Pesan Rahbar

Sekilas Doa Arafah Imam Husain as dan Doa Arafah Imam Husain as

Doa Arafah (Bahasa Arab: دعاء العرفة ) adalah diantara doa-doa Syiah yang menurut riwayat dibaca oleh Imam Husain as pada hari ke-9 Dzul...

Home » » Misi Kemanusiaan Kenabian Hingga Kekinian

Misi Kemanusiaan Kenabian Hingga Kekinian

Written By Unknown on Kamis, 21 Desember 2017 | Desember 21, 2017


Oleh: H. A. Shahab*

Saat kita ingin menggali sejarah kemanusiaan maka kita perlu melihat kembali sejarah peradaban manusia. Sejak itu sudah ada pertarungan abadi antara kubu kebenaran melawan kubu kebatilan. Suatu perjuangan abadi antara pengusung keadilan berhadapan dengan pengusung kezaliman. Hakikat sejarah kemanusiaan terus berlangsung seiring eksistensi para pejuang keadilan namun tak harus melupakan sisi kemanusiaannya.

Jika kita berbicara mengenai kemanusiaan, kita kembali lagi kemasa dimana Nabi Adam as menjalankan kehidupannya sebagai Bapak manusia dengan berbagai masalah yang dihadapinya saat itu. Sebagaimana persembahan Habil diterima oleh Tuhan, sementara Qabil melihat adanya ancaman saat tersaingi oleh saudaranya sehingga membuat ia membunuh Habil agar tak ada lagi yang bisa menyainginya. Habil dan Qabil merupakan manifestasi dari kedua kubu kebenaran dan kebatilan yang hingga saat ini terus berlangsung. Kisah hidup para nabi dan rasul serta penerusnya juga demikian, tak lepas dari untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan melalui pertarungan antara kebenaran dan kebatilan.

Kisah perjuangan Nabi Nuh as saat melawan kebatilan umatnya yang membangkang atas titah Tuhan tidak membuatnya ragu untuk membuat kapal besar. Misi kemanusiaan yang dilakukan oleh Nuh untuk menjaga dan menyelamatkan umatnya dari keterbelakangan dari Tuhan Yang Esa. Nilai kemanusiaan yang terjadi pada banjir besar untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia yang lain dari kemungkaran, disitulah keadilan ilahi.

Kita lihat Ibrahim yang dikenal sebagai Bapak monotheisme saat melawan Namrud. Ia dengan cara yang sangat rasional mencoba membangkitkan kesadaran masyarakat saat itu agar menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan kepercayaan kepada berhala-berhala mereka. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim pun terdapat nilai kemanusiaan yang ditentang oleh Namrud yang berkuasa. Namrud memutuskan untuk menghukum Ibrahim as dengan cara membakarnya hidup-hidup, namun api tidak membakarnya.

Sama dengan misi kemanusiaan Nabi Musa as. Kisah Musa yang sejak bayi tinggal dan dibesarkan di dalam istana Firaun, ia berada di jantung kekuasaan yang sangat zalim pada masa itu. Bani Israel, kaum Musa diperbudak tanpa perikemanusiaan untuk mengangkat tahta kekuasaan Firaun yang mengklaim dirinya sebagai tuhan dan berkuasa untuk berbuat apapun. Setelah Musa melihat tindakan Firaun, memintanya untuk tunduk kepada Tuhan Musa dan membebaskan rakyat dari penindasan. Namun karena keponggahannya Firaun tidak mengikuti nasehat Musa dan bahkan meminta pasukannya untuk membunuh Musa as. Saat Musa dikejar di laut Merah, Firaun dan pasukannya ditenggelamkan.

Sebagai penerus Musa, kemudian Isa as lahir di tanah Palestina dari rahim perawan suci Maryam. Ia lahir sebagai manifestasi kasih sayang Tuhan untuk menuntun dan memberi pengajaran kepada bangsa Israel yang telah kering jiwanya. Namun, Isa ditolak lantaran kursi kerohanian bangsa Israel telah didominasi oleh kelompok Yahudi yang ingin mempertahankan posisinya sebagai penguasa bangsa Israel. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menyingkirkannya dan kemudian berakhir dengan tragedi berdarah penyaliban “Yesus” di bukit Golgota. Namun, murid setianya Yudas berkorban dengan mengaku sebagai Isa as dan disalib. Sedangkan Isa sendiri atas kuasa-Nya dighaibkan hingga kemudian akan datang kembali membawa misi kemanusiaan dimana keyakinan tersebut yang menjaga umatnya dari kemungkaran.

Pertarungan abadi kebenaran dan kebatilan makin kelam hingga dilahirkan seorang anak yang mempunyai nasab bersambung kepada Ismail. Ia oleh kakeknya Abdul Muthalib diberi nama Muhammad. Sejak masa kanak-kanak ia mulai ditugaskan untuk mengembala domba hingga berniaga bersama pamannya sampai ke negeri Syam. Anak itu dikenal oleh para rahib Nasrani pada masa itu memiliki tanda-tanda kenabian. Kemudian terbukti pada usia ke 40, Muhammad diangkat menjadi manusia pilihan Tuhan untuk kembali menegakkan ajaran monotheisme yang diusung oleh leluhurnya, Musa, Ibrahim, Nuh dan Adam.

Ajarannya pun ditentang oleh kaumnya sendiri di kota Mekah. Karena itu, ia kemudian menyingkir ke kota Taif untuk mengajak penduduk di sana agar mengikuti ajaran menyembah kepada Tuhan Yang Esa. Namun usahanya di kota itu pun kandas bahkan mengusirnya dengan melempari batu dan kotoran hingga jiwanya pun terancam. Kekerasan yang diterima dari masyarakat karena ia berusaha merusak keyakinan dan tatanan sosial, namun bagi Muhammad itu adalah budaya kejahilan. Para petuah Quraisy merencakanan untuk membunuhnya namun gagal dan kemudian ia pergi ke Madinah. Di kota inilah kemudian menemukan keleluasaan dalam menyampaikan misi suci yang dibawanya. Dalam 10 tahun kemudian Nabi Muhammad dan para pengikutnya kembali ke kota Mekah dan menjadikan kota itu berada dibawah kendalinya.

Pengenalan ajaran monotheisme merupakan ajaran untuk mengembalikan manusia menjadi lebih manusia agar menemukan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan-Nya. Berangkat dari kisah yang diusung oleh para nabi diatas, banyak kejadian terungkap yang mengusung misi kemanusiaan disetiap kejadian besar di dunia. Sebab kejadian tersebut selalu terdapat pertarungan abadi antara kebenaran dan kebatilan. Pertarungan tersebut semakin kesini semakin memanas sehingga kita membutuhkan sang messia untuk menegakkan keadilan tersebut.


Dalam artikel dijelaskan bagaimana seorang nabi menjalankan misi kemanusiaan dengan membawa ajaran monotheisme. Dengan keyakinan tersebut meyakinkan orang lain bahwa setiap manusia adalah ciptaan-Nya yang patut disadari dalam konteks kekinian. Sebelum masuk pada dekade terakhir, mari kita runut kembali bagaimana misi kemanusiaan yang dibawa oleh para pegiat kemanusiaan melawan kebatilan di era pasca kenabian.

Di era pasca lahirnya Nabi Isa as dibentuk Konsili Nicea pada tahun 325 Masehi untuk menghimpun para uskup Kristen oleh Kaisar Romawi Konstantinus I. Konsili Nicea ini merupakan upaya mencapai konsensus dalam Gereja melalui suatu sidang yang mewakili seluruh dunia kekristenan dengan tujuan menyelesaikan hal-hal yang diperdebatkan. Penggagas Konsili Nicea ini dibentuk oleh umat Trinitarian dengan doktrin Trinitas yang ingin menguasai konsep seluruh dunia theologi kristen dari Unitarian. Sedangkan Unitarian adalah doktrin theologi kristen mematuhi monotheisme dengan ketat. Dalam doktrin Unitarian meyakini bahwa Yesus sebagai seorang Nabi dan Rasul yang memiliki berbagai mukjizat serta dimuliakan oleh Tuhan. Doktrin ini pula yang mempunyai kesamaan dengan Islam yang meyakini 12 murid pilihan.

Setelah Konsili Nicea, yang merupakan titik tolak pertentangan antara Unitarian dan Trinitarian yang mana kemudian dimenangkan oleh Trinitarian, maka aliran Unitarian tersebut dianggap sebagai aliran sesat. Termasuk diantaranya salah satu tokoh Unitarian, Arius yang kemudian dihukum dianggap sesat dan diekskomunikasikan oleh gereja saat itu hingga dia wafat. Ajaran Unitarian ini pun makin berkembang dari dimana tempat kelahiran Isa Almasih di bumi Palestina dan sekitarnya. Dari para pegiat ajaran ini meyakini datangnya seorang nabi setelah Isa as, dengan membawa misi kemanusiaan ajaran kenabian dan untuk menyempurnakan akhlak manusia, yaitu Muhammad.

Konflik dalam ajaran Muhammad pun terjadi. Disaat perjalanan Haji Wada’, Rasul telah mengutus pemimpin umat Islam setelahnya agar dapat menjaga titah Tuhan dengan pedoman Al-Qur’an dan Ahlul Bait (Sunnah Kenabian). Setelah Rasul meninggal berkembang ajaran Khilafah. Ajaran ini menganut ajaran monotheisme namun berseberangan dengan Sunnah Kenabian yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad. Para pegiat ajaran Sunnah Kenabian dipelopori langsung oleh Amirul Mukmini Ali Ibn Abi Tholib. Ia sebagai keluarga terdekat Nabi terpilih mendedikasikan ajaran tersebut penuh dengan kasih sayang dengan adab suci kenabian demi kepentingan umat semata. Berbeda dengan ajaran Khilafah yang berkembang khususnya yang diusung oleh HTI dan ISIS saat ini yang sudah familiar di kalangan masyarakat dunia. Tujuan ajaran ini tidak jauh berbeda dengan ajaran Trinitarian yang ingin mengusai seluruh dunia theologi Islam dari sang pembawa titah Kenabian dan Ketuhanan yang diusung oleh Amirul Mukminin.

Misi kemanusiaan setelah pasca Nabi Muhammad hingga ke era Napoleon Bonaparte terus berkembang masa demi masa. Banyak kemiripan walau berbeda agama namun misi kemanusiaan yang diusung mempunyai nilai yang sama, yaitu memperjuangkan keadilan sosial di muka bumi. Sama seperti ajaran para nabi sebelumnya yang diusung oleh Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as.

Luasnya kekuasaan Romawi hingga ke Eropa Timur yang berpusat di Konstantinopel, menjadikan pengaruh sistem hukum romawi tidak terkikis kendati Kerajaan Romawi telah runtuh, bahkan menjadi sumber kodifikasi hukum Eropa Kontinental, yang dikenal dengan sebutan Common Law. Semangat rasionalisme yang menyebabkan revolusi Perancis, membawa negara tersebut sejak 21 Maret 1804 menjadi peletak tata hukum baru melalui diterbitkannya Code Civil yang merupakan bagian dari Codex Napoleon, yakni kaidah-kaidah hukum Napoleon Bonaparte yang terkodifikasi. Code Civil inilah yang membentuk sistem hukum Civil Law yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan penguasa yang mengadopsi sistem hukum Common Law. Misi kemanusiaan yang diperjuangkan oleh Napoleon Bonaparte ini merambat keseluruh antero dunia demikian Indonesia pun kuat mengadopsi sistem hukum ini dengan Pancasilanya.

Di tempat lain, Pendeta Martin Luther King, Jr. sebagai aktivis HAM warga Amerika-Afrika, mempunyai perjuangan yang sama dengan memperjuangkan warga kulit hitam Amerika untuk mendapatkan kesetaraan hak sipilnya. Amerika yang masih kental dengan doktrin hukum Common Law dari budaya Anglo-Saxon, kakek bunyut dari keluarga kerajaan Romawi sampai ke Inggris sekarang, Martin menjadi ancaman bagi mereka. Mimpi seorang Martin menyetarakan kulit hitam dan kulit putih di negara tersebut dengan menghapus penindasan, diskriminasi dan intimidasi terhadap kulit hitam. Misi kemanusiaan Martin menjadi sejarah besar AS dalam sejarah non-kekerasan, anti-rasisme pada zaman modern, dan dianggap sebagai pahlawan, pencipta perdamaian dan martir oleh banyak orang di seluruh dunia. Satu setengah dekade setelah pembunuhan terhadapnya pada tahun 1968, Amerika Serikat menetapkan hari libur untuk memperingatinya, Hari Martin Luther King.

Pada beberapa dekade terakhir, misi yang sama terjadi ditengah peradaban Timur Tengah, dipusat jalur sutra teluk Persia menjadi pusat perdagangan terbesar di daerah tersebut. Saat negeri itu dibawah kekuasaan Mohammad Reza Pahlevi sistem pemerintahan monarki diadopsi dari sistem kerajaan Inggris yang sekaligus menjadi kaki tangan negeri sisa-sisa kerajaan Anglo-Saxon tersebut. Kekayaan negeri yang digadaikan ke negeri penguasanya dan demi menjaga kekuasaan, membuat rakyat kecil semakin miskin dan terlantar. Para pegiat kemanusiaan yang dipelopori oleh Ayatullah Ruhullah Khomaini mengajak rakyat kejalan untuk melakukan demonstrasi pada bulan Februari tahun 1979 dengan menuntut rezim Syah Reza Pahlevi turun dari tahta kekuasaannya. Demontrasi itu merupakan revolusi Islam Iran yang mengubah sistem pemerintahan Iran dari sistem monarki menjadi republik Islam pertama di dunia. Revolusi itu juga dikenal sebagai revolusi besar ketiga dalam sejarah, setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik.

Hikmah dari revolusi itu menyebar ke seluruh wilayah di Timur Tengah. Termasuk pembebasan tanah Palestina yang dipelopori langsung oleh Ruhullah Khomaini agar terlepas dari penjajahan Israel yang mengadopsi paham Zionis. Paham ini muncul pada akhir abad ke-19 di Eropa tengah dan timur sebagai gerakan kebangkitan nasional untuk membentuk sebuah negara di tanah suci Palestina, itu terbukti saat semakin luasnya wilayah Israel di Palestina. Mereka merampas daerah itu dengan kekerasan dan menjadikan hak prioritas agama Yahudi-Zionism dengan tidak manusiawi. Apapun yang mengancam paham ini akan dibinasakan dan dihancurkan tanpa melihat dampak sosial yang akan terjadi. Berbeda dengan penjajahan Belanda di Indonesia karena pengaruh doktrin Kristen yang lebih manusiawi.

Pertarungan antara kebenaran dan kebatilan akan terus berlanjut hingga pada masanya akan datang dimana semua manusia akan dikembalikan pada asalnya menjadi tanah. Namun perjuangan melawan kazaliman di muka bumi akan terus berlanjut berasama keyakinan monotheisme yang dipelopori oleh para nabi pendahulu. Manifestasi Habil dan Qabil selalu abadi dan dapat menjadi modal kita menjalankan misi kemanusiaan untuk menjunjung tinggi keadilan.

*)Pengamat Politik dan Budaya

(Ikmal-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Posting Komentar

ABNS Video You Tube

Terkait Berita: