Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Kemenangan Pangeran Nainawa

Kemenangan Pangeran Nainawa

Written By Unknown on Kamis, 21 Desember 2017 | Desember 21, 2017


Oleh: H. A. Shahab

Pengkhianatan

Tanpa diragukan dalam masyarakat terdapat ikrar yang menjadi pondasi masyarakat. Masyarakat dengan loyal menjaga ikrar tersebut untuk memperkuat hubungan, meningkatkan keutuhan dengan empati serta mencegah terjadinya perpecahan. Akal sehat manusia menjaga loyalitas tersebut sebagai prinsip-prinsip moral dan hukum serta menjadikan syariat Ilahi sebagai sandaran. Pengkhianatan merupakan efek dari ketidaksetiaan menjaga ikrar. Bagi masyarakat pengkhianatan dianggap suatu perilaku yang mengerikan. Sehingga membuat pelaku khianat akan kehilangan tempat dalam kehidupan sosial.

Sifat pertama kali yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW pada masyarakat kota Mekkah sebelum bi’tsah adalah amanah. Sehingga beliau dijuluki Amin yaitu seorang yang amanah. Tidak hanya amanah, berbohong dalam menyampaikan sesuatu tidak benar kepada publik termasuk dalam perbuatan khianat. Semua ini menjelaskan bahwa amanah mempunyai urgensi khusus dan nilai tinggi dalam hubungan publik.

Dalam tulisan Ayatullah Khalil Mansuri (http://www.samamos.com/?p=3979)



yang coba saya rangkum, khianat adalah kontradiktif amanah namun terkadang diartikan sebagai penentangan dari suatu kebenaran. Allah SWT mendefinisikan pelaku khianat dalam surat Al-Imran ayat 161 – 162 yang mendasari kemarahan dan murka-Nya. Dan pada surat An-Nisa’ ayat 107, Al-Anfal ayat 57 dan Al-Hajj ayat 36, Allah SWT akan mengurangi kecintaan dan kebaikan-Nya kepada mereka yang berdebat membela pelaku khianat dan atau melindunginya.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman seseorang dianggap berkhianat ketika membuat kerugian kepada orang lain meskipun dengan jenis dan bentuk apapun. Kesimpulan dari surat Al-Baqarah ayat 187, Al-Anfal 27 dan surat An-Nisa’ 107 menilai pelaku khianat akan membuat orang lain menderita dan penderitaan tersebut akan dirasakan kembali oleh pelaku khianat dengan yang lebih dahsyat. Dalam surat Yusuf ayat 52 (http://tanzil.net/#12:52)


Allah SWT berfirman bahwa setiap maksud dan tujuan yang dimiliki seorang pengkhianat tidak akan pernah mencapai keberhasilan dalam menata hidupnya. Selain itu, dalam fiqih Imam Jakfar Shadiq yang terdapat dalam bab keadilan Ilahi dijelaskan bahwa Allah SWT tidak akan meridho’i pelaku khianat sebelum mendapatkan maaf dari orang yang dikhianatinya.


Asyuro Manifestasi Ilahi

Ketika akal manusia tak mampu sampai pada hakikat hidup, maka ia akan selalu merasa tak puas pada setiap proses kehidupannya. Ketika manusia nihil akalnya, maka sifat hewani akan merajalela dalam dirinya. Setan dan iblis (hawa nafsu dan amarah) akan terus membumbuhi proses kematangan hidupnya. Yazid dengan kebodohannya mengancam Al-Husein memaksanya berbaiat kepadanya sebagai khalifah Islam pengganti ayahnya, Muawiyyah. Berbedah dengan Muawiyyah yang meracun Al-Hasan secara sembunyi melalui tangan istrinya yang dibayar, karena tak mau membaiatnya.

Yazid dengan harta, tahta dan kekuasaan sebagai khalifah Islam membuatnya tidak puas, rakus akan kekuasaan. Karena busuknya hati, jiwa yang selalu digandeng setan dan iblis membuat Yazid lupa akan cucu Nabinya, Muhammad SAW. Peluang dengan memancing Imam Husein sa ke Kuffah (https://id.wikipedia.org/wiki/Kufah) adalah kesempatannya menunjukkan sikapnya ke publik. Yaitu tampilnya Yazid dengan semua keburukan melawan Al-Husein dengan semua kemuliaannya, antara yang batil dan yang hak.

Islam ditangan Yazid tampil dengan ancaman dan pedang, sedangkan Islam bersama Al-Husein tampil dengan cinta kasih sayang dan pengorbanan. Muawiyyah memerangi Imam Ali di perang Shiffin (https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Shiffin). Abu Sufyan adalah kakek Muawiyyah yang terpaksa masuk Islam setelah memerangi Kakek Al-Husein Rasulallah SAW. Hindun nenek Yazid merobek jasad Sayyidina Hamzah dan memakan jantungnya di perang Uhud (https://id.wikipedia.org/wiki/Hamzah_bin_Abdul-Muththalib). Kejadian ini menjadi sempurna untuk memahami siapa Yazid dan siapa Al-Husein.

Tragedi perjuangan Imam Husein di Padang Nainawa (Karbala) adalah mega tragedi dalam sejarah umat Islam. Pembantaian 18 keluarga Al-Husein yang terjadi dipinggir sungai Eufrat (https://www.satujam.com/sungai-eufrat/)


ini, merupakan pembantaian terbesar yang tak pernah ada dalam sejarah kemanusiaan dan keluarga Nabi SAW. Dendam yang terukir dalam hati Muawiyyah atas peperangan Shiffin diindahkan oleh Yazid anaknya di daerah yang sama. Sesudah dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam sebuah peradaban manusia, penggalan kepala Sayyidina Husein diarak, dipasung tombak, digelondongkan bak sepak bola oleh pasukan Yazid dan badannya diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 Kilometer, ada perbedaan riwayat antara ke Syria dan atau Mesir.

Akal manusia yang mengayomi kehidupan maknawi batinnya akan selalu mengoyak dan menghindar dari kebodohan, kemunafikan dan pengkhianatan. Amal makruf dan nahi mungkar yang diperjuangkan Imam Husein menentang kekhalifaan Yazid bin Muawiyah adalah bentuk manifestasi ilahi. Imam dalam rangka menyempurnakan misi humanitasnya tak mundur dengan ancaman Yazid. Tunas epos kakeknya membuat semangat perjuangan Islam tetap terjaga. Pengorbanan Al-Husein dan keluarganya pada 10 Muharram tahun 61 H, Karbala sebagai bukti sumbangsih kepada Rab-nya demi menjaga kemurnian agama Ilahi. Sedangkan bagi kita yang memperingati Hari Asyuro (haul Imam Husein sa) merupakan sumbangsih menjaga agama Muhammadi tetap abadi.


Perjuangan Al-Husein

Sejarah mencatat bahwa perjuangan Imam Husein banyak menjadi inspirasi para revolusioner, tokoh dan masyarakat dunia. Tegaknya keadilan dengan pengorbanan jiwa, keluarga dan sahabatnya yang setia menjadikan tragedi Karbala tersebar seantero alam, langit dan bumi. Pengkhianatan Yazid sebagai bentuk kebatilan menjadi lawan setara untuk membakar jiwa cucu Nabi bangkit menegakkan panji Islam sebagai yang hak. Yazid yang mengaku dirinya sebagai khalifah umat Islam dikenal dengan penikmat duniawi, alkohol, syair dengan nyanyi dan tarian serta prostitusi menjadi bukti pengkhianatannya kepada umat Muhammadi.

Imam Husein sebagai tunas epos kakeknya Muhammad SAW tidak pernah mundur dengan ancaman Yazid ibn Muawiyyah. Dengan segelintir 72 pasukan, yang ditulis dalam riwayat rombongan Imam Husain bersama 128 orang termasuk wanita dan anak-anak melawan 10.000 pasukan, jelas ini bukan sebuah pertempuran yang sebanding, melainkan pembantaian. Al-Husein tak pernah mundur walau pun mengetahui konsekwensi dari perlawanannya tersebut. Mati dengan mulia lebih baik dari pada hidup terhina, begitulah jawaban sang Imam ketika hendak diminta membaiat Yazid sebagai khalifah umat Islam waktu itu.

Mungkin beberapa orang tidak mengetahui seberapa besar perjuangan Al-Husein, dan menganggap hal itu hanyalah sekelumit sejarah dalam Islam. Namun, saya menganggap perjuangan Imam Husein merupakan sebuah titik kesempurnaan agama Muhammadi. Perjuangan Imam Husein membuktikan antara hak dan batil yang terdapat dalam sejarah umat Islam. Karena Al-Husain termasuk dalam Ahlul Kisa’ (https://id.wikipedia.org/wiki/Ahlul_Bait) pewaris tahta kerajaan wahyu Ilahi yang melekat padanya, Allah SWT menjelaskan Ahlul Kisa’ dalam ayat suci Al-Qur’an, Al-Ahzab ayat 33 (http://tanzil.net/#33:33).



Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Husain dariku dan aku dari Husain, barang siapa membuatnya sedih maka membuatku sedih, barang siapa membuat Husain bahagia maka membuatku bahagia. Hadis ini diakui oleh semua kalangan ulama’ Syiah maupun Sunni dan juga menjadi tolak ukur pengabdian kita kepada Rasulallah. Memang betul secara fisik Yazid memenangkan peperangan namun hakikatnya Yazid tidak mendapatkan apa yang ia inginkan melainkan azab dan laknat dari Allah SWT karena telah membantai cucu tercinta Nabi beserta keluarga dan para sahabat setianya dengan biadab.

Pesan moral perjuangan Al-Husain di Karbala tidak akan pernah terhapus dari para pecintanya yang menginspirasi kehidupan mereka. Dalam proses penyempurnaan moral kemanusiaan kita dapat banyak belajar dari perjuangan Al-Husain. Perilaku Yazid kekinian pun tak sedikit, kebengisan, kezaliman, diktator, kemunafikan dan pengkhianatan masih merajalela disekitar kehidupan kita. Jiwa Husainism harus kita bangun dalam diri kita untuk menghadapi manusia-manusia Yazidism. Semoga dengan setiap tahun memperingati hari kebangkitan Al-Husain dapat membangun gelora kita semua dan para pemuda-pemudi menjadikan negeri ini lebih baik serta menegakkan hakikat amar makruf dan nahi mungkar.

LABBAIKA YAA HUSAIN…

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: