Malam Jum'at adalah malam yang istimewa, seperti juga hari Jum'at disebut sebagai Sayyidul Ayyam (kepala/inti hari-hari). Bila di Indonesia, masyarakat Muslim Sunni biasa menggunakannya untuk kegiatan keagamaan berjamaah (berkelompok), seperti jam'iyyah tahlil (kelompok membaca tahlil), Jam'iyyah Yaasin (kelompok membaca Yasiin) Jam'iyyah Sholawat (kelompok membaca Sholawat) dan lain-lain, maka Madinah memiliki sisi uniknya sendiri, terutama di Musim haji.
Masyarakat Muslim Sunni, baik di Indonesia maupun negara-negara lainnya, memang mengagungkan Malam Jum'at. Demikian pun orang-orang Syiah, mereka sangat mengagungkan Malam Jum'at, terutama karena mereka memiliki satu doa yang tidak diamalkan di komunitas Muslim Sunni, yakni doa Kumail.
Di Musim haji, malam Jum'at menjadi malam yang cukup Istimewa di Madinah, khususnya di kawasan Masjid Nabawi. Pada Malam ini, para jamaah haji, termasuk jamaah asal Indonesia, biasanya menggelar bermacam-macam doa secara berkelompok di pelataran Masjid Nabawi. Namun orang-orang Iran memiliki keistimewaan sendiri pada malam tersebut.
Pada malam Jum'at, seperti malam tadi, Kamis (2/12), jamaah Iran berbondong-bondong menuju pintu Makam Baqi'. Pria dan wanita dalam pakaian khasnya mendekati pintu Makam Baqi' dari berbagai penjuru. Namun bukan berarti mereka dapat berjalan dengan sekehendaknya, karena ternyata semua jalur menuju pintu Makam Baqi' telah diblokir oleh pihak keamanan dengan perlengkapan yang cukup menyeramkan untuk ukuran menjaga doa/ibadah.
Pasukan keamanan dengan pakaian loreng dan helm anti huru-hara serta pentungan berjajar memblokade seluruh jalan menuju pintu Makam Baqi'. Selain memasang blokade plastik dan membentangkan tali pembatas, mereka juga memasang muka sangar. Hanya orang-orang bertampang Iran yang diperbolehkan melewati blokade, itu pun tidak "gratis". Mereka harus menyerahkan barang bawaan mereka untuk diperiksa dengan X-ray selayaknya akan memasuki bandar udara atau hotel-hotel dengan tingkat kecurigaan tinggi.
"Tidak boleh, ini hanya untuk orang-orang Iran dan penganut Syiah saja," kata para penjaga kepada siapa pun yang dikenalinya dalam tampang atau pakaian tidak mirip dengan orang Iran.
"Pokoknya tidak boleh. Sudahlah cepat pergi atau kami akan bertindak kasar," kata salah seorang penjaga dengan memasang muka seram, ketika NU Online mencoba bertanya, mengapa tidak boleh Masuk.
Akibat blokade jalur menuju pintu Makam Baqi' ini, banyak sekali jamaah yang kebingungan, bukan hanya jamaah haji Indonesia, namun siapapun dapat kebingungan karena blokade ini. Mereka dilarang lewat, padahal hanya melalui jalan itu yang mereka tahu untuk mencapai pondokan.
"Lah saya lewat mana ya Mas, Itu Pondokan saya sudah kelihatan pojokannya," tanya seorang jamaah yang menjadi korban blokade polisi berseragam loreng ini, sambil menunjuk sudut bangunan sebuah hotel di samping Masjid Nabawi.
"Bapak lewat kembali ke arah Masjid Nabawi, kemudian berbelok kekiri menyusuri jalan itu. Maka Bapak akan sampai di ujung pondokan sebelanya," terangku sambil menunjuk ke seberang jalan yang ujungnya menjauhi pintu Makam Baqi'
Dan begitulah, masyarakat Muslim Syiah memiliki keistimewaan tersendiri di Masjid Nabawi. Mereka diperkenankan membaca doa Kumail dalam kelompok besar, hingga ribuan orang, bahkan mendapatkan pengamanan Istimewa. Padahal jamaah Indonesia selalu diusir jika mengadakan doa bersama, meskipun hanya terdiri dari puluhan orang saja.
Dalam terminologi Syiah, Doa Kumail adalah doa yang diajarkan oleh Imam Ali RA kepada sahabat Kumail. Kumayl bin Ziyad Nakha'i adalah sahabat pilihan Imam Ali AS. Ketika Imam Ali AS memerintah, (35-40H), Kumail dlantik menjadi wali kota Hait. Ia akhirnya menemui kesyahidannya pada tahun 83 hijrah dalam usia 90 tahun atas perintah Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi. Kumayl dimakamkan di suatu tempat bernama Tsaubah, yang terletak di antara Najaf al-Asyraf dan Kufah, di Iraq.
Meski pemerintah Arab Saudi terkenal sebagai pemerintahan yang berhaluan keagamaan Wahabi dan sangat keras dalam memerangi Bid'ah, namu nyatanya tetap ada saat-saat mereka dibuat tidak berdaya. Dalam hal ini, Muslim Syiah Iran benar-benar membuat Arab Saudi mati kutu.
Setiap malam Jumat di Musim Haji, pemerintah Arab Saudi terpaksa mengerahkan ratusan aparat keamanan berseraagam loreng, dengan lengkap dengan helm anti huru-hara dan pentungan hanya untuk mengamankan jalannya prosesi peribadahan kaum Syiah ini.
Lebih dari itu, mereka bahkan harus merelakan pengeras suara Masjid Nabawi digunakan sebagai alat pengeras oleh orang-orang Syiah tersebut. Sehingga prosesi pembacaan doa khas Syiah ini terdengar hingga beberapa blok di luar Masjid Nabawi.
"Acara ini khusus hanya untuk orang-orang Syiah. Selain mereka dilarang Masuk. Tidak ada toleransi lagi," kata salah seorang komandan polisi yang memimpin blokade di salah satu jalur jalan yang menuju Makam Baqi'.
Menurut komandan yang tidak mau menyebutkan namanya ini, blokade ini berlangsung setiap malam Jum'at setelah Sholat Isya hingga kira-kira pukul sebelas malam. Blokade ini diberlakukan selama musim haji.
"Ya Syeikh, apa yang akan Anda lakukan di dalam?" tanyaku pada seseorang dengan Jubah kebesaran ulama Iran. Ia tampak berjalan di depan dengan diikuti oleh serombongan jamaah, tampaknya ia seorang pemimpin.
"Kita akan memanjatkan doa dan berziarah kepada Rasulullah dan Puterinya, Fatimah," jawabnya seraya menghentikan langkah dan mencoba mengajak bicara lebih panjang.
"Doa apakah yang akan Anda dan jamaah Anda panjatkan di sana?" tanyaku setelah ia berhenti dan diikuti kawan-kawannya di belakangnya.
"Doa Kumail, apakah Anda tahu? Kami akan berdoa dan memohon ampunan di sana. Apakah Anda mau ikut?," jawabnya sambil membalas bertanya.
"Ya saya tahu. Tetapi maaf, saya tidak bisa ikut," jawabku menolak tawarannya. Meski sebenarnya saya ingin ikut mendengarkan langsung dari tempat terdekat mereka berdoa, namun saya tidak yakin dapat melewati penjagaan dan blokade ketat aparat keamanan.
"Baiklah. Semoga Tuhan memberkati Anda," jawabnya sambil segera berlalu diikuti oleh jamaah di belakangnya. Sementara itu, suara lantunan doa terdengar lantang dari corong Speaker menara Masjid Nabawi. Dilihat dari suara dan nada lagunya, menjadi lebih mirip pengajian ibu-ibu Muslimat di kampung-kampung.
Sumber : Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi
Simak Doanya dibawah ini:
Doa Kumail
Selama ini orang menganggap bahwa Doa Kumail yg dibaca pada setiap malam Jum'at setelah membaca surat Yasin adalah doa milik Syiah.
Padahal faktanya doa ini adalah doa yg diajarkan oleh Imam Ali as kepada para sahabatnya dan dikenal sebagai Doa Al-Khidhir, dan salah satu sahabat Imam Ali as yg mengamalkan doa tersebut adalah Kumail bin Ziyad an-Nakhai yg berasal dr Yaman.
Dibawah ini adalah kronologis peristiwa Doa Al-Khidhir tersebut hingga bisa dikenal sebagai Doa Kumail.
Pada suatu waktu, Imam Ali as sedang duduk bersama sahabat2nya. Salah satu dr mereka bertanya tentang tafsir dr sebuah ayat dalam Al-Qur'an surat Ad-Dukhan ayat 4 yg berbunyi...
فيها يفرق كل امر حكيم
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yg penuh hikmah"
Imam Ali as berkata, "Ayat itu mengenai Nisfu Sya'ban. Demi Allah, orang harus memohon kepada Allah pada malam itu. Ia harus membaca doa Al-Khidhir, maka Allah pasti akan mengabulkannya."
Pertemuan itupun berakhir. Imam as pulang ke rumah beliau. Malam pun tiba, suasana kemudian menjadi gelap. Orang2 pun telah tidur. Namun Kumail belum tidur dan gelisah di dalam rumahnya. Dan kemudian Kumail bangkit dr tempat tidurnya, dan pergi ke rumah Imam Ali as dan ia mempunyai sebuah pertanyaan kepada beliau as.
Kumail mengetuk pintu rumah Imam Ali as, dan beliau as bertanya, "Kumail, apa yg membawamu kemari?"
Kumail berkata dengan sopan, "Wahai Amirul Mukminin, apakah itu doa Al-Khidhir?"
Imam Ali as dengan ramah berkata, "Kumail duduklah, aku akan membacakan doa untukmu dan bacalah pada setiap malam Jum'at."
Imam Ali as mulai membaca doa itu dan Kumail pun menulisnya. Sampai sekarang, ratusan juta kaum muslimin membaca doa itu dan mereka menyebutnya dengan Doa Kumail.
Kumail bin Ziyad An-Nakhai merupakan salah satu sahabat besar Imam Ali as yg sangat setia kepada Imam as, beliau berasal dr Yaman. Beliau bersama keluarganya tinggal di Kufah Irak selama masa kehalifahan Imam Ali as.
Beliau rela merelakan leher beliau dipenggal oleh Al-Hajjaj, Gubernur pada masa kerajaan zalim bani Umayyah pada masa Abdul Malik bin Marwan bin Hakam, yg sangat memusuhi keluarga Nabi dan dikenal dengan kekejamannya dengan banyak membunuh zuriyah Rasulullah saww dan memenjarakan orang2 yg mencintai Imam Ali as dan para Imam keturunannya serta zuriyah Rasulullah saww.
Kumail bin Ziyad dipenggal kepalanya oleh algojo Al-Hajjaj karena menolak dengan tegas perintah Al-Hajjaj untuk mengingkari Imam Ali as dan menolak berwilayah kepada Imam Ali as.
Pada setiap malam Jum'at, nama Kumail bin Ziyad disebutkan oleh ratusan juta kaum muslimin, dan nama Syuhada agung ini terus akan bersinar di hati kaum muslimin.
*****
Doa Kumail dikenal juga sebagai doa nabi Hidhir (as). Doa Kumail diajarkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa) kepada Kumail bin Ziyad salah seorang murid dan sahabat kepercayaannya. Doa Kumail sangat utama dibaca pada malam Jum’at, maknanya sangat menyentuh hati, telah banyak membuat kesadaran baru bagi spiritual pembacanya yang menjiwai maknanya.
اَللّهُمَّ اِنّي اَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتي وَسِعَتْ كُلَّ شَيءٍ
allohumma inni as’aluka birahmatikal lati wasi’at kulla syai’
Ya Allah, aku memohon demi rahmat-Mu yang mencakup segala sesuatu
وَ بِقُوَّتِكَ الَّتي قَهَرْتَ بِها كُلَّ شَيْءٍ
wa biquwwatikal lati qaharta biha kulla syai’
dan demi kekuatan-Mu yang menundukkan segalanya
وَ خَضَعَ لَها كُلُّ شَيْءٍ وَ ذَلَّ لَها كُلُّ شَيْءٍ
wa khodho’a laha kullu syai’ wa dzalla laha kullu syai’
dan segalanya tunduk serta hina di hadapannya (kekuatan-Mu)
وَ بِجَبَرُوتِكَ الَّتي غَلَبْتَ بِها كُلَّ شَيْءٍ
wa bijabarutikal lati ghalabta biha kulla syai’
dan demi jabarut-Mu yang mana Engkau memenangkan segala sesuatu
وَ بِعِزَّتِكَ الَّتي لا يَقُومُ لَها شَيْءٌ
wa bi’izzatikal lati la yaqumu laha syai’
dan demi kemuliaan-Mu yang mana tidak ada satupun yang bisa berdiri menandinginya
وَ بِعَظَمَتِكَ الَّتي مَلاَتْ كُلَّ شَيْءٍ
wa bi’adhomatikal lati mala’at kulla syai’
dan demi keagungan-Mu yang telah memenuhi segala sesuatu
وَ بِسُلْطانِكَ الَّذي عَلا كُلّ شَيْءٍ
wa bisulthanikal ladzi ‘ala kulla syai’
dan demi kekuasaan-Mu yang lebih tinggi dari segala sesuatu
وَ بِوَجْهِكَ الْباقي بَعْدَ فَناَءِ كُلِّ شَيْءٍ
wa biwajihkal baqi ba’da fana’i kulli syai’
dan demi wajah-Mu yang kekal setelah fananya segala sesuatu
وَ بِأَسْمائِكَ الَّتي مَلاَتْ اَرْكانَ كُلِّ شَيْءٍ
wa biasma’ikal lati mala’at arkana kulli syai’
dan demi nama-nama-Mu yang telah memenuhi rukun segala sesuatu (menjadi pondasi dan asas segala sesuatu)
وَ بِعِلْمِكَ الَّذي اَحاطَ بِكُل شَيْءٍ
wa bi’ilmikal ladzi ahatho bikulli syai’
dan demi ilmu-Mu yang meliputi segala sesuatu
وَ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذي اَضاَءَ لَهُ كُلُّ شيْءٍ
wa binuri wajhikal ladzi adho’a lahu kullu syai’
dan demi cahaya wajah-Mu yang karenanya segala sesuatu tersinari
يا نُورُ يا قُدُّوسُ
ya nuru ya quddus
wahai Cahaya, wahai Yang Maha Suci
يا اَوَّلَ الاْوَّلِينَ وَ يا آخِرَ الآ خِرينَ
ya awwalal awwalina wa ya akhirol akhirin
wahai dzat Yang Lebih Awal dari segala yang awal, dan Lebih Akhir dari segala yang akhir
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوبَ الَّتي تَهْتِكُ الْعِصَمَ
allohummaghfir liyadz dzunubal lati tahtikul ‘ishom
ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah mengoyak tirai penjaga
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوبَ الَّتي تُنْزِلُ النِّقَمَ
allohummaghfir liyadz dzunubal lati tunzilun niqom
ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang telah menurunkan amarah-Mu
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوبَ الَّتي تُغَيِّرُ النِّعَمَ
allohummaghfir liyadz dzunubal lati tughoyyirun ni’am
ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah merubah nikmat-nikmat
اَللّهُمَّ اغْفِرْ ليَ الذُّنُوبَ الَّتي تَحْبِسُ الدُّعاَءَ
allohummaghfir liyadz dzunubal lati tahbisud du’a’
ampunilah dosa-dosaku yang telah menghalangi naiknya doa (kepada-Mu)
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيَ الذُّنُوبَ الَّتي تُنْزِلُ الْبَلاَءَ
allohummaghfir liyadz dzunubal lati tunzilul bala’
ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang telah menurunkan bencana
اَللّهُمَّ اغْفِرْلي كُلَّ ذَنْبٍ اَذْنَبْتُه
allohummaghfir li kulla dzanbin adznabtuh
ya Allah ampunilah segala dosa yang telah aku kerjakan
وَ كُلَّ خَطيئَةٍ اَخْطَاْتُها
wa kulla khothi’atin akhto’tuha
dan segala kesalahan yang telah kulakukan
اَللّهُمَّ اِنّي اَتَقَرَّبُ اِلَيْكَ بِذِكْرِكَ
allohumma inni ataqorrobu ilaika bidzikrik
ya Allah, sungguh aku mendekatkan diri pada-Mu dengan cara mengingat-Mu (berdzikir pada-Mu)
وَ اَسْتَشْفِعُ بِكَ اِلی نَفْسِكَ
wa astasyfi’u bika ila nafsik
dan aku meminta pertolongan (syafa’at) dari diri-Mu untuk meraih-Mu
وَ اَسْئَلُكَ بِجُودِكَ اَنْ تُدْنِيَني مِنْ قُرْبِكَ
wa as’aluka bijudika an tudniyani min qurbik
dan aku memohon kedermawanan-Mu agar mendekatkan diri ini pada-Mu
وَ اَنْ تُوزِعَني شُكْرَكَ وَ اَنْ تُلْهِمَني ذِكْرَكَ
wa an tuzi’ani syukroka wa an tulhimani dzikrok
lalu Kau karuniakan aku syukur, mengilhamkanku dzikir
اَللّهُمَّ اِنّي اَسْئَلُكَ سُؤالَ خاضِعٍ مُتَذَلِّلٍ خاشِعٍ
allohumma inni as’aluka su’ala khodhi’in mutadzallilin khosyi’
ya Allah, sungguh aku memohon pada-Mu dengan permohonan orang yang rendah, hina, khusyu’
اَنْ تُسامِحَني وَ تَرْحَمَني
an tusamihani wa tarhamani
agar Kau memaafkanku serta merahmatiku
وَ تَجْعَلَني بِقِسْمِكَ راضِياً قانِعاً
wa taj’alani biqismika rodhiyan qoni’a
dan menjadikanku ridha dan merasa cukup dengan pemberian-Mu
وَ في جَميعِ الاَحْوالِ مُتَواضِعاً
wa fi jami’il ahwali mutawadhi’a
juga jadikan aku senantiasa rendah hati dalam setiap keadaan
اَللّهُمَّ وَ اَسْئَلُكَ سُؤالَ مَنِ اشْتَدَّتْ فاقَتُهُ
allohumma wa as’aluka su’ala manisytaddat faqotuh
ya Tuhanku, aku meminta dari-Mu dengan permintaan orang yang begitu besar kebutuhannya
وَ اَنْزَلَ بِكَ عِنْدَ الشَّدآئِدِ حاجَتَهُ
wa anzala bika ‘indasy syada’idi hajatah
yang telah meluapkan segala kebutuhannya pada-Mu saat terdesak
وَ عَظُمَ فيما عِنْدَكَ رَغْبَتُهُ
wa ‘adhuma fima ‘indaka roghbatuh
yang juga besar harapannya terhadap apa yang ada di sisi-Mu
اَللّهُمَّ عَظُمَ سُلْطانُكَ وَ عَلا مَكانُكَ
allohumma ‘adhuma sulthonuka wa ‘ala makanuk
ya Allah, begitu agung kuasa-Mu dan tinggi tahta-Mu
وَ خَفِيَ مَكْرُكَ وَ ظَهَرَ اَمْرُكَ
wa khofiya makruka wa dhoharo amruk
sungguh samar makar-Mu, dan nampak perkara-Mu
وَ غَلَبَ قَهْرُكَ وَ جَرَتْ قُدْرَتُكَ
wa gholaba qohruka wa jarot qudrotuk
kekuatan-Mu selalu menang dan juga kodrat-Mu
وَ لا يُمْكِنُ الْفِرارُ مِنْ حُكُومَتِكَ
wa la yumkinul firoru min hukumatik
tak mungkin (ada yang bisa) lari dari kekuasaan-Mu
اَللّهُمَّ لا اَجِدُ لِذُنُوبي غافِراً
allohumma la ajidu lidzunubi ghofiro
ya Allah Tuhanku, aku tidak menemukan selain Engkau yang dapat memaafkan dosa-dosaku,
وَ لا لِقَبائِحي ساتِراً
wa la liqoba’ihi satiro
dan tidak pula yang dapat menutupi keburukan-keburukanku
وَ لا لِشَيْءٍ مِنْ عَمَلِيَ الْقَبيحِ بِالْحَسَنِ مُبَدِّلاً غَيْرَكَ
wa la lisyai’in min ‘amaliyal qobihi bil hasani mubaddilan ghoirok
juga tiada lagi selain-Mu yang bersedia membalas dengan kebaikan atas keburukan yang telah kulakukan
لا اِلهَ اِلاّ اَنْتَ سُبْحانَكَ وَ بِحَمْدِكَ
la ilaha illa anta subhanaka wa bihamdik
benar tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau dan segala puji bagi-Mu
ظَلَمْتُ نَفْسي
dholamtu nafsi
aku telah zalim pada diriku sendiri
وَ تَجَرَّأتُ بِجَهْلي
wa tajarro’tu bijahli
aku telah lancang karena kebodohanku
وَ سَكَنْتُ اِلی قَديمِ ذِكْرِكَ لي وَ مَنِّكَ عَلَيَّ
wa sakantu ila qodimi dzikrika li wa mannika alay
aku lalai dan merasa nyaman karena Engkau selalu mengingatku dan mengasihiku
اَللّهُمَّ و مَوْلايَ كَمْ مِنْ قَبيحٍ سَتَرْتَهُ
allohumma wa maulaya kam min qobihin satartah
ya Rabbi ya Tuhan, betapa banyak keburukanku yang telah Kau tutupi?
وَ كَمْ مِنْ فادِحٍ مِنَ الْبَلاَءِ اَقَلْتَهُ
wa kam min fadihin minal bala’i aqaltah
betapa banyak bala dan bencana yang telah Kau hindarkan dariku?
وَ كَمْ مِنْ عِثارٍ وَقَيْتَهُ
wa kam min ‘itsarin waqaitah
betapa sering Engkau mencegahku tergelincir?
وَ كَمْ مِنْ مَكْرُوهٍ دَفَعْتَهُ
wa kam min makruhin dafa’tah
betapa Engkau menjagaku dari keburukan?
وَ كَمْ مِنْ ثَناَءٍ جَميلٍ لَسْتُ اَهْلاً لَهُ نَشَرْتَهُ
wa kam min tsana’in jamilin lastu ahlan lahu nasyartah
betapa sering pula Engkau menebar pujian-pujian untukku yang padahal aku tidak pantas mendapatkannya?
اَللّهُمَّ عَظُمَ بَلاَئي وَ اَفْرَطَ بي سُوءُ حالي
allohumma ‘adzuma bala’i wa afrotho bi su’u hali
ya Allah, betapa besar balaku ini, keterlaluan sudah buruknya keadaan hamba-Mu
وَ قَصُرَتْ بي اَعْمالي وَ قَعَدَتْ بي اَغْلالي
wa qoshurot bi a’mali wa qo’adat bi aghlali
sedikit sekali amalku, keterikatanku pada dunia telah mengekangku di sini
وَ حَبَسَني عَنْ نَفْعي بُعْدُ اَمَلي
wa habasani ‘an naf’i bu’du amali
angan-angan panjangku telah menahanku dari apa-apa yang dapat menguntungkanku,
وَ خَدَعَتْنِي الدُّنْيا بِغُرُورِها
wa khodhoatni dunya bighururiha
dunia telah menipuku dengan tipuan-tipuannya!
وَ نَفْسي بِجِنايَتِها وَ مِطالي
wa nafsi bijinayatiha wa mitholi
dan diriku terlumuri dosa dan keburukannya, lalu tinggal cukup lama di dalamnya
يا سَيِّدي فَاَسْئَلُكَ بِعِزَّتِكَ اَنْ لا يَحْجُبَ عَنْكَ دُعاَئي
ya sayyidi fa as’aluka bi’izzatika an la hajuba ‘anka du’a’i
wahai Tuhanku, kini aku memohon pada-Mu demi kemuliaan-Mu jangan Kau biarkan doaku tertutupi (agar Engkau tidak berpaling dari doaku)
سُوءُ عَمَلي وَ فِعالي
su’u ‘amali wa fi’ali
dikarenakan buruknya amal perbuatanku
وَ لا تَفْضَحْني بِخَفِيِّ مَا اطَّلَعْتَ عَلَيْهِ مِنْ سِرّي
wa la tafdhohni bikhofiyyi mathola’ta ‘alaihi min sirri
jangan pula Kau buka aib yang telah kulakukan saat aku sendiri
وَلا تُعاجِلْني بِالْعُقُوبَةِ عَلي ما عَمِلْتُهُ في خَلَواتي
wa la tu’ajilni bil ‘uqubati ‘ala ma ‘amiltuhu fi kholawati
jangan terburu-buru menurunkan hukuman padaku atas apa yang telah kulakukan di saat sepi
مِنْ سُوءِ فِعْلي وَ اِساَئَتي وَ دَوامِ تَفْريطي وَ جَهالَتي
min su’i fi’li wa ‘isa’ati wa dawami tafrithi wa jahalati
termasuk perbuatan-perbuatan burukku, keterlaluanku dan kebodohanku
وَ كَثْرَةِ شَهَواتي وَ غَفْلَتي
wa katsroti syahwati wa ghoflati
tingginya syahwatku dan kelalaianku
وَ كُنِ اللّهُمَّ بِعِزَّتِكَ لي في كُلِّ الاَحْوالِ رَؤُفاً
wa kunillahumma bi’izzatika li fi kullil ahwali ro’ufa
selalu sayangi aku demi kemuliaan-Mu dalam setiap keadaan
وَ عَلَيَّ في جَميعِ الاُمُورِ عَطُوفاً
wa ‘alayya fi jami’il umuri ‘athufa
dan juga kasihi aku dalam segala perkara
اِلهي وَرَبّي مَنْ لي غَيْرُكَ
ilahi wa robbi man li ghoiruk
ya Ilahi wahai Tuhanku, siapa lagi untukku selain-Mu?
اَسْئَلُهُ كَشْفَ ضُرّي
as’aluhu kasyfa dhurri
yang dapat kuminta untuk menyingkirkan keburukanku
وَالنَّظَرَ في اَمْري
wan nadhoro fi amri
dan menoleh pada masalah-masalahku
اِلهي وَ مَوْلايَ اَجْرَيْتَ عَلَيَّ حُكْماً اِتَّبَعْتُ فيهِ هَوی نَفْسي
ilahi wa maulaya ajroyta alayya hukman ittaba’tu hawa nafsi
Ilahi, engkau telah memberlakukan atasku hukum orang yang telah mengikuti hawa nafsu
وَ لَمْ اَحْتَرِسْ فيهِ مِنْ تَزْيينِ عَدُوّي فَغَرَّني بِما اَهْوي
wa lam ahtaris fihi min tazyini ‘aduwwi faghorroni bima ahwa
dan aku benar-benar tidak berhat-hati dengan buaian musuhku yang kemudian menipuku sesuka hatinya
وَ اَسْعَدَهُ عَلی ذلِكَ الْقَضاَءُ
wa as’adahu ‘ala dzalikal qodho’
dan Qadha serta Qadar telah mendukungnya
فَتَجاوَزْتُ بِما جَري عَلَيَّ مِنْ ذلِكَ بَعْضَ حُدُودِكَ
fa tajawaztu bima jaro alayya min dzalika ba’dho hududik
lalu dengan keadaan ini aku melangkahi batasan-batasan yang seharusnya tak boleh kulangkahi
وَ خالَفْتُ بَعْضَ اَوامِرِكَ
wa kholaftu ba’dho awamirik
membangkang terhadap sebagian perintah-perintah-Mu.
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَيَّ في جَميعِ ذلِكَ
fa lakal hamdu ‘alayya fi jami’i dzalik
Maka segala puji bagi-Mu atas semua itu
وَ لا حُجَّةَ لي فيما جَري عَلَيَّ فيهِ قَضاَؤُكَ
wa la hujjata li fima jaro alayya fihi qodho’uk
aku tidak bisa berkata apa-apa atas hukuman yang Kau putuskan untukku karenanya
وَ اَلْزَمَني حُكْمُكَ وَ بَلاؤُكَ
wa alzamani hukmuka wa bala’uk
yang telah Kau pastikan dari hukuman dan bala-mu
وَ قَدْ اَتَيْتُكَ يا اِلهي
wa qod ataytuka ya ilahi
aku mendatangi-Mu wahai Tuhanku
بَعْدَ تَقْصيري وَ اِسْرافي عَلي نَفْسي
ba’da taqshiri wa isrofi ‘ala nafsi
setelah segala kesalahan dan keterlaluanku atas diriku ini
مُعْتَذِراً نادِماً
mu’tadziron nadima
dengan meminta maaf,
مُنْكَسِراً مُسْتَقيلاً
munkasiron mustaqila
menyesal, patah hati,
مُسْتَغْفِراً مُنيباً
mustaghfiron muniba
beristighfar, bertaubat,
مُقِرّاً مُذْعِناً مُعْتَرِفاً
muqirron mudz’inan mu’tarifa
mengaku atas dosaku…
لا اَجِدُ مَفَرّاً مِمّا كانَ مِنّي
wa la aijdu mafarron mimma kana minni
aku tidak menemukan jalan untuk lari
وَ لا مَفْزَعاً اَتَوَجَّهُ اِلَيْهِ في اَمْري
wa la mafza’an atawajjahu ilaihi fi amri
dan berlindung ketakutan
غَيْرَ قَبُولِكَ عُذْري
ghoiru qobulika ‘udzri
selain memohon-Mu menerima maafku
وَ اِدْخالِكَ اِيّايَ في سَعَةِ رَحْمَتِكَ
wa idkholika iyyaya fi sa’ati rohmatik
dan memasukkanku ke dalam rahmat-Mu
اَللّهُمَّ فَاقْبَلْ عُذْري
allohumma faqbal ‘udzri
ya Allah, terimalah maaf ini
وَارْحَمْ شِدَّةَ ضُرّي
warham syiddata dhurri
kasihanilah hamba yang sangat buruk ini
وَ فُكَّني مِنْ شَدِّ وَ ثاقي
wa fukkani min syaddi watsaqi
bebaskan aku dari belenggu dosaku
يا رَبِّ ارْحَمْ ضَعْفَ بَدَني
ya rabbirham dho’fa badani
ya Rabbi, kasihani tubuhku yang lemah ini
وَ رِقَّةَ جِلْدي وَ دِقَّةَ عَظْمي
wa riqqota jildi wa diqqota adhmi
kulitnya yang tipis, dan tulangnya yang rapuh
يا مَنْ بَدَءَ خَلْقي وَ ذِكْري وَ تَرْبِيَتي
ya man bada’a kholqi wa dzikri wa tarbiyati
wahai yang memulai penciptaanku dan mendidikku
وَ بِرّي وَ تَغْذِيَتي
wa birri wa taghdziyati
lalu berbuat baik padaku dan menghidupiku
هَبْني لاِبْتِدآءِ كَرَمِكَ وَ سالِفِ بِرِّكَ بي
habni libtidaa’i karomika wa salifi birrika bi
berilah kembali kebaikan-Mu itu sebagaimana yang lalu
يا اِلهي وَ سَيِّدي وَ رَبّي
ya ilahi wa sayyidi wa robbi
ya Ilahi wahai Tuhanku,
اَتُراكَ مُعَذِّبي بِنارِكَ بَعْدَ تَوْحيدِكَ
aturoka mu’adzibi binarika ba’da tauhidik
apakah benar Kau akan membiarkanku diadzab di neraka-Mu setelah aku mengakui keesaan-Mu?
وَ بَعْدَ مَا انْطَوی عَلَيْهِ قَلْبي مِنْ مَعْرِفَتِكَ
wa ba’da manthowa alaihi qolbi min ma’rifatik
setelah hati ini menyadari keagungan-Mu? dan lidahku bergetar saat mengingat-Mu?
وَ لَهِجَ بِهِ لِساني مِنْ ذِكْرِكَ
wa lahija bihi lisani min dzikrik
sampai-sampai lidahku lancar berdzikir menyebut nama-Mu
وَاعْتَقَدَهُ ضَميري مِنْ حُبِّكَ
wa’taqodahu dhomiri min hubbik
dan jiwaku telah terikat dengan kecintaan pada-Mu
وَ بَعْدَ صِدْقِ اعْتِرافي وَ دُعاَئي خاضِعاً لِرُبُوبِيَّتِكَ
wa ba’da shidqi i’tirofi wa du’a’i khodhi’an lirububiyyatik
setelah kuakui Engkau secara jujur, berdoa pada-Mu secara tulus, dan tunduk akan rububiyah-Mu?
هَيْهاتَ اَنْتَ اَكْرَمُ مِنْ اَنْ تُضَيِّعَ مَنْ رَبَّيْتَهُ
haihata anta akromu min an tudhoyyi’a man robbaitah
tidak… Engkau tidak mungkin menghempaskan begitu saja hamba yang telah Kau didik.
اَوْ تُبْعِدَ مَنْ اَدْنَيْتَهُ
auw tub’ida man adnaitah
Maha Mulia Engkau untuk menjauhkan hamba yang pernah Kau dekatkan dan Kau sayangi
اَوْ تُشَرِّدَ مَنْ آوَيْتَهُ
auw tusyarrida man aawaitah
atau Kau abaikan orang yan telah Kau ayomi
اَوْ تُسَلِّمَ اِلَی الْبَلاءِ مَنْ كَفَيْتَهُ وَ رَحِمْتَهُ
auw tusallima ilal bala’i man kafaitahu wa rohimtah
dan menceburkannya dalam bala dan bencana padahal Engkau telah mencukupinya dan merahmatinya
وَ لَيْتَ شِعْري يا سَيِّدي وَ اِلهي وَ مَوْلايَ
wa laita syi’ri ya sayyidi wa ilahi wa maulaya
aku ingin tahu, wahai Tuhanku…
اَتُسَلِّطُ النّارَ عَلي وُجُوهٍ خَرَّتْ لِعَظَمَتِكَ ساجِدَةً
atusallithunnaro ala wujuhin khorrot li’adhomatika sajidah
apakah Kau akan membakar wajah-wajah yang telah tunduk karena keagungan-Mu dalam sujud
وَ عَلي اَلْسُنٍ نَطَقَتْ بِتَوْحيدِكَ صادِقَةً
wa ‘ala alsunin natoqot bitauhidika sodiqoh
lidah yang mengucap tulus tentang keesaan-Mu
وَ بِشُكْرِكَ مادِحَةً
wa bisyukrika madihah
hamba yang telah memuji-Mu karena mensyukuri-Mu
وَ عَلي قُلُوبٍ اعْتَرَفَتْ بِاِلهِيَّتِكَ مُحَقِّقَةً
wa ‘ala qulubin i’tarofat biilahiyyatika muhaqqiqoh
hamba yang mengaku di hatinya bahwa Engkau benar-benar Tuhannya
وَ عَلي ضَماَئِرَ حَوَتْ مِنَ الْعِلْمِ بِكَ حَتّی صارَتْ خاشِعَةً
wa ‘ala dhoma’iro hawat minal ‘ilmi bika hatta shorot khosyi’ah
hamba yang hatinya penuh pengetahuan tentang-Mu hingga merasa takut
وَ عَلی جَوارِحَ سَعَتْ اِلی اَوْطانِ تَعَبُّدِكَ طاَئِعَةً
wa ‘ala jawariha sa’at ila awthoni ta’abbudika tho’i’ah
hamba yang tubuhnya bergegas dihantarkan menuju tempat ibadah-Mu dengan penuh kerinduan
وَ اَشارَتْ بِاسْتِغْفارِكَ مُذْعِنَةً
wa asyarot bistighfarika mudz’inah
dan mengisyarahkan istighfarnya dengan penuh harapan pengampunan
ما هكَذَا الظَّنُّ بِكَ وَ لا اُخْبِرْنا بِفَضْلِكَ عَنْكَ
ma hakadza dzonnu bik wala ukhbirna bifadhlika anka
sunggah tidak seperti itu prasangkaku, tidak seperti itu yang pernah kudengar tentang kemurahan-Mu
يا كَريمُ يا رَبِّ
ya karimu ya robb
wahai Yang Maha Pemurah waha Rabb-ku
وَ اَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفي
wa anta ta’lamu dho’fi
Engkau tahu jelas betapa lemahnya aku
عَنْ قَليلٍ مِنْ بَلاَءِ الدُّنْيا وَ عُقُوباتِها
‘an qolilin min bala’id dunya wa ‘uqubatiha
yang tidak mampu bertahan atas bala di dunia dan hukuman yang sedikit ini
وَ ما يَجْری فيها مِنَ الْمَكارِهِ عَلی اَهْلِها
wa ma yajro fiha minal makarihi ala ahliha
atas segala yang menimpa penduduknya dari kesusahan-kesusahan
عَلی اَنَّ ذلِكَ بَلاَءٌ وَ مَكْرُوهٌ قَليلٌ مَكْثُهُ
ala anna dzalika bala’un wa makruhun qolilun maktsuh
padahal bala dan kesusahan itu tak berlangsung lama,
يَسيرٌ بَقاَئُهُ قَصيرٌ مُدَّتُهُ
yasirun baqo’uh qoshirun muddatuh
sebentar dan pendek masanya
فَكَيْفَ احْتِمالي لِبَلاَءِ الآخِرَةِ
fa kaifah timali libala’il akhiroh
lalu bagaimana mungkin daku bertahan dalam bala
وَ جَليلِ وُقُوعِ الْمَكارِهِ فيها
wa jalili wuqu’il makarihi fiha
dan segala hukuman yang ada di sana?
وَهُوَ بَلاَءٌ تَطُولُ مُدَّتُه وَ يَدُومُ مَقامُهُ
wa huwa bala’un tathulu muddatuhu wa yadumu maqomuh
yang berlangsung lama
وَ لا يُخَفَّفُ عَنْ اَهْلِهِ
wa la yukhoffafu ‘an ahlihi
dan tidak ada keringanan bagi penghuninya
لاِنَّهُ لا يَكُونُ اِلاّ عَنْ غَضَبِكَ
liannahu la yakunu illa ‘an ghodhobik
tak lain karena amarah-Mu…
وَاْنتِقامِكَ وَ سَخَطِكَ
wantiqomika wa sakhotik
dan karena murka-Mu.
هذا ما لا تَقُومُ لَهُ السَّمواتُ وَالاْرْضُ
hadza ma la taqumu lahus samawatu wal ardh
Bahkan langit dan bumi pun tak mampu menahan siksa hukuman itu
يا سَيِّدِي فَكَيْفَ لي
ya sayyidi fa kaifa li
apa lagi aku, wahai Tuhanku?
وَ اَنَا عَبْدُكَ الضَّعيفُ الذَّليلُ
wa ana ‘abduka dho’iful dzalil
aku hambamu yang lemah, hina
الْحَقيرُ الْمِسْكينُ الْمُسْتَكينُ
al haqirul miskinul mustakin
malang, miskin dan papa
يا اِلهي وَ رَبّي وَ سَيِّدِي وَ مَوْلايَ
ya ilahi wa robbi wa sayyidi wa maulaya
ya Tuhanku wahai maulaku
لاِيِّ الاُمُورِ اِلَيْكَ اَشْكُو
liayyil umuri ilaika asyku
apa yang akan kuadukan pada-Mu di sana nanti?
وَ لِما مِنْها اَضِجُّ وَ اَبْكي
wa lima minha adhijju wa abki
karena apa kelak aku akan menangis di sana?
لاِليمِ الْعَذابِ وَ شِدَّتِهِ
li alimil adzabi wa syiddatih
apakah karena pedihnya siksaan,
اَمْ لِطُولِ الْبَلاَءِ وَ مُدَّتِهِ
am lithulil bala’i wa muddatih
atau karena lamanya aku akan disiksa?
فَلَئِنْ صَيَّرْتَني لِلْعُقُوباتِ مَعَ اَعْدآئِكَ
fa la’in shoyyartani lil ‘uqubaati ma’a a’daa’ik
jika seandainya Kau akan mengumpulkanku bersama musuh-musuh-Mu,
وَ جَمَعْتَ بَيْني وَ بَيْنَ اَهْلِ بَلاَئِكَ
wa jama’ta baini wa baini ahli bala’ik
dan Kau satukan aku bersama penduduk neraka-Mu
وَ فَرَّقْتَ بَيْني وَ بَيْنَ اَحِبّاَئِكَ وَ اَوْلياَئِكَ
wa farroqta baini wa baina ahibba’ika wa awliya’ik
dan Kau pisah aku dari hamba-hamba kecintaan-Mu
فَهَبْني يا اِلهي وَ سَيِّدِي وَ مَوْلايَ وَ رَبّي صَبَرْتُ عَلی عَذابِكَ
fahabni ya ilahi wa sayyidi wa maulaya wa robbi shobartu ala adzabik
maka ya Tuhan, aku mungkin masih bisa bersabar atas siksaan itu
فَكَيْفَ اَصْبِرُ عَلی فِراقِكَ
fakaifa ashbiru ‘ala firoqik
namun bagaimana aku bisa bersabar atas perpisahan dari-Mu?
وَ هَبْني صَبَرْتُ عَلی حَرِّ نارِكَ
wa habni shobartu ‘ala harri narik
anggaplah aku tahan dengan panasnya api neraka-Mu,
فَكَيْفَ اَصْبِرُ عَنِ النَّظَرِ اِلی كَرامَتِكَ
fakaifa ashbiru ‘anin nadhori ila karomatik
lalu bagaimana aku bisa bersabar untuk ingin merasakan kasih-Mu
اَمْ كَيْفَ اَسْكُنُ فِي النّارِ وَ رَجاَئي عَفْوُكَ
am kaifa askunu finnari wa roja’i ‘afwuk
bagaimana aku tinggal di neraka? sedang harapanku adalah maaf-Mu
فَبِعِزَّتِكَ يا سَيِّدي وَ مَوْلايَ اُقْسِمُ صادِقاً
fa bi’izzatika ya sayyidi wa maulaya uqsimu shodiqo
maka demi kemuliaan-Mu, wahai Tuhanku, aku bersumpah,
لَئِنْ تَرَكْتَني ناطِقاً
la’in taroktani nathiqo
jika engkau membiarkanku dapat berbicara di sana
لاَضِجَّنَّ اِلَيْكَ بَيْنَ اَهْلِها ضَجيجَ الآ مِلينَ
laadhijjanna ilaika baina ahliha dhojijal aamilin
aku akan berteriak di tengah-tengah mereka memanggil-Mu dengan penuh harapan
وَ لاَصْرُخَنَّ اِلَيْكَ صُراخَ الْمَسْتَصْرِخينَ
wa laashrukhonna ilaika shurokhol mustashrikhin
aku akan berteriak di tengah-tengah mereka memanggil-Mu
وَ لاَبْكِيَنَّ عَلَيْكَ بُكاَءَ الْفاقِدينَ
wa la’abkiyanna alaika buka’al faqidin
menangis karena kehilangan-Mu
وَ لاُنادِيَنَّكَ اَيْنَ كُنْتَ يا وَلِيَّ الْمُؤْمِنينَ
wa launadiyannaka aina kunta ya waliyyal mu’minin
akan kupanggil nama-Mu: di manakah Engkau wahai pengayom orang-orang yang beriman!?
يا غايَةَ آمالِ الْعارِفينَ
ya ghoyata aamaalil ‘arifin
Wahai harapan orang-orang arif
يا غِياثَ الْمُسْتَغيثينَ
ya ghiyatsal mustaghitsin
Wahai penolong hamba-hamba yang mencari pertolongan
يا حَبيبَ قُلُوبِ الصّادِقينَ
ya habiba qulubis shodiqin
wahai kecintaan hati-hati yang tulus,
وَ يا اِلهَ الْعالَمينَ
wa ya ilahal ‘alamin
wahai Tuhan semesta alam
اَفَتُراكَ سُبْحانَكَ يا اِلهي وَ بِحَمْدِكَ
afaturoka subhanaka ya ilahi wa bihamdik
tegakah Engkau wahai Tuhanku yang kupuji,
تَسْمَعُ فيها صَوْتَ عَبْدٍ مُسْلِمٍ سُجِنَ فيها بِمُخالَفَتِهِ
tasma’u fiha shouta abdin muslimin sujina fiha bimukholafatih
mendengar suara hamba-Mu di sana yang kesakitan terkurung api neraka-Mu karena pertentangannya
وَ ذاقَ طَعْمَ عَذابِها بِمَعْصِيَتِهِ
wa dzaqo tho’ma ‘adzabiha bima’shiyatih
dan merasakan siksa-Mu karena maksiatnya,
وَ حُبِسَ بَيْنَ اَطْباقِها بِجُرْمِهِ وَ جَريرَتِهِ
wa hubisa baina athbaqiha bijurmihi wa jarirotih
terperangkap di antara lapisan-lapisannya karena kejahatannya
وَ هُوَ يَضِجُّ اِلَيْكَ ضَجيجَ مُؤَمِّلٍ لِرَحْمَتِكَ
wa huwa yadhijju ilaika dhojija mu’ammilin lirohmatik
sedang ia memelas dan memohon rahmat-Mu
وَ يُناديكَ بِلِسانِ اَهْلِ تَوْحيدِكَ
wa yunadika bilisani ahli tauhidik
memanggilmu dengan lidah ahli Tauhid,
وَ يَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِرُبُوبِيَّتِكَ
wa yatawassalu ilaika birububiyyatik
bertawasul pada-Mu dengan rububiyah-Mu
يا مَوْلايَ فَكَيْفَ يَبْقی فِي الْعَذابِ
ya maulaya fakaifa yabqo fil ‘adzab
Ya Rabbi, bagaimana ia tetap berada dalam siksa
وَ هُوَ يَرْجُوا ما سَلَفَ مِنْ حِلْمِكَ
wa huwa yarju ma salafa min hilmik
sedang ia memohon apa yang ia dengar sebelumnya tentang ampun-Mu?
اَمْ كَيْفَ تُؤْلِمُهُ النّارُ
am kaifa tu’limuhun naar
bagaimana api bakal menyakitinya
وَ هُوَ يَأمُلُ فَضْلَكَ وَ رَحْمَتَكَ
wa huwa ya’mulu fadhlaka wa rohmatak
sedang ia senantiasa merenungi karunia dan rahmat-Mu?
اَمْ كَيْفَ يُحْرِقُهُ لَهيبُها
am kaifa yuhriquhu lahibuha
bagaimana jilatan api membakarnya
وَ اَنْتَ تَسْمَعُ صَوْتَهُ وَ تَری مَكانَهُ
wa anta tasma’u shoutahu wa taro makanah
sedang Engkau sendiri sedang mendengar suaranya, melihat di mana ia berada?
اَمْ كَيْفَ يَشْتَمِلُ عَلَيْهِ زَفيرُها
am kaifa yashtamilu ‘alaihi zafiruha
bagaimana api menyelimutinya
وَ اَنْتَ تَعْلَمُ ضَعْفَهُ
wa anta ta’lamu dho’fah
padahal Kau tahu betapa ia lemah?
اَمْ كَيْفَ يَتَقَلْقَلُ بَيْنَ اَطْباقِها
am kaifa yataqolqolu baina athbaqiha
bagimana ia jatuh bangun di sana
وَ اَنْتَ تَعْلَمُ صِدْقَهُ
wa anta ta’lamu shidqoh
sedang Kau tahu ketulusannya?
اَمْ كَيْفَ تَزْجُرُهُ زَبانِيَتُها
am kaifa tazjuruhu zabaniyatuha
bangaimana para penjaga neraka menggiringnya dengan kasar sedang ia selalu merintih,
وَ هُوَ يُناديكَ يا رَبَّهُ
wa huwa yunadika ya robbah
sedang ia memanggilku oh Tuhannya
اَمْ كَيْفَ يَرْجُو فَضْلَكَ في عِتْقِهِ مِنْها فَتَتْرُكُهُ فيها
am kaifa yarju fadhlaka fi ‘itqihi minha fatatrukuhu fiha
bagaimana ia mengharap kemurahan-Mu namun Engkau meninggalkannya?
هَيْهاتَ ما ذلِكَ الظَّنُ بِك
haihata ma dzalika dzonnu bik
tidak, sungguh aku tidak menyangka Engkau akan seperti itu…
وَ لاَالْمَعْرُوفُ مِنْ فَضْلِك
wa lal ma’rufu min fadhlik
bukan seperti itu apa yang sering aku dengar tentang kemurahan-Mu
وَ لا مُشْبِهٌ لِما عامَلْتَ بِهِ الْمُوَحِّدينَ مِنْ بِرِّكَ وَ اِحْسانِكَ
wa la musybihun lima ‘amalta bihil muwahhidina min birrika wa ihsanik
sama sekali tidak seperti bagaimana Engkau memperlakukan hamba-hamba yang mengesakan-Mu
فَبِالْيَقينِ اَقْطَعُ لَوْ لا ما حَكَمْتَ بِهِ مِنْ تَعْذيبِ جاحِديكَ
fa bil yaqini aqtho’u lau la ma hakamta bihi min ta’dzibi jahidik
dengan penuh yakin, jika seandainya Engkau tidak berjanji untuk menyiksa para pendosa-Mu,
وَ قَضَيْتَ بِهِ مِنْ اِخْلادِ مُعانِديكَ
wa qodhoita bihi min ikhladi mu’anidik
jika sebelumnya Engkau tidak bertekat untuk mengekalkan musuh-musuh-Mu di sana
لَجَعَلْتَ النّارَ كُلَّها بَرْداً وَ سَلاماً
laja’altan naro kullaha bardan wa salama
Engkau pasti telah menjadikan api neraka seluruhnya dingin dan tentram;
وَ ما كانَ لاِحَدٍ فيها مَقَرّاً وَ لا مُقاماً
wa ma kana liahadin fiha maqorron wa la muqoma
tidak akan ada satupun yang akan tinggal di sana
لكِنَّكَ تَقَدَّسَتْ اَسْماَؤُكَ
lakinnaka taqoddasa asma’uk
namun amat suci nama-Mu…
اَقْسَمْتَ اَنْ تَمْلاَها مِنَ الْكافِرينَ
aqsamta an tamla’aha minal kafirin
Engkau telah berjanji untuk memenuhinya dengan orang-orang kafir,
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنّاسِ اَجْمَعينَ
minal jinnati wan naasi ajma’in
baik dari jin maupun manusia sekalian
وَ اَنْ تُخَلِّدَ فيهَا الْمُعانِدينَ
wa an tukhollida fihal mu’anidin
dan mengkekalkan di dalamnya orang-orang yang menentang
وَ اَنْتَ جَلَّ ثَناؤُكَ قُلْتَ مُبْتَدِئاً
wa anta jalla tsana’uka qulta mubtadi’a
Engkau juga telah berkata sebelumnya
وَ تَطَوَّلْتَ بِالاِنْعامِ مُتَكَرِّماً
wa tathowwalta bil in’ami mutakarrima
dan telah menganugerahkan nikmat-nikmat ini atas kedermawanan-Mu
اَفَمَنْ كانَ مُؤْمِناً كَمَنْ كانَ فاسِقاً لا يَسْتَوُونَ
afaman kana mu’mina kaman kana fasiqon la yastawun
seraya Kau katakan, “Apakah orang yang beriman sama dengan orang fasik? Sungguh berbeda.”
اِلهي وَ سَيِّدي
ilahi wa sayyidi
ya Ilahi, wahai junjunganku…
فَاَسْئَلُكَ بِالْقُدْرَةِ الَّتي قَدَّرْتَها
fa as’aluka bil qudrotil lati qoddartaha
maka aku memohon dengan kekuatan yang telah Kau kudratkan
وَ بِالْقَضِيَّةِ الَّتي حَتَمْتَها وَ حَكَمْتَها
wa bil qodhiyyatil lati hatamtaha wa hakamtaha
dan dengan keputusan yang telah Kau putuskan dan pastikan
وَ غَلَبْتَ مَنْ عَلَيْهِ اَجْرَيْتَها
wa gholabta man ‘alaihi ajroiytaha
dan telah Kau menangi siapapun yang Kau berlakukan itu atasnya,
اَنْ تَهَبَ لي في هذِهِ اللَّيْلَةِ
an tahaba li fi hadzihil lailah
agar Kau memberikan daku di malam ini,
وَ في هذِهِ السّاعَةِ
wa fi hadzihis sa’ah
dan detik ini juga
كُلَّ جُرْمٍ اَجْرَمْتُهُ وَ كُلَّ ذَنْبٍ اَذْنَبْتُهُ
kulla jurmin ajromtuh wa kulla dzanbin adznabtuh
anugrah maaf atas segala kejahaan yang telah kujalani, juga dosa yang telah kulakukan
وَ كُلَّ قَبِيحٍ اَسْرَرْتُهُ وَ كُلَّ جَهْلٍ عَمِلْتُهُ
wa kulla qobihin asrortuh wa kulla jahlin ‘amiltuh
keburukan yang telah kusembunyikan, dan segala kebodohan yang telah kulakukan
كَتَمْتُهُ اَوْ اَعْلَنْتُهُ اَخْفَيْتُهُ اَوْ اَظْهَرْتُهُ
katamtuhu auw a’lantuh akhfaituhu auw adhhartuh
baik diam-diam atau terang-terangan; kusembunyikan atau kutampakkan
وَ كُلَّ سَيِّئَةٍ اَمَرْتَ بِاِثْباتِهَا الْكِرامَ الْكاتِبينَ
wa kulla sayyi’atin amarta biitsbatihal kiromal katibin
dan segala nista yang telah kau perintahkan para malaikat mulia untuk mencatatnya
الَّذينَ وَكَّلْتَهُمْ بِحِفْظِ ما يَكُونُ مِنّي
alladzina wakkaltahum bihifdzi ma yakunu minni
yang Kau percaya untuk mengingat apa yang telah kukerjakan
وَ جَعَلْتَهُمْ شُهُوداً عَلَيَّ مَعَ جَوارِحي
wa ja’altahum syuhudan ‘alayya ma’a jawarihi
dan Kau jadikan mereka saksi atas apa yang dilakukan anggota tubuhku
وَ كُنْتَ اَنْتَ الرَّقيبَ عَلَيَّ مِنْ وَراَئِهِمْ
wa kunta antar roqiba ‘alayya min waro’ihim
Engkau juga selalu ada di belakang mereka
وَالشّاهِدَ لِما خَفِيَ عَنْهُمْ
was syahida lima khofiya ‘anhum
dan menyaksikan apa yang tidak mereka saksikan…
وَ بِرَحْمَتِكَ اَخْفَيْتَهُ وَ بِفَضْلِكَ سَتَرْتَهُ
wa birohmatika akhfaitah wa bifadhlika satartah
karena rahmat-Mu pula tutupilah semua itu
وَ اَنْ تُوَفِّرَ حَظّي مِنْ كُلِّ خَيْرٍ اَنْزَلْتَهُ
wa an tuwaffiro haddhi min kulli khoirin anzaltah
Kumohon agar memenuhi nasibku ini dengan segala kebaikan yang Kau turunkan,
اَوْ اِحْسانٍ فَضَّلْتَهُ اَوْ بِرٍّ نَشَرْتَهُ
auw ihsanin faddholtah auw birrin nasyartah
cinta dan kasih sayang yang Kau anugerahkan kebaikan yang Kau tebar
اَوْ رِزْقٍ بَسَطْتَهُ اَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ اَوْ خَطَاءٍ تَسْتُرُهُ
auw rizqin basath thahu auw dzanbin taghfiruhu auw khotho’in tasturuh
rizki yang Kau gelar, dosa yang Kau ampuni, atau kesalahan yang Kau tutupi
يا رَبِّ يا رَبِّ يا رَبِّ
ya robbi ya robbi ya robb
ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi…
يا اِلهي وَ سَيِّدي وَ مَوْلايَ
ya ilahi wa sayyidi wa mauwlaya
ya Allah wahai Tuhanku, tuanku, dan pemilik diriku,
وَ مالِكَ رِقّي يا مَنْ بِيَدِهِ ناصِيَتي
wa malika riqqi ya man biyadihi nashiyati
wahai yang menguasai ikhtiarku
يا عَليماً بِضُرّي وَ مَسْكَنَتي
ya ‘aliman bidhurri wa maskanati
wahai yang tahu buruk dan malangnya aku,
يا خَبيراً بِفَقْري وَ فاقَتي
ya khobiron bifaqri wa faqoti
wahai yang mendengar fakir dan miskinnya hambamu ini
يا رَبِّ يا رَبِّ يا رَبِّ
ya robbi ya robbi ya robb
ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi…
اَسْئَلُكَ بِحَقِّكَ وَ قُدْسِكَ وَ اَعْظَمِ صِفاتِكَ وَ اَسْماَّئِكَ
as’aluka bihaqqika wa qudsika wa a’dhomi shifatika wa asma’ik
aku memohon pada-Mu demi hak-Mu, kekudus-Mu, dan sifat-sifat agung-Mu
اَنْ تَجْعَلَ اَوْقاتي مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ بِذِكْرِكَ مَعْمُورَةً
an taj’ala auwqoti minal laili wan nahari bidzikrika ma’muroh
juga dengan nama-nama-Mu, agar Kau jadikan waktu-waktuku di malam dan siang hari penuh dengan dzikir pada-Mu
وَ بِخِدْمَتِكَ مَوْصُولَةً وَ اَعْمالي عِنْدَكَ مَقْبُولَةً
wa bikhidmatika maushulah wa a’mali ‘indaka maqbulah
khidmat untuk-Mu selalu, dan Kau terima amal-amalku
حَتّي تَكُونَ اَعْمالي وَ اَوْرادي كُلُّها وِرْداً واحِداً
hatta takuna a’mali wa auwrodi kulluha wirdan wahida
sehingga segala yang kulakukan bagaikan wirid-wirid yang satu
وَ حالي في خِدْمَتِكَ سَرْمَداً
wa hali fi khidmatika sarmada
dan aku selalu dalam keadaan berkhidmat untukmu
يا سَيِّدي يا مَنْ عَلَيْهِ مُعَوَّلي
ya sayyidi ya man ‘alaihi mu’awwali
wahai sandaranku
يا مَنْ اِلَيْهِ شَكَوْتُ اَحْوالي
ya man ilaihi syakauwtu ahwali
wahai tempatku mengadukan kondisiku
يا رَبِّ يا رَبِّ يا رَبِّ
ya robbi ya robbi ya robb
ya Rabbi, ya Rabbi, ya Rabbi…
قَوِّ عَلی خِدْمَتِكَ جَوارِحي
qowwi ‘ala khidmatika jawarihi
kuatkanlah tubuh hambamu untuk berkhidmat
وَاشْدُدْ عَلَی الْعَزيمَةِ جَوانِحي
wasydud ‘alal azimati jawanihi
kokohkan tekatku
وَ هَبْ لِيَ الْجِدَّ في خَشْيَتِكَ
wa habliyal jidda fi khosyatik
berilah aku kesungguhan dalam berkhusyuk
وَالدَّوامَ فِي الاِتِّصالِ بِخِدْمَتِكَ
wad dawama fil ittisholi bikhidmatik
istiqamah untuk selalu terus menerus berkhidmat
حَتّی اَسْرَحَ اِلَيْكَ في مَيادينِ السّابِقينَ
hatta asroha ilaika fi mayadinis sabiqin
sehingga aku dapat bergegas menuju-Mu di medan-medan para kekasih-Mu yang menuju
وَ اُسْرِعَ اِلَيْكَ فِي الْبارِزينَ
wa usri’a ilaika fil barizin
menyusul menjadi yang terdepan
وَ اَشْتاقَ اِلي قُرْبِكَ فِي الْمُشْتاقينَ
wa asytaqo ila qurbika fil musytaqin
merindukan kedekatan dengan-Mu seperti para perindu lainnya
وَ اَدْنُوَ مِنْكَ دُنُوَّ الْمُخْلِصينَ
wa adnuwa minka dunuwwal mukhlishin
menjadi lebih dekat sebagaimana orang-orang yang ikhlas,
وَ اَخافَكَ مَخافَةَ الْمُوقِنينَ
wa akhofaka makhofatal muqinin
takut akan azab-Mu seperti takutnya orang-orang yang yakin
وَ اَجْتَمِعَ في جِوارِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ
wa ajtami’a fi jiwarika ma’al mu’minin
lalu aku berkumpul di sisi-Mu dengan orang-orang yang beriman
اَللّهُمَّ وَ مَنْ اَرادَني بِسُوءٍ فَاَرِدْهُ وَ مَنْ كادَني فَكِدْهُ
allahumma wa man arodani bisu’in fa aridhu wa man kadani fakidhu
ya Allah, siapapun yang menginginkan keburukan untukku maka tolaklah, siapapun yang dengki padaku dengkilah padanya
وَاجْعَلْني مِنْ اَحْسَنِ عَبيدِكَ نَصيباً عِنْدَكَ
waj’alni min ahsani ‘abidika nashiban ‘indak
dan jadikan aku hamba yang paling bagus nasibnya di sisi-Mu
وَ اَقْرَبِهِمْ مَنْزِلَةً مِنْكَ
wa aqrobihim manzilatan mink
dan paling dekat kedudukannya dengan-Mu,
وَ اَخَصِّهِمْ زُلْفَةً لَدَيْكَ
wa akhosshihim zulfatan ladaik
yang paling istimewa martabatnya di hadapan-Mu…
فَاِنَّهُ لا يُنالُ ذلِكَ اِلاّ بِفَضْلِكَ
fa innahu la yunalu dzalika illa bifadhlik
sungguh itu semua tidak akan dapat digapai kecuali dengan karunia-Mu
وَ جُدْلي بِجُودِكَ
wa jud li bijudik
bermurah hatilah padaku dengan kemurah-hatian-Mu,
وَاعْطِفْ عَلَيَّ بِمَجْدِكَ
wa’thif ‘alayya bimajdik
torehkan perhatian-Mu padaku dengan keagungan-Mu
وَاحْفَظْني بِرَحْمَتِكَ
wah fadhni birohmatik
jagalah aku dengan rahmat-Mu
وَاجْعَلْ لِساني بِذِكْرِكَ لَهِجاً
waj’al lisani bidzikrika lahija
dengan rahmat-Mu jadikan lidah ini senantiasa menyebut-Mu dengan nyata,
وَ قَلْبي بِحُبِّكَ مُتَيَّماً
wa qolbi bihubbika mutayyama
dan penuhi hatiku dengan cinta-Mu
وَ مُنَّ عَلَيَّ بِحُسْنِ اِجابَتِكَ
wa munna ‘alayya bihusni ijabatik
karuniakan daku jawaban doa,
وَ اَقِلْني عَثْرَتي وَاغْفِرْ زَلَّتي
wa aqilni ‘atsroti waghfir zallati
kurangi ketergelinciranku, ampuni kesalahanku
فَاِنَّكَ قَضَيْتَ عَلی عِبادِكَ بِعِبادَتِكَ
fa innaka qodhoita ‘ala ‘ibadika bi’ibadatik
Sesungguhnya Engkau telah memerintahkan hamba-hamba-Mu untuk menyembah-Mu,
وَ اَمَرْتَهُمْ بِدُعاَئِكَ
wa amartahum bidu’a’ika
menyuruh mereka berdoa
وَ ضَمِنْتَ لَهُمُ الاِجابَةَ
wa dhominta lahumul ijabah
dan Kau janjikan jawaban serta ijabah
فَاِلَيْكَ يا رَبِّ نَصَبْتُ وَجْهي
fa ilaika ya robbi nashobtu wajhi
maka kini kutengadahkan wajahku pada-Mu
وَ اِلَيْكَ يا رَبِّ مَدَدْتُ يَدي
wa ilaika ya robbi madadtu yadi
dan kepada-Mu ya Tuhan kuangkat kedua tanganku
فَبِعِزَّتِكَ اسْتَجِبْ لي دُعاَئي وَ بَلِّغْني مُنايَ وَ لا تَقْطَعْ مِنْ فَضْلِكَ رَجاَئي
fa bi’izzatikas tajib li du’a’i wa ballighni munaya wa la taqtho’ min fadhlika roja’i
maka demi keagungan-Mu, jawablah doaku ini, sampaikan aku kepada harapanku, jangan Kau potong harapan ini terhadap kemurahan-Mu
وَاكْفِني شَرَّ الْجِنِّ وَالاِنْسِ مِنْ اَعْدآئي
wakfini syarrol jinni wal insi min a’da’i
jagalah aku dari keburukan jin dan manusia, dari golongan musuh-musuhku…
يا سَريعَ الرِّضا
ya sari’ar ridho
wahai yang cepat ridha-Nya
اِغْفِرْ لِمَنْ لا يَمْلِكُ اِلا الدُّعاَءَ
ighfir liman la yamliku illad dhu’a’
ampuni hamba yang tidak memiliki apapun selain doa…
فَاِنَّكَ فَعّالٌ لِما تَشاَءُ
fainnaka fa’alun lima tasya’
sesungguhnya Engkau maha melakukan apapun yang Kau inginkan
يا مَنِ اسْمُهُ دَواءٌ وَ ذِكْرُهُ شِفاَءٌ
ya manismuhu dawa’ wa dzikruhu syifa’
wahai yang nama-Nya adalah obat dan mengingat-Nya adalah kesembuhan
وَطَاعَتُهُ غِنًی
wa tho’atuhu ghina
taat padanya adalah kekayaan
اِرْحَمْ مَنْ رَأسُ مالِهِ الرَّجاَءُ وَ سِلاحُهُ الْبُكاَءُ
irham man ro’su malihi roja’ wa silahuhul buka’
kasihi orang yang modalnya hanya harapan, senjatanya adalah tangisan
يا سابِغَ النِّعَمِ يا دافِعَ النِّقَمِ
ya sabighon ni’am ya dafi’an niqom
wahai yang selalu memberi nikmat, mencegah keburukan
يا نُورَ الْمُسْتَوْحِشينَ فِي الظُّلَمِ
ya nurol mustauhisyina fid dzulam
wahai cahaya orang yang mencari pelita di kegelapan
يا عالِماً لا يُعَلَّمُ
ya ‘aliman la yu’allam
wahai yang mengetahui tanpa diberi tahu
صَلِّ عَلی مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
sholli ‘ala muhammadin wa aali muhammad
curahkanlah shalawat-Mu pada Muhammad dan keluarga Muhammad
وَافْعَلْ بي ما اَنْتَ اَهْلُهُ
waf’al bi ma anta ahlul
dan perlakukan daku sebagaimana menurutmu layak Kau perlakukan
وَ صَلَّی اللّهُ عَلی رَسُولِهِ
wa shollallohu ‘ala rosulihi
semoga Allah senantiasa menyampaikan salam sejahtera shalawat kepada utusan-Nya
وَالاَئِمَّةِ الْمَيامينَ مِنْ الِهِ وَ سَلَّمَ تَسْليماً كَثيراً
wal aimmatil mayamin min aalihi wa sallama tasliman katsiro
dan para Imam dari keluarganya sebanyak-banyaknya.
Baca: Terungkap! Sejarawan Yahudi Ini Mengakui Wahabi Adalah Bagian Dari Sekte Mereka (Yahudi) http://angkasa-news-agency.blogspot.com/2017/12/terungkap-sejarawan-yahudi-ini-mengakui.html
(Karimah-Ahlul-Bait/Hauzah-Maya/Syamsuri49/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar