam kemudian saling mengucapkan selamat dan berpuasa.

Pendapat dari Dar al-Ifta, perayaan maulid merupakan metode yang beradab. Karena di hari itu, terjalin sebuah pertemuan yang diadakan untuk masyarakat dengan membaca Al-Qur’an, biografi Nabi Muhammad SAW, menyanyikan puisi-puisi religius, dan beberapa manifestasi sukacita sebagai penghormatan dan mengenang kelahiran nabi. Selain itu, memberi pujian terhadap nabi dan penghormatan terhadap yang hadir dengan makanan atau minuman.

Penghormatan kepada nabi dan tahaddus bin ni’mah atas kelahirannya. Menurut Dar al-Ifta, hal itu adalah salah satu Sunan yang disebut oleh Nabi: “Barangsiapa memiliki tahun yang baik dalam Islam memiliki pahala yang baik dan memiliki upah untuk membayarnya”.

Semenetara itu, Mufti Agung Dr. Noah Ali Suleiman mengatakan, merayakan kelahiran nabi tidak dilarang. Ada banyak bukti Al Quran untuk menghidupkan kembali kelahiran nabi.

“Alhamdulillah, damai dan rahmat atas tuan kita, Rasulullah, perayaan kelahiran nabi adalah cara beradab untuk mengungkapkan kasih Rasulullah.

Membanggakan kepemimpinan dan kepatuhannya terhadap hukumnya dan bebas dari pelanggaran hukum dan mendesak pada kepatuhan terhadap agama. Tuhan tahu yang terbaik,” katanya


Arab Saudi Gandeng NU

Sebelum ramai tentang rencana Arab Saudi menggelar Maulid Nabi dan menetapkannya sebagai hari libur nasional, pemerintah Arab Saudi melalui Putra Mahkota Kerajaan Mohammed bin Salman secara mengejutkan mengeluarkan statemen bahwa dirinya akan memimpin negaranya dengan semangat kembali kepada Islam moderat.


Ide yang mungkin oleh para Ulama Saudi dianggap gila ini disampaikan Pangeran Mohammed disaat peluncuran rencana zona pengembangan ekonomi baru senilai 380 miliar euro, Selasa (24/10), seperti dilansir Telegraph.

Di hadapan para investor yang berkumpul di Riyadh saat itu, ia menegaskan bahwa rencana modernisasi ekonomi akan berjalan seiring dengan reformasi politik. Hal ini, katanya, untuk menjauhkan kerajaan dari kekakuan paham Wahabi.

Rencana kerajaan Arab Saudi itu rupanya tidak main-main. Hal itu dibuktikan dengan digagasnya pertemuan oleh Duta Besar (Dubes) Arab Saudi, Usamah bin Muhammad yang digelar dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj bersama Duta Besar (Dubes) Kerajaan Arab Saudi, Usamah bin Muhammad, Selasa (14/11) di rumah Dinas Kedubes Arab Saudi Jakarta.


Pertemuan itu digelar tentu dengan maksud menggandeng NU untuk mewujudkan mimpi negaranya dalam mengembangkan Islam moderat. Hal itu dibuktikan dengan penyampaian Usamah kepada Kiai Said tentang komitmen Kerajaan Arab Saudi dalam mengembangkan Islam moderat.

Beberapa komitmen dan kesepakatanpun mulai dibangun dalam tersebut. Misalnya komitmen Kerajaan Arab Saudi dalam mengembangkan Islam moderat dapat dimulai dengan menghormati dan memberikan jaminan Kebebasan bermadzhab kepada seluruh umat Islam dunia yang melaksanakan haji dan umrah di tanah haram.

Tidak hanya itu, Kiai Said juga menyampaikan bahwa dirinnya tidak mempersoalkan Pemerintah Arab Saudi. Yang ia sayangkan adalah sikap Wahabi di dalam negeri yang gemar menyalah-nyalahkan ibadah umat yang seagama.

“Yang saya tentang selama ini Wahabi alumni Arab Saudi yang mensyirik-syirikkan, mengkafir-kafirkan, membid’ah-bid’ahkan Muslim Indonesia,” tegas Kiai Said.

Islam moderat sudah lama dikembangkan oleh NU ke seluruh dunia untuk membangun perdamaian. Kini, kerajaan Arab Saudi sudah tak malu-malu terang-terangan mengakui reputasi NU sehingga perlu menggandengnya untuk mewujudkan misi tersebut secara global.

Bila mimpi Saudi itu terwujud, berarti akan terjadi perubahan besar di negeri para Wahabi itu. Akan ada pergeseran paham keagamaan yang semula di bawah kendali otoritas Wahabi beralih menuju moderatisasi. Ini sekaligus akan merubah wajah Arab Saudi yang semula dikenal berwajah sangar, tekstualis bahkan dituding sebagai akar terorisme global secara berlahan akan berkurang.

Disarikan dari berbagai sumber

(Serambi-Mata/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: