Oleh: Zoelk
Saya dan keluarga menonton film Naura & Genk Juara di CGV Grand Indonesia pada 18 November 2017. Alasan kami menonton film ini, karena memang dua anak kami telah menyenangi lagu-lagu Naura yang menjadi sedikit dari lagu anak-anak ditengah derasnya lagu lagu dewasa yang terpaksa dikonsumsi anak-anak.
Bahkan sebelum menonton filmnya, saya juga sempat membeli buku Naura & Genk Juara serta CD lagu-lagu yang menjadi soundtrack film tersebut.
Awalnya, saya tidak berniat menulis resensi film Naura & Genk Juara, tetapi betapa kagetnya saya setelah ada salah seorang anggota grup WA yang memang hobi membroadcasting apa saja, memposting sebuah tulisan yang diambilnya di FB mengenai film Naura dan Genk Juara. Isi broadcast tersebut intinya film Naura & Genk Juara dianggap melecehkan Islam dalam salah satu adegannya dan juga karena sosok penjahatnya digambarkan brewokan.
Ketika menyaksikan film ini, tidak satupun saya mendapati gambaran bahwa film ini akan dicap melecahkan Islam. Soal penjahatnya brewokan, menurut saya bukan simbol agama yang ada disitu tapi biar penjahatnya terlihat bertampang sangar. Toh, penjahat di film itu, tampilannya sangat jauh dari tampilan orang Islam yang alim.
Lalu bagaimana dengan ucapan istigfar yang diucapkan oleh penjahatnya. Memang adegan ini ada, tetapi konteksnya bukan melecehkan. Saya lupa adegan persisnya apa, tetapi intinya adegan ini sama sekali tidak ingin menunjukkan bahwa penjahatnya adalah orang Islam. Justru penjahat utamanya, Pak Marjono yang seharusnya melindungi satwa-satwa justru sama sekali tidak ada simbol agama apapun.
Saran saya, sebelum memutuskan secara objektif, apakah penggunaan istigfar di video tersebut membawa kesan melecehkan atau tidak, sebaiknya tonton filmnya secara utuh. Karena nyatanya, saya sendiri dan banyak orang yang mengamini bahwa penjahat yang beristigfar bukan ingin mensimbolkan bahwa orang Islam itu penjahat.
Saya melihat, bahwa anggapan penjahat di film itu diindentikkan dengan Islam adalah mengada-ada. Lebih mirip cocokisme kalo menurut saya.
Kalaupun mau disangkut pautkan dengan agama, kenapa misalnya si orang tua yang menulis status FB tersebut tidak menjelaskan bagaimana anak-anak yang orang Islam (Naura) justru menggagalkan upaya pencurian. Itu yang harus diteladani. Dan hebatnya, Naura (yang Islam) memimpin teman-temannya menggagalkan aksi pencurian.
Menurut saya, film Naura & Genk Juara adalah film yang sangat layak ditonton oleh keluarga dan juga anak-anak. Karena film ini mengajarkan banyak nilai-nilai positif. Tentang keberanian menyuarakan kebenaran, tentang pentingnya menguasai pengetahuan. Dan inti dari pesan film tersebut, “apalah gunanya pengetahuan yang kita miliki jika tidak digunakan untuk membantu orang lain.”
Pesan ini disampaikan oleh tokoh Kipli yang ingin menyemangati teman-temannya yang lain untuk mau menggagalkan pencurian satwa. Saat itu Kipli kecewa dengan teman-teman barunya karena hanya memperdulikan piala kemenangan sehingga tidak mau berbuat sesuatu yang lebih penting.
Soal film ini dianggap juga tidak bagus karena tidak sebaik film Petualangan Sherina. Menurut saya, bisa jadi kita menganggapnya tidak bagus karena faktor usia kita. Kita bisa menikmati petualangan Sherina karena ketika film tersebut tayang, sesuai dengan usia kita. Dan ketika film Naura & Genk Juara tayang, usia kita sudah jauh terlampau tua dan ditambah lagi sudah terlalu banyak kepicikan untuk menilai hal-hal yang ada di luar film dan memaksakannya masuk ke dalam film.
Toh nyatanya saya menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak bergembira dengan film ini, dan karena film musikal, anak-anak banyak yang ikut menyanyi terutama untuk lagu-lagu yang mereka yang sudah hapal.
Film Naura & Genk Juara menurut saya sebuah momentum kebangkitan film anak-anak. Sudah terlalu lama anak-anak kita kehilangan hiburan yang menyenangkan dan juga mendidik. Dan saya sangat yakin bahwa film Naura & Genk Juara menawarkan nilai-nilai kebaikan.
(Zoelk/suaraislam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar