Pada 23-25 November 2017, Nahdlatul Ulama menggelar Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar. Kedua agenda berbeda yang dilaksanakan satu waktu ini merupakan forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah Muktamar.
Sebagaimana dilansir Metrotvnews.com, Ketua Umum Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siroj mengatakan, Munas mengambil tema ‘Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga’. Tema ini dipilih mengingat perkembangan kekinian yang dihadapi bangsa Indonesia.
“Munas dilaksanakan pada 23 hingga 25 November di Nusa Tenggara Barat yang dipusatkan di lima pesantren,” katanya dalam konferensi pers di Kantor Pusat PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat,jelang acara.
Tirto.id melaporkan, Munas dan Konbes adalah acara reguler PBNU yang biasanya diselenggarakan dua tahunan. Keduanya adalah forum berbeda yang secara tradisi kerap digelar bersamaan.
Dalam keorganisasian NU, Munas dan Konbes berperan sebagai forum permusyawaratan tertinggi kedua setelah muktamar. Isu-isu strategis nasional kerap dibahas dalam acara ini.
Munas berfokus pada pembicaraan masalah-masalah keagamaan menyangkut kehidupan umat dan bangsa. Lewat forum Bahtsul Masail (pembahasan masalah-masalah), yang diampu para ulama, berbagai persoalan sosial terkini dibahas dan dicarikan jalan keluarnya lewat mekanisme fatwa.
“Munas dihadiri ulama-ulama yang paham betul persoalan agama. Sekali lagi, paham betul,” tutur Kiai Said.
Menurut laproran nu.or.id, turut hadir daam acara ini Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Usamah bin Muhammad Abdullah Al Syuaibi dan Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi.
Walaupun di tengah meningkatnya ketegangan di antara Saudi dan Iran di Timur Tengah, mereka dapat duduk bersama dalam acara ini. Meski tak persis berdampingan, keduanya duduk berdekatan dan di deretan kursi yang sama.
Bersama ribuan hadirin lain, konsul dari dua negeri Muslim itu tampak khusyuk mengikuti rangkaian acara pembukaan. Bahkan, keduanya rela berdiri hingga tiga kali dalam sesi melantunkan mars Yalal Wathan, Shalawat Badar, dan lagu Indonesia Raya. Kiai Said menyambut hangat seluruh duta besar.
Presiden Joko Widodo mengaku merasa sejuk ketika berada di tengah-tengah hadirin dalam acara itu.
“Begitu masuk, yang ada suasana dingin dan sejuk, apalagi saya berada di tengah para alim ulama NU. Begitu juga waktu masuk ke pesantren NU suasananya sejuk,” ujar Jokowi. Menurutnya, Indonesia kini sedang dilihat oleh negara lain sebagai negara yang netral.
Ketua PBNU H Iqbal Sullam mengatakan, NU cukup dekat dan sering mengundang pihak kedutaan dari berbagai negara, tak terkecuali Arab Saudi dan Iran. NU ingin menjadi jembatan dari dua negara itu sebagai ormas yang berada di tengah.
“Apalagi saya melihat konflik antara Saudi dan Iran adalah konflik temporer, bukan selamanya. Ada momen-momen tertentu mereka saling berkomunikasi dengan baik,” tambahnya.
Hadir pula dalam kesempatan itu Panglima Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo, Kepala Kepolisian Tito Karnavian, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan sejumlah pejabat negara lainnya.[]
(Metro-TV-News/Tirto/NU/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar